Dalam minggu ini nalar kita diajak berselancar di dalam, bukan di permukaan. Dua statement asbun tentang Indonesia "bubar" dan "pengibulan" SHM menjadi begitu lucu karena disampaikan bekas jendral dan bekas profesor (karena kelakuannya lebih rendah dari orang yang tak sekolah ).
Entah apa yang ada di benaknya Indonesia yang diprediksi ahli-ahli ekonomi dunia akan menjadi kekuatan nomor 5 negara di dunia pada tahun 2030 melangkahi Inggris, Jerman, Turki dan lainnya. Eh tiba-tiba ada orang nyerocos Indonesia mau bubar, emang ada dalam 100 tahun terakhir negara bubar, pecah iya, seperti Rusia, dan Korea, tapi Jerman malah bersatu. Apa ini bukan pengibulan super.
Jokowi menggenjot SHM pararel dengan digalakkannya UMKM agar tanah bersertifikat bisa jadi agunan, atau rasa aman pemiliknya karena tanahnya bukan sekedar dicatat di Camat. Pengibulan berkaitan dengan SHM jelas fitnah murah dan membuat kita marah.
[irp posts="12924" name="Apa Kata Prabowo (1): Indonesia Bubar Tahun 2030"]
Dua lontaran isu lucu dan tanpa malu itu dibela oleh kroninya. Dan membela ketua, marah kepada LBP mulai menyinggung agama, serta gereja. Disuruh minta maaf malah bilang Bapak Reformasi kok disuruh minta maaf, mereka lupa substansi mulut murah dan akhlak rendah dikaitkan dengan julukan.
Ada banyak mantan presiden di dunia yang saat pensiun masuk penjara karena akhlaknya, terakhir presiden Prancis, baru minggu lalu digelandang polisi karena kasus dana kampanye. Emang kalau dulu pernah "wah" terus kita saja yang harus ngalah, walau kita tau mulutnya salah, zaman now mau dibalikin ke zaman firaun.
Prabowo itu harusnya legowo kalau posisinya makin sulit untuk menyaingi Jokowi, atau elegan saja berjuang sesuai kaidah pasar, tidak usah pakai isu yang tak masuk akal. Apa mereka lupa ini zaman digital, rekam jejak kita terpatri di langit ketujuh walau bukan di Lauhmahfud.
Kita boleh dipaksa lupa, tapi rekamannya tetap ada, siapa kita, pernah apa dan mau apa. Dua manusia yang kelakuannya bukan Indonesia tapi maksa mau berkuasa ini menjadi duri dalam daging buat bangsa ini. Jangankan ditauladani, untuk jujur saja mereka tak mengerti. Untunglah pelan tapi pasti Tuhan membuka tabir para sengkuni.
[irp posts="13027" name="Tiga Langkah Lagi Prabowo Subianto Jadi Presiden"]
Satu-satu disuguhkan untuk kita rasakan, bahwa dagelan murahan yang sedang disirkuskan tak pantas untuk ikut dalam menyongsong Indonesia yang bermasa depan. Mereka harus diendapkan untuk tidak lagi ikut dipermukaan, karena kita menatap ke depan, bukan mengendap kayak siluman, biarkan mereka diselesaikan zaman dalam samudra kebodohan.
Kini INDONESIA KITA, bukan MEREKA. INDONESIA itu nyata bukan fatamorgana, INDONESIA jauh dari bubar karena dia makin membesar..
Tauladanilah JOKOWI, bukan para SENGKUNI yang tak tahu diri.
(Selesai)
***
Editor: Pepih Nugraha
Tulisan sebelumnya:
http://pepnews.com/2018/03/22/mari-jokowi-lagi-1-dari-anak-jual-martabak-dampai-bisikan-permadi/
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews