Petani Pun Diseret-seret ke Tengah Pergulatan Pilpres 2019

Senin, 22 Januari 2018 | 19:36 WIB
0
484
Petani Pun Diseret-seret ke Tengah Pergulatan Pilpres 2019

Di tengah wacana impor beras yang digagas Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, nasib petani sebenarnya sudah lama dibuat gamang. Setidaknya, kegamangan itu terjadi karena ada dualisme kepengurusan Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), yaitu HKTI yang dipimpin Fadli Zon dan HKTI pimpinan Moeldoko.

Di dalam tataran politik nasional, antara Fadli Zon dan Moeldoko adalah dua kubu yang secara politis tidak bisa disatukan, karena keduanya mewakili kepentingan politik yang berbeda. Loyalitas Fadli Zon sudah barang tentu diserahkan sepenuhnya untuk Prabowo Subianto, yang tidak lain adalah Ketua Umum Partai Gerindra, di mana Prabowo sebelumnya juga adalah Ketua HKTI.

[caption id="attachment_8778" align="alignright" width="483"] Moeldoko dan pengurus HKTI (Foto: RMol.co)[/caption]

Sedangakan Jenderal (Purn) Moeldoko yang saat ini menjadi pimpinan Kantor Staf Kepresidenan (KSP), loyalitasnya tentu saja kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dan, kita semua tahu, Prabowo dan Jokowi adalah dua capres yang berkompetisi di Pilpres 2014, dan bukan tidak mungkin akan kembali bersaing di Pilpres 2019.

Lalu bagaimana nasib petani di antara dualisme kepimpinan HKTI tersebut? Siapa yang sebenarnya mewakili petani yang saat ini nasibnya bisa saja berubah bila kebijakan impor beras benar-benar dilakukan.

Padahal, keberadaan HKTI itu sendiri diharapan bisa menjadi mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.

Ataukah HKTI hanya dijadikan lumbung suara dari masing-masing capres, sehingga keberadaanya selalu jadi rebutan dua kubu politik yang berlawanan ini.

Entahlah, Presiden Jokowi harus lebih memilih keberpihakannya kepada petani semata, dibandingkan kepada dua organisasi kerukunan tani tersebut.

Atau ada cara lain?

***

Editor: Pepih Nugraha