Puisi Sukmawati Tidaklah Sesederhana yang Kita Pikirkan

Minggu, 8 April 2018 | 09:20 WIB
0
646
Puisi Sukmawati Tidaklah Sesederhana yang Kita Pikirkan

Orang-orang yang merasa dirugikan oleh keberadaan Pemerintahan Presiden Jokowi agaknya menemukan momentum baru unuk menciptakan kebisingan, dan kebisingan ini selanjutnya menunggu reaksi untuk lebih diledakkan menjelang Pilpres 2019.

Ini Juga menjadi momentum untuk menaikkan posisi tawar kelompok Ormas yang selalu menciptakan hingar bingar, pedagang Politik dan Agama sangat menyukai situasi ini, karena aksi ini pastinya akan memancing reaksi siapa saja yang merasa terganggu, ini demokrasi, kebebasan berekpresi tidak boleh diganggu, begitulah dalih yang selalu dikemukakan.

Meskipun Puisi Sukmawati itu sudah dibukukan sejak Tahun 2006 yang lalu, dan selama 12 Tahun tidak pernah dipersoalkan isinya, sudah menjadi nasibnya, puisi tersebut menjadi persoalan menjelang Pilpres 2019, puisi sukma menjadi amunisi bagi yang ingin memperkeruh situasi.

[irp posts="13920" name="Memaafkan Sukmawati, Kyai Ma'ruf Amin Jadi Sasaran Hinaan"]

Puisi Sukmawati ini bagi sebagian orang hanyalah persoalan sederhana, tapi bagi sebagian lain ini dianggap sebagai pelecahan Agama, semua tergantung sudut pandang dan kepentingan melihatnya, sederhana bagi yang memiliki ruang hati, tapi menyakiti hati bagi yang punya kepentingan yang lebih besar lagi.

Sebaiknya persoalan ini jangan dipandang sebagai suatu hal yang sederhana, terutama bagi Capres Petahana, karena ini akan menjadi momentum letupan bagi yang ingin menunggani kasus tersebut, harus berkaca dari setiap muara berbagai kasus yang terjadi belakangan ini, serangan tujuan akhirnya tetaplah Presiden Jokowi.

Perlu antsipasi agar persoalan ini tidak terus melebar, persoalan ini pun tidak menjadi sederhana karena menyangkut dendam pendukung Habib Riziek Syihab (HRS) terhadap Sukmawati, yang sudah mempolisikan HRS karena dianggap sudah menghina Bung Karno dan Pancasila.

Sekali lagi saya katakan ini momentum yang harus dimanfaatkan oleh kelompok yang ingin menciptakan kebisingan politik, dan sekarang ini Tahun Politik, ada yang butuh pendukung untuk mendulang suara, tentunya juga ada kelompok yang mempunyai massa yang bisa didulang suaranya.

Selain kepentingan di atas, menciptakan gangguan stabilitas keamanan dan politik adalah sesuatu yang diperlukan oleh kelompok-kelompok yang merasa dirugikan oleh kebijakan Pemerintahan Jokowi, menggosok sentimen negatif adalah sebuah Cara untuk memecah perhatian masyarakat terhadap Pemerintah.

Konstelasi politik sekarang ini seperti api dalam sekam, yang diam-diam akan terus membakar, selama terus diwaspadai situasi ini pastinya bisa diatasi, yang penting pemerintah tidak perlu merasa di atas angin, meskipun dalam situasi yang cukup aman, masalah yang kecil bisa dianggap besar bagi orang-orang yang punya kepentingan yang lebih besar, menjadi sederhana bagi orang-orang yang bijaksana.

***

Editor: Pepih Nugraha