Setelah pidato semangat Pak Prabowo soal Indonesia bubar tahun 2030, negeri ini mendadak optimistis. Padahal dulu mereka menghembuskan ketakutan Indonesia bakal hancur hancuran seperti Suriah.
Jadi begitulah cara Pak Prabowo membangkitkan semangat anak negeri. Bertahun-tahun revolusi mental digaungkan belum menampakkan hasil, cukup satu hari penggalan pidato Prabowo ditayangkan, mental para pesimis mendadak optimis.
Dulu setelah terkaget-kaget dengan aksi 212, mereka berhalusinasi Indonesia bakal seperti Suriah. Bahkan para politisi dan para junjungannya juga menghembuskan halusinasi itu pada setiap kesempatan. Berbulan-bulan disebarkan rasa takut itu.
Kepala BIN ambil ancang-ancang, mewaspadai Indonesia akan seperti Suriah.
Kapolri bertanya sama ustdaz yang lagi naik daun, bagaimana caranya jangan sampai terjadi Indonesia seperti Suriah?
Media juga turut menebarkan rasa takut itu.
Saking paniknya, seleb medsos mereka, Deny Siregar salah pasang gambar. Gambar kota Kiev di Ukraina pasca bentrokan demonstran anti presiden -saat itu- Viktor Yanukovych, dengan pihak keamanan, Februari 2014 disebut sebagai kota Damaskus. Desi meramal 5 tahun lagi Jakarta bakal kaya Damaskus.
Tahu 'kan makna Indonesia seperti Suriah? Sama dengan bubar!
O, itu kan bukan ramalan, bukan nakut-nakutin tapi peringatan.
Lha Prabowo emangnya meramal? 'Kan omongannya emang sengaja dipenggal. Bakalan bubar kalau bla bla bla...
Jadi mau ketawa, kaya orang nakut-nakutin pake hantu-hantuan, eh, pas ditakutin balik sama boneka pada lari tunggang langgang. Lupa dah tuh wacana Indonesia bakal kaya Suriah.
Kalau pidato Prabowo dianggap fiksi, yang nakut-nakutin rakyat menghembuskan isu Indonesia akan seperti Suriah itu halusinasi.
Dah gitu aje.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews