Harianto Badjoeri [16]: Setia dan Selalu Mencari Tahu Nasib Anak Buahnya

Cara hidup Harianto Badjoeri ini membuatnya tidak pernah sepi meski sudah tidak lagi punya kuasa di birokrasi. Dia selalu didatangi banyak orang untuk menjalin relasi kebaikan.

Rabu, 6 November 2019 | 16:24 WIB
0
334
Harianto Badjoeri [16]:  Setia dan Selalu Mencari Tahu Nasib Anak Buahnya
Ilustrasi jabat tangan (Foto: tribunnews.com)

Anak buah setia kepada pemimpinnya sudah lumrah terjadi, tapi kalau pemimpin setia kepada anak buahnya adalah barang langka. Tapi kesetiaan pemimpin kepada anak buahnya ditunjukkan seorang Harianto Badjoeri alias HB, sepanjang hidupnya.

Anak buah setor upeti kepada pemimpinnya juga biasa, tapi ketika pemimpin setor upeti kepada anak buahnya juga barang langka. Namun, seorang HB biasa memberi “upeti” itu kepada anak buahnya.

Cerita heroik kemanusiaan ini berlangsung bukan sekali dua kali, tetapi sepanjang hidup seorang HB yang sekarang sudah menginjak usia 70-an tahun. Dia sudah tidak prima lagi, tetapi geloranya untuk memberi penghidupan kepada anak buah maupun mantan anak buahnya tidak pernah padam.

“Saya sangat bersedih bila tak bisa memberi sesuatu kepada orang lain, apalagi kepada kerabat dan anak buahnya,” ujar HB.

Adalah terjadi pada hari Senin, 4 November 2019 di kantornya. Waktu itu, HB kedatangan seorang mantan anak buahnya pada era 90-an, namun dia sekarang sudah sukses. Mantan anak buahnya bernama Ery Setyanegara yang sekarang menjadi pengacara itu bercerita panjang lebar mengenang masa lalu yang penuh drama kehidupan penuh dengan pasang surutnya.

Di tengah bercerita itu, HB mendengar nama salah seorang mantan anak buahnya pada era 90-an yang disebut-sebut oleh Ery. Ery waktu itu menyebut nama Jarot. “Wah ke mana dan di mana si Jarot? Tolong dicari, saya ingin jumpa dia. Seperti apa keadaannya? Semoga dia masih sehat,” kata HB berpesan kepada Ery.

Seperti kebiasaan hidup HB bahwa bertemu dengan banyak orang adalah kebutuhannya. Memberi kepada banyak orang adalah kepuasaannya. Anak buah yang dia kasihi tidak memandang latar belakang suku, agama, dan golongan.

“Pak HB tidak bisa melihat anak buah atau mantan anak buahnya susah. Dia pasti ingin memberi sesuatu yang berharga,” tutur seorang kolega HB yang rutin “ disantuni” seorang HB.

Kesetiaan HB kepada anak buahnya pernah terjadi secara mengejutkan pada waktu dia masih aktif sebagai birokrat di Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Waktu itu, hari raya Idul Fitri sudah semakin dekat, sementara dia tidak punya uang cukup untuk memberi uang kepada anak buahnya sekantor. Padahal, dia tidak punya kewajiban memberi uang kepada anak buahnya pada hari raya itu.

Pada waktu itu HB pusing tujuh keliling. Dia tidak bisa membiarkan kehampaan ini terjadi. Tanpa pikir panjang, HB menjual dua mobilnya sekaligus. Uang hasil penjualan mobilnya itu dia bagikan kepada anak buahnya.

“Saya sampai bingung melihat Harianto ini. Di luar nalar manusia,” ujar Anung, teman kecil HB dari kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur ini.

Selain memperhatikan teman-temannya sekantor, HB juga sering mencari tahu keadaan teman-temannya waktu kecil di kampung halaman. Temannya, apalagi yang perempuan pasti dibantu. Temannya yang sakit juga dibantu pengobatannya. HB melakoni itu semua sebagai bentuk kepuasan batin tiada tara.

“Saya kalau nggak ngasih orang malah pusing. Kalau sudah ngasih orang malah bahagia,” kata HB tersenyum.

Cara hidup HB ini membuatnya tidak pernah sepi meski sudah tidak lagi punya kuasa di birokrasi. Dia selalu didatangi banyak orang untuk menjalin relasi kebaikan. Bagi yang tidak datang kepadanya, HB sendiri yang berusaha mencari tahu dan mendatanginya. 

 Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [15]: Tempatnya Anak Perantauan Minta Pertolongan