Hasil deteksi terakhir Sabtu kemarin menyebutkan radiasi di situ sudah berkurang 30 persen. Masih diperlukan 20 hari lagi untuk menghilangkan semua itu.
Kalau benar, ini sangat mencoreng ilmuwan kita. Bahkan negara kita.
Bagaimana bisa --seperti diumumkan lembaga pengawas nuklir Indonesia kemarin --ditemukan sumber radiasi nuklir di perumahan di Serpong, dekat Jakarta.
Tepatnya di sebuah tanah kosong di komplek perumahan Batan Indah.
Itulah perumahan yang dibangun untuk dibeli karyawan yang terkait dengan Pusat Penelitian Teknologi (Puspitek) Serpong.
Di kawasan lebih 200 hektar itu ada Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), ada reaktor nuklir skala kecil, ada Badan Pengawas Nuklir (Bapeten), ada BUMN Industri Nuklir Indonesia (PT Inuki), dan ada Institut Teknologi Indonesia (ITI).
Tanggal 30 dan 31 Januari lalu Bapeten mencoba alat yang baru dibeli. Yakni alat pendeteksi radiasi.
Sudah menjadi kewajiban Bapeten untuk memonitor bocor tidaknya reaktor nuklir milik Batan di situ.
Umur reaktor itu sudah 40 tahun. Tapi belum bisa dikatakan tua untuk usia sebuah reaktor. Hanya teknologinya yang sudah agak ketinggalan.
Daerah yang diperiksa alat itu meliputi sekitar stasiun kereta api Serpong, ITI, Puspitek, dan sekitarnya.
Semuanya aman. Tidak terdeteksi adanya radiasi.
Tapi ketika membawa alat itu ke komplek perumahan Batan Indah muncullah tanda: ada radiasi di situ.
Ini sebuah keanehan yang menggelikan.
Di sekitar reaktor sendiri tidak ditemukan adanya radiasi. Justru di perumahan yang jauh terdeteksi radiasi. Jarak Batan Indah dengan reaktor itu sekitar 3 kilometer.
Ini sungguh lelucon yang menjengkelkan. Terutama bagi kita yang concern bahwa nuklir adalah masa depan kita.
Ambyar!
Ketika alat pendeteksi itu dibawa keliling di Batan Indah ditemukanlah titik pusat radiasi. Di situlah sumber radiasi itu: di sebuah tanah kosong di sela-sela rumah.
Di situlah sinyal terkuat radiasi muncul: di dalam tanah di situ.
Bapeten pun melakukan penggalian. Di situlah terkubur benda-benda yang pernah berhubungan dengan produk nuklir.
Kelihatannya itu bukan kuburan baru. Tapi tidak diketahui sudah berapa lama terkubur di situ.
Kalau pun ada orang yang sudah terkena radiasi juga belum diketahui sudah berapa lama terkenanya.
Demikian juga pohon-pohon di sekitarnya. Terutama pohon buah: sudah berapa tahun mengisap radiasi dari dalam tanah itu.
Bapeten sudah benar: prioritasnya adalah mengatasi persoalan dulu. Bapeten segera memasang pita kuning di sekeliling lokasi itu. Agar tidak ada orang yang memasuki tanah kosong tersebut.
Langkah berikutnya: mengambil tanah yang sudah terpapar radiasi. Tanah itu dimasukkan drum berpenutup rapat.
Sampai kemarin sudah terkumpul 52 drum tanah yang bisa diamankan. Yakni drum berukuran 100 liter.
Hasil deteksi terakhir Sabtu kemarin menyebutkan radiasi di situ sudah berkurang 30 persen. Masih diperlukan 20 hari lagi untuk menghilangkan semua itu.
Setelah ini barulah dicari jawaban atas banyak pertanyaan berikut ini:
Bagaimana ceritanya sumber radiasi itu bisa sampai di situ.
Sudah berapa lama di situ.
Berapa orang dan berapa pohon yang sudah terpapar di luar batas yang diperbolehkan.
Dugaan saya: ada orang yang mencuri produk nuklir.
Kalau yang dicuri itu senjata nuklir tentu sudah seperti di film Hollywood. Tapi, di Serpong, kan tidak pernah dibuat senjata nuklir.
Yang pernah dibuat di Serpong adalah radio isotop. Yakni nuklir untuk kedokteran. Yang bisa dipakai untuk mendeteksi kanker itu.
Maka, apakah ada yang mencuri radio isotop?
Sungguh pertanyaan yang tidak sampai hati dikemukakan. Sekaligus bikin malu bangsa: masak iya sih sampai ada yang mencuri produk nuklir?
Korupsi Jiwasraya saja sudah sangat memalukan. Tapi kan masih tergolong biasa: ahli keuangan mencuri uang.
Tapi mencuri nuklir? Pengarang novel pun tidak akan pernah punya ide cerita fiksi seperti itu.
Dan ini bukan fiksi.
Berarti, pencurinya orang dalam. Jangan-jangan yang tinggalnya juga di perumahan itu!
Orang dalam mana?
Tidak mungkin orang Bapeten. Tidak mungkin orang Batan. Tidak mungkin orang ITI.
Tidak mungkin Benny Tjokrosaputro.
Ups... Ia kan orang luar.
Yang sangat mungkin adalah: ia orang BUMN.
Tinggal dicari tahu: Kapan? Tahun berapa?
Jangan-jangan sewaktu saya menjadi menteri BUMN!
Saya begitu sedih membaca siaran pers Bapeten kemarin.
Ini pasti menjadi berita dunia --khususnya dunia nuklir. Kok ada produk nuklir bisa dicuri! Betapa bobrok kita ini.
Lantas, bagaimana kita bisa mendapat izin internasional di bidang niklir kalau mereka tahu kelakuan orang kita seperti itu?
Mereka pasti mempertanyakan: bagaimana dunia bisa aman kalau Indonesia diberi ijin nuklir? Apakah bisa dipercaya untuk menjaganya dengan baik?
Jiwasraya telah begitu kuat memukul diri kita. Pencurian produk nuklir ini begitu dalam memukul batin kita.
Itu kalau benar ada pencurian. Dan rasanya benar!
Mungkin.
Dahlan Iskan
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews