Di stasiun Balapan nama Didi Kempot terpatri. Sebagai Santo pelindung kaum Ambyar agar bisa bangkit dari patah hati dan dikhianati.
Santo Dionisius dikenal sebagai Santo pengobat sakit kepala, di samping berbagai keahlian orang yang ditasbihkan Gereja Vatikan sebagai orang suci.
Kita tidak tahu mengapa anak seorang seniman Solo bernama Prasetyo diberi nama baptis Dionisius. Mungkin sejak lahir di takdirkan mengobati sakit kepala mereka yang terluka hatinya karena cinta dan penghianatan.
Dan anak itu tidak pernah dipanggil sebagai Dion, Doni, Pras atau Prasetyo. Mungkin hanya di ijazahnya saja ternama nama lengkap dia Dionisius Prasetyo.
Malahan dia kondang dengan nama Didi Kempot. Nama panggung yang membesarkan penghasilannya ketika merantau dari Solo ke Jakarta meninggalkan Solo Balapan dengan patah hati berderai air mata.
Manakala Mamik Prakoso, si Abang jual komedi. Didik kempot jual tragedi. Dan kejamnya Didi Kempot, sama sekali dia tidak menawarkan solusi. Malahan dia tonjolkan akibat dari tragedi itu yang sungguh menyayat hati.
Janji Lungo Mung Sedelo
Malah Tanpo Kirim Warto
Lali Opo Pancen Nglali
Yen Eling Mbok Enggal Bali
( Solo Balapan)
Malahan dengan tanpa kasihan Didi Kempot mengerus hati nan luka untuk ebih luka lagi
Cidro janji tegane kowe ngapusi
Nganti seprene suwene aku ngenteni
Nangis batinku, nggrantes uripku
Teles kebes netes eluh neng dadaku
(Pamer Bojo)
Baca Juga: Didi Kempot Meninggal Dunia
Didi Kempot secara tidak sengaja meramu patah hati justru menjadi obat hati. Dia ajak jutaan orang patah hati untuk melampiaskan kegundahan hati dengan bernyanyi. Sambil mengingat tempat nostalgia memadu kasih yang tinggal kenangan karena ada yang ingkar janji.
Didi kempot mengiris hati mereka yang patah dengan harapan mereka bisa bangkit lagi menatap masa depan. Bahwa jodoh bisa dicari lagi asal tidak ditangisi meski hati begitu menggigil karena dikhianati.
Ademe gunung merapi purbo
Melu krungu suaramu ngomongke opo
Ademe gunung merapi purbo
Sing neng langgran Wonosari Yogjokarto
( Banyu Biru)
Tapi sekarang kita benar benar menangis. Sang maestro pemaham dan pengobat patah hati itu pergi. Dionisius Prasetyo aka Didi Kempot dipundut sang Pencipta. Dia menggapai banyu langit. Yang dia bilang sendiri adanya di sing ono nduwur kayangan. Sementara kita disini mencoba meneruskan bait syairnya
Sworo angin
Angin sing ngreridu ati
Ngelingake sliramu sing tak tresnani
Pengen nangis
Ngetokke eluh neng pipi...
Kita tidak sanggup lagi melantunkan Banyu Biru sampai tuntas. Mbrebes mili air mata kita dan tenggorokan tercekat oleh haru pilu meratapi kepergian sang Maestron yang begitu tiba-tiba.
Yang membuat kita nanti tercenung sejenak manakala nanti kita berhenti di stasiun Balapan. Di stasiun ini, nama Didi Kempot terpatri. Sebagai Santo pelindung kaum Ambyar agar bisa bangkit dari patah hati dan dikhianati.
Dengan bernyanyi...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews