Jangan Menyebut Bencana Lombok sebagai Azab, Ini Akibat Politisnya....

Rabu, 8 Agustus 2018 | 09:23 WIB
0
851
Jangan Menyebut Bencana Lombok sebagai Azab, Ini Akibat Politisnya....

Curhat alias curahan hati mengenai gempa bumi yang menimpa penduduk Lombok di Nusa Tenggara Barat ini ditulis oleh seseorang yang kemudian viral di media sosial. Curhat itu berjudul "Rakyat NTB Sangat Kecewa dengan Pendukung Pak Prabowo".

Sebelum membahas isi curhat dikaitkan dengan konteks dan konstelasi politik yang semakin memanas jelang Pilpres 2019, baiklah baca terlebih dahulu curhatannya ini;

Kami disini sedang tertimpa musibah, ada bencana gempa bumi yang melanda tanah kami. Bangunan retak, genting berjatuhan, penghuni rumah luka luka, listrik mati, kami kelaparan, terisolir. Ini musibah yang tidak kami inginkan.

Saya heran, di sosial media justru banyak pendukungnya pak Prabowo yang seakan senang melihat nasib kami. Mereka mentertawakan kami, menganggap ini azab yang menimpa rakyat NTB akibat ulama kami, Gubernur kami, pak TGB, sekarang berpindah haluan politik mendukung pak Jokowi. Di mana empati kalian? Kami di NTB mayoritas muslim, kita seiman dan seakidah. Kenapa kalian semua membully kami, memposisikan kami sebagai umat yang sedang diazab oleh Allah SWT.

Apa kalian lupa bahwa 72,45% penduduk NTB di Pilpres 2014 yang lalu adalah pendukung pak Prabowo? Jokowi kalah telak disini. Tapi justru beliau yang secara sigap datang ke NTB dan tulus membantu keberadaan kami disini. Pak Jokowi tidak peduli bahwa beliau dulu bukan capres yang kami pilih, tapi beliau memperlakukan kami lebih manusiawi, lebih peduli.

Di sosmed, akun akun populer pendukungnya Prabowo yang followernya puluhan ribu bahkan ratusan ribu sibuk mengkait kaitkan musibah yang kami alami dengan azab dan dengan pak TGB. Semua membully pak TGB, mentertawakan musibah yang kami terima. Sedangkan akun akun pendukungnya pak Jokowi justru sibuk membela kami, mendoakan kami, bahkan menggalang bantuan buat kami.

Kami sedang sakit, susah, menderita. Tidakkah kalian punya rasa peri kemanusiaan? Bisakah kalian melihat bencana ini tanpa memakai kacamata kebencian dan mengemasnya menjadi isue politik? Harusnya kalian para pendukung Prabowo yang lebih bersimpati dengan kami, dan mengulurkan tangan kepada kami.

Kami kecewa dengan pak Prabowo, dan kalian semua para pendukung Prabowo. Dimana akal sehat kalian? Jika di Pilpres 2019 nanti kami akan berpaling mendukung pak Jokowi, itu hak kami, itu isi hati kami, jangan salahkan kami. (Curhat korban gempa NTB)

Sumber : Ali Winata

Namanya juga curhatan, bisa dimaklumi, diresapi, atau bahkan mungkin diabaikan saja.

Terlepas dari asli tidaknya si pembuat curhatan ini warga Lombok asli yang merasakan betul dahsyatnya bencana, juga mungkin dugaan bahwa si pembuat ini ingin menjelek-jelekkan kubu Prabowo Subianto dan para penudukung fanatiknya, curhatan ini justru masukan buat Prabowo itu sendiri.

Mengapa? Umumnya yang mengatakan bencana alam di Lombok sebagai "azab" karena berpindahnya haluan dukungan Tuan Guru Bajang Muhamad Zainul Majdi alias TGB dari Prabowo ke Jokowi, adalah para pendukung fanatik Prabowo.

Mereka demikian kecewa atas sikap TGB sehingga membawa ranah kemanusiaan dan rasa simpati yang seharusnya timbul tanpa melihat latar belakang warga yang terkena bencana ke urusan politik.

Membaca curhat di atas, bila benar itu terjadi, tentu akan menjadi kampanye buruk dan negatif bagi Prabowo yang pada kenyataannya memang tidak terlalu berbuat apa-apa terhadap bencana Lombok atau NTB secara keseluruhan, ada atau tiada bencana. Curhat model di atas yang mengusik emosi mau tidak mau menjad "backfire" bagi Prabowo dan harus segera "diluruskan", baik oleh Prabowo sendiri maupun para pendukung fanatiknya.

NTB berkat TGB yang masih sehaluan dengan Prabowo pada Pilpres 2014 telah menjadi "Provinsi Milik Prabowo", sebab di provinsi ini Prabowo menang telak di sini.

Meski tidak sepadat penduduk Jawa Barat dan Sumatera Barat yang juga dimenangkan Prabowo, NTB tetaplah harus dipelihara secara berkesinambungan. Konstituen NTB sebagian besar, bahkan nyaris tiga perempatnya, adalah pemilih Prabowo. Sehingga wajar kalau Prabowo sesekali mengalihkan perhatian dan padangan kepada NTB, terutama di saat-saat sedang mengalami bencana seperti ini.

Namun apa yang terjadi, sebagaimana terbaca dalam curhatan di atas, malah Jokowi yang berkali-kali datang mengunjungi NTB, membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur di sana. Jokowi yang seharusnya "menaruh dendam" karena tidak dipilih mayoritas warga NTB justru datang menyapa. Dan itu bukan sekali saja, tetapi berkali-kali.

Jangan-jangan berpindahnya haluan politik TGB itu karena melihat sikap Jokowi terhadap NTB ini.

Sebenarnya Prabowo Subianto tahun 2017 lalu pernah mengunjungi NTB dan meminta maaf kepada warga di sana yang telah memilihnya saat pemilihan Pilpres 2014, namun baru 3 tahun kemudian ia bisa mengunjungi daerah ini.

"Saya ingin minta maaf, dulu saya menang besar dan dukungannya luar biasa di sini. Saya berdosa karena baru sekarang bisa datang. Saya akui salah," kata Prabowo saat bersiturahim dengan Pemprov NTB di Pendopo Gubernur di Mataram, sebagaimana diberitakan Rimanews.com.

Permintaan maaf Prabowo itu juga ditujukan kepada Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi yang pada Pilpres 2014 menjadi ketua tim pemenangan di NTB.

Menurut Prabowo, kondisi yang dialami pascapilpres lalu sangat sulit baginya. Meski enggan merinci alasan mengapa baru berkunjung ke NTB setelah hampir tiga berlalu.

"Sekarang, Alhamdulillah sudah bisa safari sedikit demi sedikit. Saya sudah berjanji dan niat saya untuk benar-benar memperhatikan NTB," kata Prabowo saat itu.

Namun mungkin sekali datang saja tidaklah cukup. Warga NTB masih ingin menerima kehadiran Prabowo lagi di sana, justru di saat bencana sedang datang menguji ketabahan warga di sana.

***