Kembalinya "Budak Baong" Ridwan Kamil ke Pangkuan Ibu Megawati

Sabtu, 6 Januari 2018 | 08:36 WIB
0
313
Kembalinya "Budak Baong" Ridwan Kamil ke Pangkuan Ibu Megawati

"Budak Baong" dalam bahasa Sunda berarti "anak nakal", sebuah sebutan orangtua khususnya para Ibu kepada anak alaki-lakinya. Bagi PDI Perjuangan, khususnya Megawati Soekarnoputri, Ridwan Kamil alias Kang Emil, cocok disebut "budak baong" pada mulanya. Tetapi se-"baong-baong"-nya (senakal-nakalnya) Kang Emil, toh Sang Ibu memanggilnya untuk kembali ke pangkuan.

Disebut "budak baong", karena Kang Emil pada mulanya sudah membuat gusar PDIP karena menerima pinangan Partai Nasional Demokrat, padahal dia sudah "dikeceng" (ditaksir) partai berlambang banteng nyeruduk ini sejak lama. Ketika itu PDIP tersinggung dan marah besar sampai akhirnya melepas si Budak Baong ini. Karena elektabilitasnya tetap tinggi dan tak tergoyahkan, akhirnya PDIP melunak dan bahkan memanggil Kang Emil kembali.

Pemaklumatan bahwa PDIP mengusung Ridwan Kamil menjadi bakal calon gubernur Jawa Barat disampaikan kepada seluruh dunia seusai rapat internal di kediaman Sang Ibu, Megawati Soekarnoputri. "Rapat memutuskan PDIP mendukung Ridwan Kamil," kata Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira kepada wartawan, Jumat 5 Januari 2018 malam kepada media yang menantinya.

[irp posts="2698" name="Ridwan Kamil Terancam Nunggeulis" Alias Ditinggal Sendirian"]

Siapa bakal pendamping Kang Emil, Andreas enggan membocorkan nama calon wakil gubernur untuk Ridwan Kamil ini. Beredar kabar bawah mantan Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan yang bakal didapuk menjadi cawagub Ridwan Kamil. Ya, tanpa harus berkoalisi dengan partai manapun, PDIP bisa mengusung calonnya sendiri.

Berbeda dengan "Trio Kwek Kwek" yang harus selalu bertiga, yaitu Gerindra-PAN-PKS, koalisi ini dibentuk sebagai pemanasan menuju Pilpres 2019. Jika sukses di sejumlah daerah, maka akan menjadi ukuran bagi Prabowo Subianto, penggagas "Koalisi Reuni" ini untuk maju lagi sebagai calon Presiden.

Ide pembentukan "Trio Kwek Kwek" hendak mengulang kisah sukses di Pilkada DKI Jakarta di mana Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menang dengan bantuan Demo 212.

Dengan majunya Ridwan Kamil dengan pendamping Anton Charliyan atau siapapun, yang jelas koalisi lawan harus mencari cara menjatuhkan pasangan ini. Dengan isu "penista agama" sudah tidak mungkin lagi. Yang paling memungkinkan adalah isu "jangan pilih pasangan calon yang diusung partai pendukung penista agama".

Karena ada Anton di sana, maka isu yang diembuskan bisa saja "jangan dukung pasangan calon penista umat Islam" Apakah isu ini akan menggerakkan lagi "7 juta ummat" ke lapangan Gasibu sebagaimana "7 juta umat" ke Monas? Belum jelas, tetapi yang jelas isu yang akan diembuskan sudah terbaca!

[irp posts="6787" name="Andai Ridwan Kamil Bisa Memilih Semua Jadi Wakilnya"]

Meski PDI Perjuangan bisa mencalonkan Ridwan Kamil sendirian, tetapi PDIP sebagaimana dikemukakan Andreas, bakal bergabung dengan Nasional Demokrat, PPP, PKB, dan Hanura yang telah lebih dahulu mendukung Kang Emil.

Minus Golkar dan PAN di koalisi ini karena lebih tertarik menjadi bagian dari "Trio Kwek Kwek", koalisi PDIP ini mirip "Koalisi Nasional", sedangkan Golkar pisah ranjang dengan Koalisi Nasional karena mengusung pasangannya sendiri, Deddy Mizwar dan Dedy Mulyadi".

Alhasil jika tidak ada perubahan lagi, maka di Jabar bakal bertarung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang diusung koalisi "Trio Kwek Kwek", "Duo DM" Deddy Mizwar dan Dedy Mulyadi" yang diudung Partai Golkar, dan Ridwan Kamil-Anton Charliyan yang didukung PDIP dengan "Koalisi Nasional"-nya.

***