"Budak Baong" dalam bahasa Sunda berarti "anak nakal", sebuah sebutan orangtua khususnya para Ibu kepada anak alaki-lakinya. Bagi PDI Perjuangan, khususnya Megawati Soekarnoputri, Ridwan Kamil alias Kang Emil, cocok disebut "budak baong" pada mulanya. Tetapi se-"baong-baong"-nya (senakal-nakalnya) Kang Emil, toh Sang Ibu memanggilnya untuk kembali ke pangkuan.
Disebut "budak baong", karena Kang Emil pada mulanya sudah membuat gusar PDIP karena menerima pinangan Partai Nasional Demokrat, padahal dia sudah "dikeceng" (ditaksir) partai berlambang banteng nyeruduk ini sejak lama. Ketika itu PDIP tersinggung dan marah besar sampai akhirnya melepas si Budak Baong ini. Karena elektabilitasnya tetap tinggi dan tak tergoyahkan, akhirnya PDIP melunak dan bahkan memanggil Kang Emil kembali.
Pemaklumatan bahwa PDIP mengusung Ridwan Kamil menjadi bakal calon gubernur Jawa Barat disampaikan kepada seluruh dunia seusai rapat internal di kediaman Sang Ibu, Megawati Soekarnoputri. "Rapat memutuskan PDIP mendukung Ridwan Kamil," kata Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira kepada wartawan, Jumat 5 Januari 2018 malam kepada media yang menantinya.
[irp posts="2698" name="Ridwan Kamil Terancam Nunggeulis" Alias Ditinggal Sendirian"]
Siapa bakal pendamping Kang Emil, Andreas enggan membocorkan nama calon wakil gubernur untuk Ridwan Kamil ini. Beredar kabar bawah mantan Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan yang bakal didapuk menjadi cawagub Ridwan Kamil. Ya, tanpa harus berkoalisi dengan partai manapun, PDIP bisa mengusung calonnya sendiri.
Berbeda dengan "Trio Kwek Kwek" yang harus selalu bertiga, yaitu Gerindra-PAN-PKS, koalisi ini dibentuk sebagai pemanasan menuju Pilpres 2019. Jika sukses di sejumlah daerah, maka akan menjadi ukuran bagi Prabowo Subianto, penggagas "Koalisi Reuni" ini untuk maju lagi sebagai calon Presiden.
Ide pembentukan "Trio Kwek Kwek" hendak mengulang kisah sukses di Pilkada DKI Jakarta di mana Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menang dengan bantuan Demo 212.
Dengan majunya Ridwan Kamil dengan pendamping Anton Charliyan atau siapapun, yang jelas koalisi lawan harus mencari cara menjatuhkan pasangan ini. Dengan isu "penista agama" sudah tidak mungkin lagi. Yang paling memungkinkan adalah isu "jangan pilih pasangan calon yang diusung partai pendukung penista agama".
Karena ada Anton di sana, maka isu yang diembuskan bisa saja "jangan dukung pasangan calon penista umat Islam" Apakah isu ini akan menggerakkan lagi "7 juta ummat" ke lapangan Gasibu sebagaimana "7 juta umat" ke Monas? Belum jelas, tetapi yang jelas isu yang akan diembuskan sudah terbaca!
[irp posts="6787" name="Andai Ridwan Kamil Bisa Memilih Semua Jadi Wakilnya"]
Meski PDI Perjuangan bisa mencalonkan Ridwan Kamil sendirian, tetapi PDIP sebagaimana dikemukakan Andreas, bakal bergabung dengan Nasional Demokrat, PPP, PKB, dan Hanura yang telah lebih dahulu mendukung Kang Emil.
Minus Golkar dan PAN di koalisi ini karena lebih tertarik menjadi bagian dari "Trio Kwek Kwek", koalisi PDIP ini mirip "Koalisi Nasional", sedangkan Golkar pisah ranjang dengan Koalisi Nasional karena mengusung pasangannya sendiri, Deddy Mizwar dan Dedy Mulyadi".
Alhasil jika tidak ada perubahan lagi, maka di Jabar bakal bertarung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang diusung koalisi "Trio Kwek Kwek", "Duo DM" Deddy Mizwar dan Dedy Mulyadi" yang diudung Partai Golkar, dan Ridwan Kamil-Anton Charliyan yang didukung PDIP dengan "Koalisi Nasional"-nya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews