Drama di negeri ini seperti tak ada habis-habisnya. Kasus korupsi terus beruntun terjadi dan menghiasi seluruh berita. Walaupun Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK gencar dilakukan, namun tampaknya tak menurunkan nyali banyak pejabat dan pengusaha hitam untuk menjarah uang pajak rakyat.
Cita-cita proklamasi untuk "memajukan kesejahteraan umum," nampaknya terus dibajak oleh ketamakan para elit yang tak henti- hentinya mencari celah menumpuk kekayaan tanpa batas, walau dengan jalan haram sekalipun.
Peringatan Tuhan dalam kitab suci jelas tak bermakna sama sekali di benak para penumpuk harta haram ini. "Al-haakumut-takaatsur, Hatta zurtumul maqaabir; Bermegah-megahan telah membuat diri kalian terlena sampai kalian terjerumus ke liang kubur." Betul-betul mabuk tak kepalang!
[irp posts="4903" name="Terhadap Trik" Sakitnya Setya, KPK Membalas dengan "Trik" P21"]
Ibarat ceritera film kolosal, sekali lagi kali ini, jutaan pasang mata rakyat menonton adegan seru. Ibaratnya menonton puncak adegan perburuan salah satu "tokoh penjahat utama" dalam ceritera film. Kebetulan untuk kali ini, tokoh itu bernama Setya Novanto, atau sering disingkat SN. Ceritera menjadi lebih seru karena ada persepsi yang sudah tertanam dalam kepala penonton bahwa tokoh ini memiliki kesaktian luar biasa.
Ia tak hanya dikenal memiliki jaringan luas, uang tak terbatas dan jabatan puncak, namun juga memiliki kecerdikan luar biasa. Apa buktinya? Orang selalu ingat bahwa tokoh ini sudah terbukti dengan mudah lolos dalam berbagai kasus yang hendak menjeratnya.
Coba kita flashback. Masih ingat kasus hak tagih piutang Bank Bali? Atau kasus beras impor dari Vietnam, kasus PON Riau, kasus suap ketua MK Akil Mochtar, kasus "Papa Minta Saham", dan entah kasus apa lagi yang mengaitkan nama SN? Semua lolos, alias "bablas angine"!
Nah, kali ini, dalam kaitan kasus e-KTP, lagi-lagi SN juga telah membuktikan kesaktiannya. Saat dijerat sebagai tersangka pertama kali, ia dengan mudah lolos dalam praperadilan. Setelah itu, melalui pengacaranya, ia terlihat begitu piawai menyusun argumen, bermain dengan pasal, dan memutarbalikkan logika untuk melindungi diri dari jeratan KPK menjadikannya kembali sebagai tersangka.
Saat KPK memanggil SN untuk hadir dalam persidangan, dengan berani dan cerdik alasan dikemukakan untuk menolak pemanggilan. Dan akhirnya, rakyat seperti dipaksa bergadang untuk melihat adegan saat KPK berupaya melakukan jemput paksa SN di rumahnya di Jalan Brawijaya.
Aha... apa yang terjadi? Sekali lagi, SN membutikan diri bahwa ia memang sakti. Penyidik KPK terkecoh. Beberapa jam sebelum KPK datang, konon ada "tamu" yang lebih dulu menjemputnya dan diduga telah mengamankannya. Padahal, aksi jemput paksa KPK dilakukan "full team" dengan didukung pengamanan ratusan polisi.
[irp posts="4986" name="Setya Novanto dan Jam Tangan Richard Mille Seharga Rp1,3 Miliar"]
Siapa bermain? Siapa berada di balik "tamu" yang konon mendahului KPK menjemput SN? Ini misteri yang menjadi bumbu ceritera dalam episode berikutnya. Sekali lagi ini bukti SN memang sakti.
Namun, tanpa disadari, apa yang terjadi ini adalah pertunjukan yang memperlihatkan pertempuran kekuatan antara SN beserta seluruh jaringannya dalam melawan negara. SN adalah simbol oligarki kekuatan politik yang dalam persepsi publik, bisa jadi, mewakili simbol utama rejim politik piawai, cerdik dan sakti, walau pun sarat dengan beragam masalah.
Inikah peristiwa yang akan menjadi penanda utama era kehancuran kepercayaan publik pada para tokoh elit politik negeri saat ini? Entahlah.
Dengan hati berdebar, pasti banyak yang menunggu hasil akhir pertunjukan ini. Apakah negara dalam menghadapi pertempuran ini akan menang? Apakah KPK dan seluruh penegak hukum akan bertekuk lutut dalam menghadapi rintangan proses penegakan hukum ini?
Sungguh, dalam pertunjukan kali ini, yang sedang diuji adalah kekuatan negara. Kali ini, rakyat hanya bisa menonton, dan memberi ruang pada mesin negara bekerja karena rakyat masih merasa belum perlu turun langsung mengatasi kemelut ini.
Semoga saja kekuatan bersih yang akan memenangkannya. Semoga saja bangsa ini mampu menunjukkan kekuatan sebenarnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews