Jadi kalau kita bicara konsep Islam politik, maka kita wajib menginduk dengan logika internasional.
Kita tidak akan bisa memahami konsep Islam politik jika kita tidak paham kerangka internasionalnya.
Karena isme Islam politik memiliki payung besar yang saat ini berteduh di bawahnya 12 partai politik besar Islam di seluruh dunia dengan lebih dari 30 juta kader.
Kita harus merasa bangga bahwa di Indonesia ada tokoh yang benar benar paham tentang konsep tadi dengan baik, baik teori maupun praktek nya, Anis Matta dan Fahri Hamzah.
Anis Matta ini kalau dalam kabinet Erdogan saya mensejajarkan beliau dengan Prof Ahmet Daud Oglu.
Sedangkan Fahri Hamzah kalau dalam kabinet Erdogan ada pada sosok Binali Yildirim dan Sulaiman Soylu.
Sosok Anis Matta kalau di Tunisia itu ada pada Rasyid Ganoucci, ketua umum partai an nahdhoh sekaligus partai oposisi terbesar di negara itu.
Sedangkan sosok Fahri Hamzah kalau dalam pemerintahan Islam maroko bisa kita temui pada sosok PM Maroko saat ini Saeddeddin Al Otsmani.
Itulah mengapa saya optimis, bahwa Islam politik suatu saat bisa berkuasa di Indonesia, asal diurus dengan benar dan profesional.
Jangankan di Indonesia, Islam politik juga prediksinya akan menggantikan kerajaan Saudi ke depan, Emirat dan yang sejenis, hampir tidak ada hal yang bisa menghambat hal itu.
Arab Spring di dunia Arab yang bisa dikatakan berhasil walaupun dihambat dengan dana miliaran dolar dari Amerika dan Israel, juga dengan dana miliaran riyal dari kas negara saudi dkk, bukti konkrit bahwa Islam politik gak akan pernah bisa dibendung
Bersambung....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews