Jelang PDIP mengumumkan bakal calon gubernur DKI Jakarta dan pasangannya yang akan dilangsungkan beberapa jam ke depan, publik menganggap bahwa pengumuman itu merupakan "partai puncak" dalam sebuah pertandingan tinju. Namun sebenarnya ada "partai tambahan" yang tidak kalah menariknya, yaitu pertarungan antara Yusril Ihza Mahendra melawan Anies Baswedan.
Lho kok Anies Baswedan? Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu? Iya, memang dia!
Nama Anies Baswedan baru muncul di pusaran Pilkada DKI Jakarta setelah Majalah Tempo dalam edisi terbarunya mengungkap kans Anies untuk maju ke arena. Nama Anies digadang-gadang oleh "Poros Baru" yang kecewa terhadap pengumuman pencalonan sepihak Sandiaga Uno (Gerindra) dengan Mardani Ali Sera (PKS). PPP, PKB, PAN, dan PD yang kecewa atas pengumuman itu kemudian berinisiatif membuat "Poros Baru" di luar Sandiaga-Mardani.
Sebelumnya 7 partai politik yang membentuk Koalisi Kekeluargaan alias KoKeluar ingin mencalonkan pasangan yang bisa melawan pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan siapapun pasangannya. Namun belum juga KoKeluar mengeluarkan calonnya, motor penggerak KoKeluar dari PDIP, Bambang Dwi Hartono sudah keburu dilengserkan. KoKeluar memang belum mendapat "Restu Ibu".
[caption id="attachment_939" align="alignleft" width="300"] Yusril Ihza Mahendra[/caption]
Bambang terlempar, tiba-tiba Sandiaga yang sulit mencari jodoh dan hampir jomblo, disodori PKS calon pasangannya yang langsung disambutnya. Koalisi Dua Partai alias KoDuapa antara Gerindra dengan PKS memang cukup menyorongkan pasangan, karena syarat minimal 22 kursi DPRD sudah terpenuhi. KoDuapa punya lebih dari 22 kursi. Perjodohan Sandiaga-Mardani yang merupakan "pernikahan dini" itu membuat anggota lain dari KoKeluar minus PDIP seperti PPP, PKB, PAN, dan PD akhirnya membuat "Poros Baru" itu.
Di luar dugaan, bakal calon gubernur yang disodorkan "Poros Baru" dan namanya kini menguat adalah Anies Baswedan. Lebih seru lagi, sebelumnya nama Yusril Ihza Mahendra-lah yang justru digadang-gadang "Poros Baru", setidak-tidaknya oleh PKB yang akan menjodohkannya dangan Sekda DKI Saefullah.
Sesungguhnya nama Yusril jauh lebih lama mengudara di arena Pilkada DKI Jakarta, setidak-tidaknya saat dia mulai ingin disokong relawan dari jalur independen, sampai lamarannya ke sejumlah partai, termasuk ke Gerindra dan PDIP.
Bagi Yusril, hadirnya Anies yang tiba-tiba menyeruak itu tentu saja ibarat batu sandungan kalau tidak mau dikatakan kerikil dalam sepatu.
Terang saja, Yusrillah yang merasa lebih berkeringat dan berupaya keras agar dirinya dikenal publik Jakarta, dengan cara apapun, termasuk memakai kaus Mickey Mouse saat berbelanja ke pasar modern yang fenomenal itu. Tujuannya agar memikat partai-partai politik untuk meminangnya setalah jalur independen tertutup baginya.
Tetapi ya begitulah, pencalonan gubernur DKI Jakarta itu ibarat perempuan mencari jodoh, tidak bisa dipaksakan. Kalau kata penyanyi Siti Nurhaliza, tidak pernah ada cerita "ayam mencari musang" dalam perjodohan. Yusril ibarat gadis yang menunggu jodoh itu, meski berbuat seaktraktif mungkin sekalipun, kalau jodoh belum datang ya harus sabar menunggu sampai waktunya tiba.
Soal kualifikasi, keduanya tidak diragukan. Yusril dan Anies sama-sama mantan menteri, sama-sama diberhentikan sebagai menteri di saat sedang menjabat. Yusril ahli hukum tata negara, Anies ahli pendidikan dan punya komunitas yang besar di Indonesia Mengajar. Keduanya sama-sama terkenal dan dikenal sehingga layak dicalonkan sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta untuk berhadapan dengan calon gubernur petahana, Ahok.
Siapa di antaranya keduanya yang bakal memikat partai politik yang tergabung dalam "Poros Baru"?
Mari kita saksikan bersama pertarungan "partai tambahan" antara Yusril versus Anies ini sambil menunggu partai puncak yang hanya berupa pengumumanpasangan calon gubernur dari PDIP nanti malam!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews