Harianto Badjoeri [15]: Tempatnya Anak Perantauan Minta Pertolongan

Sekecil apapun bantuan dan pertolongan orang dalam kehidupan adalah goresan sejarah yang bernilai tinggi.

Selasa, 5 November 2019 | 08:37 WIB
0
398
Harianto Badjoeri [15]:  Tempatnya Anak Perantauan Minta Pertolongan
Ery Setyanegara (Foto: Dok. pribadi)

Persoalan paling penting manusia dewasa adalah bagaimana mereka memiliki sumber penghidupan. Dengan sumber penghidupan ini, mereka bisa mempertahankan hidup dan kehidupannya secara berkelanjutan.

Apalagi bagi perantau di Jakarta ini, mendapat sumber penghidupan adalah persoalan besar, karena mereka membutuhkan pijakan untuk bisa bertahan hidup kemudian mengembangkan diri dengan memiliki kebutuhan sandang dan papan yang lebih baik.

Tidak semua orang yang merantau di Jakarta ini berhasil mendapat sumber penghidupan. Sebagian besar gagal, lalu tidak kuasa bertahan hidup. Pulang kampung menjadi pilihannya. Atau menggelandang di sudut-sudut perkampungan kumuh sampai tiada akhir.

Salah seorang perantau yang mengalami kerasnya Ibu Kota adalah Dr Ery Setyanegara SH MH. Dia sekarang ini adalah seorang pengacara. Namun, pada tahun 1990-an pernah pontang-panting bertahan hidup sebagai perantau. Dia lalu bertemu dan diurus oleh organisasi yang dipimpin oleh Harianto Badjoeri, yang akrab disapa HB oleh koleganya ini.

Cerita Ery berjuang dan bertahan di Ibu Kota ini dimulai ketika dia merantau di Ibu Kota hanya berbekal ijasah SLTA. Dengan bekal pendidikan seperti itu, Ery mengalami kesulitan mendapat sumber penghidupan memadai. Hampir semua lapangan pekerjaan dia coba masuki, tetapi hasilnya tidak menggembirakan.

Hingga pada suatu hari, dia bertemu dengan sebuah organisasi kemasyarakatan pemuda, di mana HB menjadi pemimpinnya. Lewat organisasi itu, Ery yang berasal dari Lampung dan bernyali tinggi ini masuk ke dalamnya.

Di dalam organisasi itu, Ery mulai mendapat posisi. Kesulitannya membiayai kuliah dan sewa kamar kos mulai terbantu. Dia tidak lagi cemas melalui hari-hari di Ibu Kota ini. Setiap hari dia tidak lagi memikirkan ke mana harus mencari uang untuk biaya hidup dan bayar kamar kos.

Hari demi hari, Ery makin dekat bergaul dengan pengurus organisasi itu. Hingga dia kemudian mendapat kepercayaan sebagai pengurus di wilayah Jakarta Timur. Dia mulai banyak berkenalan dengan petinggi organisasi itu, salah satunya HB.

“Bang Harianto itu memang baik. Dia selalu hangat dengan siapa saja, apalagi dengan orang-orang yang dibinanya,” kata Ery.

Melihat keuletan dan nyali Ery, HB kemudian memberinya rekomendasi untuk menjadi pekerja di salah satu kedai siap saji ternama di kawasan Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

Atas rekomendasi HB ini, pengelola kedai memberi Ery posisi sebagai manajer, sebuah jabatan yang prestisus untuk ukuran anak kampung yang berbekal ijasah SLTA. Kepercayaan jabatan ini dia dapat ini setelah perusahaan kedai itu melihat kemampuan Ery dalam menangani sekelompok orang luar yang kerap berbuat onar di situ.

“Manajer di situ paling lama sebulan diganti, karena tidak sanggup menangani berbagai keonaran yang datang,” kata Ery.

Sejak saat itu, kehidupan Ery berubah. Dia bisa melanjutkan kuliah dan malang melintang ke sana-sini. Tiada hari yang sepi seperti dulu lagi. Setiap hari teman bertambah banyak dan kehidupannya berputar dengan suasana yang menggembirakan.

“Pak Harianto telah menghadirkan kegembiraan buat saya,” kata Ery.

Ery, sekarang telah bergelar doktor, sebuah gelar akademis tertinggi. Dia juga menyandang profesi sebagai pengacara. Dia banyak berkenalan dengan pejabat tinggi dan politisi. Berbagai kasus juga telah dia tangani, mulai dari korupsi sampai orang bercerai.

Tongkrongannya waktu berkeliling kota juga relatif mewah. Dia kadang menggunakan Rubicon, kadang juga Alphard, Hummer, dan BMW. Sebuah simbol alat transportasi modern yang sering digunakan oleh orang-orang sukses dalam hidupnya.

“Yang saya dapat ini tidak bisa lepas dari peran Bang Harianto, karena beliau yang menolong saya, sehingga saya bisa bertahan awal mula merantau di Jakarta,” kata Ery yang sudah memiliki beberapa klien dari luar negeri ini.

Sekecil apapun bantuan dan pertolongan orang dalam kehidupan adalah goresan sejarah yang bernilai tinggi. Orang tidak bisa menghapus jejaknya meskipun dia sudah sukses bahkan melebihi kesuksesan orang yang telah menolongnya itu. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [14]: Memudahkan Orang Meninggal Mendapat Tempat