Harianto Badjoeri [43]: Bersyukur dan Bahagia dalam Sakit

Banyak rekannya yang meyakini HB tidak seperti orang sakit. Stamina yang tetap kuat pasti ada campur tangan Tuhan yang memberinya kekuatan selalu beraktivitas yang luar biasa tingginya,

Sabtu, 21 Desember 2019 | 17:20 WIB
0
588
Harianto Badjoeri [43]:  Bersyukur dan Bahagia dalam Sakit
Harianto Badjoeri berumrah (Foto: Dok. pribadi)

Sudah delapan tahun Harianto Badjoeri yang oleh koleganya akrab disapa HB ini duduk di kursi roda setelah terserang stroke. Selama mendapat cobaan hidup dari Tuhan itu, HB tidak pernah bersedih atau berputus asa. Dia tabah, kuat, bahagia, dan tidak lupa selalu bersyukur kepada Allah SWT.

HB selalu berkeyakinan bahwa segala perputaran hidup selalu diatur oleh Tuhan, termasuk cobaan sakit yang menimpanya. Sebagai seorang muslim, HB meyakini bahwa seorang muslim yang tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya adalah sedang dalam proses digugurkan dosa-dosanya oleh Tuhan.

“Saya bersyukur diberi cobaan sakit ini, karena saya disayang Tuhan agar tidak lagi berbuat yang lebih membahayakan bagi diri saya dan orang lain,” ujar HB dalam beberapa kali kesempatan kepada tamu-tamu dan koleganya.

Rasa syukur dan bahagia HB dalam sakitnya ini dia jalankan bukan saja dalam rupa beribadah kepada Allah misalnya dengan menunaikan ibadah umroh ke Tanah Suci, namun juga dia perlihatkan dengan banyak membagikan harta yang dia punya kepada orang lain di sekelilingnya maupun kepada orang-orang yang membutuhkannya.


Harianto Badjoeri umrah

Dengan syukurnya itu, HB sama sekali tidak terlihat sedih atau lelah menjalani kehidupannya. Dia mulai pagi sampai malam selalu menjalani pekerjaaanya sebagai salah satu direktur di Taman Impian Jaya Ancol.

Belum lagi dia juga sibuk mengurus puluhan relawannya yang terlibat dalam sebuah organisasi kemanusiaan, HB Center. Organisasi ini bekerja sosial dengan memberi bantuan kemanusiaan seperti kesehatan dan pendidikan kepada orang-orang yang sedang tertimpa musibah maupun terlantar pendidikannya.

Di atas kursi rodanya, HB menunjukkan dirinya sebagai hamba Tuhan yang berpikiran optimistis. Bahwa takdir kehidupan manusia tidak bisa ditolak. Semua takdir adalah bagus, karena semuanya dalam rencana Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

“Tuhan tidak akan membenci hamba-hambanya yang bersyukur dengan segala kondisinya,” kata HB usai menjalani ibadah umroh bersama rombongannya pertengahan Desember 2019.

Jika manusia bisa beryukur dan bahagia dalam sakitnya, HB yakin kehidupan manusia di dunia dan akhirat akan bahagia juga, karena di dalam sakit itu sebagian beban dosa manusia yang menyumbat kebahagiaan sedang dikikis oleh Tuhan.

Dosa dalam pandangan HB adalah kotoran yang melekat dan menjadi beban manusia mencapai kebahagiaan sesungguhnya. Ketika kotoran itu digugurkan melalui proses sakit maka manusia itu sebenarnya sedang disayangi dan dikasihi Tuhannya.

Dengan jiwa bersyukur dan bahagia ini, HB sama sekali tidak terlihat seperti orang sakit yang wajahnya kusam, cemberut, termenung, dan pesimistis. HB malah berwajah bersih, ceria, banyak bersenda gurau, dan optimistis.

Dia tetap semangat menjalani kehidupannya dengan cara membantu atau menolong orang lain yang datang kepadanya untuk meminta bantuannya. Dia dengan cekatan membuat memo atau surat rekomendasi untuk orang-orang yang datang kepadanya. Bahkan dia langsung turun ke lapangan bila dirasa sangat mendesak.

“Pak Harianto luar biasa semangatnya di tengah-tengah keterbatasan fisiknya. Dia seperti orang yang sehat,” ujar seorang rekan HB.

Banyak rekan HB yang meyakini HB tidak seperti orang sakit. Stamina HB yang tetap kuat ini, pasti ada campur tangan Tuhan yang memberinya kekuatan untuk selalu beraktivitas yang luar biasa tingginya, pagi sampai malam (pukul 22.00 WIB).

Dalam kondisi demikian, HB semakin banyak menjalani hidup sehat. Berbagai makanan dan minuman yang secara klinis dan agama dilarang, sudah dia tinggalkan 100%. HB juga lebih mudah mengendalikan emosinya meskipun dalam situasi yang tidak mengenakkan.

“Bapak Harianto sudah luar biasa sabar sekarang ini,” ujar Pak Tris, mantan ajudannya.

Dengan melihat cara HB menjalani hidup yang demikian ini, ada sebuah pesan yang bisa ditarik benang merahnya. Bahwa setiap takdir, khususnya berupa cobaan lapar, susah, dan sakit, adalah proses pematangan diri dan terkikisnya dosa menuju bahagia yang nyata.

Jadi, jalani saja segalanya dengan bersyukur agar Tuhan tetap mengasihi dan menyayangi. 

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [42]: Anak Metropolitannya Blitar yang Melegenda di Ibu Kota