Ketua DPR RI yang juga Ketua Umum Partai Golongan Karya Setya Novanto memang sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan banyak kalangan.Dia menjadi begitu kontroversial di mata sebagian publik saat namanya menjadi buah bibir atas kasus Bank Bali. Saat itu, Setya Novanto diduga mendapat guyuran fee Rp546 miliar yang disinyalir masuk ke kas partai.
Selanjutnya, namanya juga dibicarakan dalam banyak kasus korupsi lainnya dari suap anggaran Pekan Olahraga Nasional di Riau, pengaturan tender kartu tanda penduduk elektronik, hingga dugaan penyuapan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. “Saya sering dituduh macam-macam,” kata dia seperti dikutip Tempo.co, Rabu 18 November 2015.
[irp posts="4110" name="Ada Apa dengan JK Yang Jadi Hiperaktif" terhadap Setya Novanto?"]
Drs. Setya Novanto, Ak. lahir di Bandung, 12 November 1954. Usia 63, tapi masih tampak muda. Ia politikus asal Jawa Barat yang diusung Partai Golkar dan resmi menjadi ketua DPR pada tahun 2014 sampai 2019. Dia juga menjadi anggota DPR RI sejak tahun 1999 hingga masa jabatan pada 2019 mendatang, sebagai salah satu perwakilan Golkar dari Daerah Pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Timur Dua (mencakup daerah Pulau Timor, Rote, Sabu, dan Sumba). Namun, jabatan tersebut ditinggalkannya pada 16 Desember 2015, saat ia terjerat kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dalam sebuah rekaman pembicaraannya dengan PT Freeport Indonesia.
Lantas, bagaimana dengan perjalanan karir Setya Novanto dari awal mula sebelum menjabat sebagai Ketua Umum Golkar dan didapuk juga menjadi Ketua DPR RI? PepNews.com mencoba menelusuri segara hal terkait Setya Novanto dari berbagai sumber yang disediakan berbagai media di Indonesia.
Awal kehidupan dan pendidikan
Setya adalah anak dari pasangan Sewondo Mangunratsongko dan Julia Maria Sulastri. Ia mulai meninggalkan kota kelahirannya di Bandung dan pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 6 Jakarta bersama orangtua.
Lulus dari SD, ia melanjutkan pendidikannya di SMPN 73 Tebet 7, Jakarta Selatan, dan lulus di SMA 9 (kini menjadi SMAN 70). Pada saat SMA, ia bertemu dengan Hayono Isman, salah seorang mantan Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Kabinet Presiden Soeharto. Selepas SMA ia melanjutkan kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Selama di Surabaya, Setya adalah orang yang giat bekerja. Sambil kuliah, ia menjajakan beras dan madu. Dengan modal Rp82.500, Setya Novanto memulai usahanya dengan tiga kuintal beras hingga akhirnya usahanya pesat menjadi dua truk yang langsung diambil dari produsen terbesar saat itu dari Lamongan.
Selain itu, Setnya Novanto juga memiliki kios di pasar Keputran, Surabaya. Usaha itu tidak berlangsung lama, sebab, saat itu patner kerja Setya katanya mulai tidak jujur. Ia kemudian mendirikan sebuah CV dan diberi nama Mandar Teguh bersama seorang Direktur Bank BRI Surabaya, Hartawan.
Pada saat yang sama, Setya Novanto juga ditawarkan bekerja pada salah satu showroom mobil untuk menjadi seorang salesman di sebuah showroom kendaraan. Ia bekerja untuk pendistribusian mobil merek Suzuki ke wilayah Indonesia Bagian Timur.
Tawaran itu membuatnya membubarkan CV yang didirikannya dan berhasil menjadi Kepala Penjualan Mobil di tempat bekerja itu. Pada tahun 1975, Setya juga pernah menjadi seorang model dan terpilih sebagai "pria tampan" Surabaya pada tahun yang sama.
Setya Novanto di mata para sahabatnya adalah seorang yang ulet dan punya intergritas tinggi. Ketika dia telah menyelesaikan kuliahnya di Widya Mandala, Setya juga pernah bekerja di sebuah perusahaan pupuk yang dinaungi PT Aninda Cipta Perdana, yang tak lain pemiliknya adalah teman sekelas dengan Setya di SMA Negeri 8 Jakarta, yaitu Hayono Isman yang belakangan disebut-sebut menjadi awal mula Setya Novanto bersinggungan dengan dunia perpolitikan.
[irp posts="2877" name="Upaya Ahmad Doli Kurnia dalam Menggusur Setya Novanto"]
Sambil bekerja di perusahaan sabahatnya, Setya Novanto melanjutkan kuliahnya di Universitas Trisakti dan menumpang di rumah teman sekaligus atasannya tersebut. Menurut banyak sumber, selain menjadi staf di perusahaan Hayono, Setya juga mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga tak malu untuk mencuci mobil Hayono sekaligus menjadi sopir keluarga sahabatnya itu. Seorang sahabatnya kuliahnya di Universitas Trisakti mengatakan, Setya Novanto adalah orang yang rapi dan rajin, amun jarang mengikuti kegiatan sosial dan politik di kampus.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah SWA pada tahun 1999, Setya Novanto mengaku salah satu pengusaha yang banyak belajar pada konglomerat Sudwikatmono. “Sudwikatmono adalah pembina usaha saya, Hayono Isman pembina dalam politik, dan Wismoyo Arismunandar yang memberi wawasan pengambdian pada bangsa dan negara,” ungkapnya.
Bisnis dan politik
Setya Novanto adalah orang yang jeli melihat kesempatan. Ia memulai percaturan politik dengan menjadi kader Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) yang berdiri pada tahun 1957. Organisasi ini disebut sebagai salah satu Kelompok Induk Organisasi (KINO) disamping SOKSI, MKGR, yang belakangan melahirkan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golker) pada 20 Oktober 1964.
Berkat pertemanan erat dengan Hayono Isman, Setya Novanto akhirnya menjadi Anggota Golkar dan puncaknya saat menjadi Anggota DPR Fraksi Golkar sebanyak enam periode tanpa putus dimulai sejak 1999. Pada tahun 2014, Setya Novanto terpilih dalam pencalonan Ketua DPR RI periode 2014-2019 dalam sebuah sistem Koalisi Merah Putih, dan dilantik pada 2 Oktober 2014.
[irp posts="2086" name=" Kudeta" Setya Novanto terhadap Ade Komarudin Direstui Istana?"]
Pada saat kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo terkait Freeport, ia mengundurkan diri setelah Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) memutuskan pelanggaran kode etik yang dilakukan Setnov. Ia kemudian diganti oleh Ade Komaruddin (ketua Fraksi Golkar DPR 2014-2019). Namun, saat itu Setya Novanto oleh Aburizal Bakrie didapuk menduduki Ketua Fraksi Golkar di DPR menggantikan Ade.
Nama Setya Novanto kembali melambung saat dia mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Golkar. Dari hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar 2016, Setya Novanto mengalahkan Ade Komaruddin dengan memperoleh 227 suara dan Ade Komaruddin mendapat 173 suara.
Tahap kedua, kemenangan Setya semakin menyakinkan dengan mundurnya Akom dari pemilihan tersebut. Mundurnya Akom bukan karena syarat yang diajukan dalam Munaslub yang mewajibkan Calon Ketua Umum harus memperoleh minimal 30 persen suara pada tahap itu. Namun, Akom menyatakan tidak akan melanjutkan pemilihan dan mendukung Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar yang baru.
Setelah melalui banyak proses dan tahap pemilihan Caketum, Munaslub itu akhirnya mengesahkan Setya Novanto secara resmi menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar 2016-2017. Saat itu, Idrus Marham ditunjuk sebagai Sekertaris Jenderal DPP Golkar. Sedangkan Bendahara Umum dijabat Robert Kardinal. Ketua Harian Golkar dipercayakan kepada Nurdin Halid.
"Golkar akan bekerja sama dengan pemerintah. Kami akan mendukung program pemerintah," kata Novanto usai terpilih dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, Rabu 17 Mei 2016.
Tersandung berbagai kasus
Nama Setya Novanto kembali santer dikabarkan sejumlah media atas kasus KTP Elektronik yang menjeratnya. Ia disebut-sebut oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin sebagai orang yang mengendali proyek pangadaan paket Kartu Tanda Penduduk (KTP) berbasis elektronik itu. Dari pengakuan Nazaruddin, Setya Novanto dikatakan menerima Rp300 miliar dan menyeret sejumlah nama anggota DPR lainnya. Selain itu, Nazaruddin mengakui bahwa Setya juga telah mengutak-atik perencanaan dan anggaran proyek senilai Rp 5,9 triliun tersebut.
Kepada sejumlah media, Setya Novanto berkilah dirinya terlibat, apalagi membagi-bagikan fee kepada sejumlah anggota DPR. Dia mengaku tidak mengetahui kasus tersebut. Pada 17 Juli 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Setya Novanto sebagai tersangka dalam kasus itu.
[irp posts="1837" name="Selfie Bersama Trump, Terbukti Penciuman Politik Fadli dan Setya Tajam"]
Tak sampai di situ, Setya Novanto juga pernah terlibat dalam kasus dugaan suap, gratifikasi, dan pencucian uang pada sengketa pemilihan kepada daerah yang juga menjerat Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, yang tak lain juga mantan politis Golkar. Nama Setnov saat itu ada dalam rekaman pembicaran dirinya dengan Akil Mochtar dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Timur, yang juga Ketua Bidang Pemenangan Pemilu, Zainuddin Amali. Namun, saat dikonfirmasi oleh berbagai media, Setya Novanto mengeluarkan bantahan terkait pembicaraan tersebut.
Pada tanggal 19 Maret 2013, KPK melakukan pengeledahan terhadap ruang kerja Setya. Ia diperiksa terkait dugaan suap pembangunan lanjutan tempat Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVII. Adapun tersangka yang berhasil ditangkap KPK saat itu adalah mantan Gubernur Riau, Rusli Zainal.
Kini, Setya Novanto kembali ditetapkan sebagai tersangka untuk kedua kalinya. Tentu saja, kursi ketua umum Partai Golkar yang ditinggalkannya akibat melarikan diri dari kejaran KPK bakal diperebutkan sejumlah faksi di tubuh Golkar.
Tatkala masih berstatus tersangka dan aktif sebagai Ketua DPR sekaligus Ketua Umum Partai Golkar saja kursi panas ketua umum partai ini terus digoyang dan diperebutkan, apalagi saat Setya Novanto kini “raib” bagai ditelan bumi dan berpotensi sebagai buronan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews