Kini dan Nanti, Pasca Pandemi Corona di Dunia Pariwisata

Faktor kebersihan diutamakan. Caranya dengan menaruh hand sanitizer ditiap sudut ataupun melakukan desinfektan secara berkala.

Selasa, 28 April 2020 | 11:03 WIB
0
356
Kini dan Nanti, Pasca Pandemi Corona di Dunia Pariwisata
Kini dan Nanti, Pasca Pandemi Corona di Dunia Pariwisata

Kini dan Nanti, Pasca Pandemi Corona di Dunia Pariwisata

Sejak 2013, pariwisata menjadi sektor krusial dalam perekonomian negara. Pariwisata ada dalam posisi keempat setelah minyak dan gas bumi, batu bara, serta kelapa sawit.

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia kian meningkat seiring berganti tahun. Dimana pada 2014 mencapai 9,4 juta, 2015 naik menjadi 10,4 juta hingga pada 2018 sampai pada angka 15,8 juta wisatawan mancanegara.

Peningkatan itu selaras dengan kebijakan bebas visa kunjungan singkat bagi 169 negara di dunia yang diberlakukan sejak 2016 silam. Menurut UN World Tourism Organization (UNWTO) atau Organisasi Pariwisata Dunia yang berada dibawah lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa, kebijakan itu menjadikan Indonesia sebagai negara pemberi kemudahan bisa bagi kunjungan wisatawan mancanegara pertama di Asia Tenggara.

Sayangnya kini Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19. Wabah itu otomatis mengubah situasi pariwisata Indonesia, baik dari Sabang sampai Merauke.

Sehingga tempat-tempat yang biasanya dipadati oleh para turis lokal dan mancanegara, kini sepi. Lantaran masyarakat diminta menjaga jarak atau social distancing dan menghindari atau membuat keramaian demi meminimalisir penularan virus corona.

Lantas bagaimana dampak dan kehidupan pariwisata Indonesia saat ini?

Jika kita berbicara sektor pariwisata, tentu ada banyak aspek terkait itu yang juga ikut terdampak. Mulai dari agen perjalanan atau event organizer (EO), restoran hingga hotel.

Termasuk usaha kecil menengah yang mengandalkan pemasukkannya dari tempat wisata. Bali contohnya, wilayah ini sudah mulai merasakan penurunan turis sejak Februari lalu.

Tak tanggung-tanggung, angka penurunan turis mencapai 20 persen. Angka itu kian terasa ketika pelarangan masuknya turis dari Tiongkok.

Kendati demikian, turis dari berbagai negara masih datang ke Bali hingga munculnya kabar turis asal Inggris meninggal saat diisolasi di rumah sakit Bali. Dari situlah pesona alam yang jadi magnet Bali seakan sirna dan geliat wisata pun meredup.

Sungguh miris, apalagi melihat kenyataan bahwa tiga perempat perekonomian di Bali berasal dari wisata. Hal serupa juga dirasakan daerah Yogyakarta.

Penurunan turis turut dirasakan sejak bulan Februari. Bahkan di bulan selanjutnya angka penurunan wisatawan asing sampai 90 persen.

Banyak diantara mereka yang memilih untuk membatalkan pesanan hotel dan paket-paket wisata di sejumlah agen perjalanan. Otomatis hal itu turut memukul pengusaha cafe hingga angkringan yang ada di Jogja.

Selain kedua tempat tersebut, lokasi lain yang juga paling merasakan penurunan wisatawan antara lain Manado dan Batam. Jika dikalkulasi secara keseluruhan, menurut
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan nilai kerugian di sektor pariwisata mencapai 7 triliun per bulannya.

Berkaca dari keadaan ini, pemerintah tengah mempersiapkan stimulus bagi para pelaku usaha di sektor tersebut. Tentunya dengan beragam persyaratan, misalnya industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus tetap membayar gaji pegawai saat dirumahkan, membayar gaji pegawai yang bekerja, tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau tetap memberikan Tunjangan Hari Raya (THR).

Kini stimulus tengah dikoordinasikan dengan sejumlah kementerian dan lembaga. Antara lain dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Dalam Negeri, dan OJK.

Kita tunggu saja, semoga stimulus bisa segera rampung, dijalankan, dan teras manfaatnya ke segala pihak yang terdampak. Sehingga bisa menjadi solusi bagi semua pihak, bukan hanya kalangan-kalangan tertentu saja.

Terlepas dari itu, bila membicarakan soal dampak di sektor pariwisata pembahasan tak cukup sampai disitu. Kita juga mesti melihat bagaimana corona mempengaruhi pariwisata di masa mendatang dan apakah sektor tersebut masih akan tetap menggeliat.

Menurut sejumlah ahli, sektor pariwisata baik di Indonesia ataupun negara lain bisa bangkit lagi pasca pandemi corona. Apalagi jika ada penawaran promosi berbentuk diskon harga, pastilah jumlah wisatawan akan kembali merangkak naik.

Akan tetapi ada tantangan baru bagi para pengusaha. Misalnya tarif kapal pesiar menjadi lebih murah, namun pemilik harus memberi batasan jumlah penumpang baru sehingga mereka bisa membuang jauh-jauh bayangan soal penularan virus.

Faktor kebersihan diutamakan. Caranya dengan menaruh hand sanitizer ditiap sudut ataupun melakukan desinfektan secara berkala.

Kemudian tarif hotel dan maskapai penerbangan akan turun. Namun maskapai akan lebih sepi, yakni mengosongkan bangku tengah agar memberi jarak antar penumpang.

Dan persoalan overtourism yang selama ini terjadi bisa terselesaikan selepas wabah virus corona. Pasalnya orang akan kembali melakukan perjalanan dengan bertanggung jawab dan etis, dalam arti bergaya hidup lebih ramah lingkungan.

Sony Kusumo

***