Menkominfo Johnny G. Plate secara teknis sepenuhnya bertanggungjawab atas ulah dan keusilan Bjorka dalam melakukan peretasan.
“The problems are solved, not by giving information, but by arranging what we have known since long“ (Ludwig Wittgenstein, 1889-1951).
Sains dan sistem informatika mutakhir telah dengan mudah meretas segala bentuk aib (infamacy) komunikasi. Era digital yang mampu memultiflikasi semua sistem bigdata (dataism) dan sofistikasi himpunan algoritme pun dengan gampang ditelikung oleh ilmu para hacker.
Sejak 49 kasus peretas data pada 2019 terjadi, kini Kominfo dikejutkan oleh viral peretas dengan akun twitter @Bjorka (Бьорка) yang dalam bahasa Rusia berarti “pengusik” kepalsuan. Akibatnya, Menteri Kominfo John Plate yang juga “gaptek” kelimpungan menghadapi ulah Bjorka dan buru-buru mengganti akses komunikasinya dengan nomor kode Amerika.
Sebagai “kepala negara” komunikasi dan informasi, Menkominfo secara teknis sepenuhnya bertanggungjawab atas ulah dan keusilan Bjorka dalam meretas data-data rahasia yang dilindungi oleh undang-undang keterbukaan informasi publik (UU No.14/2008).
Akan tetapi, undang-undang informasi publik yang bersifat rahasia (disclosure) sering tumpang tindih dengan undang-undang ITE yang sifatnya lebih berbau “kriminalisasi” data informasi.
Mengingat kebebasan dan lalu lintas informasi yang secara digital setiap harinya mengirimkan pesan 6,1 triliun pesan teks atas setara dengan 200.000 per menit (Ansari, 2015) dan Seth Stephen Davidowitz (2017) mengemukan era bigdata berpotensi menjadikan setiap orang jadi pembohong (Everybody Lies).
Potensi sosiologi kebohongan (pack of lies) itu merupakan keniscayaan apa yang disebut “kejutan masa depan” (Toffler, 1970), “masa depan ekstrim” (Canton, 2006), era akselerasi mutakhir (Thank You for Being Late, 2016) Thomas L. Friedman bahkan dekade merajalelanya keserakahan (the roaring nineties,2003) Joseph Stigliz.
Apa yang menjadi substansi gaya dan retas Bjorka ini?
Meski dengan kegaptekan Kominfo dan kedunguan negara (foolish state), Bjorka telah merepresentasi "nabi kebenaran“ (true believer) bagi sistem deteksi dini (early warning information system) potensi bencana "everybody lies“ dan upaya munculnya "bencana kebenaran“ (flood of truth) yang pernah diulas Richard Rorty (1931-2097) sebagai filsafat kontingensi dalam mengungkap apa menjadi presentasi "cermin semesta“.
Pesan "teks dan konteks“ informasi bigdata Bjorka melalui filsafat Rorty dan juga traktat kebenaran filosofi Wittgenstein mengingatkan kita bahwa kebenaran (Wahrheit) itu alamiah dan bukan rekayasa (engineering) yang bisa digelapkan oleh kecanggihan sains dan teknologi mutakhir sekalipun.
Dan kelucuan serta kedunguan sedang menjelma jadi etika publik sibersfer, terutama bagi infantri buzzeR(epublikan)p.
ReO Filsawan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews