Santo Ambyar Banyu Biru

Di stasiun Balapan nama Didi Kempot terpatri. Sebagai Santo pelindung kaum Ambyar agar bisa bangkit dari patah hati dan dikhianati.

Selasa, 5 Mei 2020 | 12:51 WIB
0
400
Santo Ambyar Banyu Biru
Didi Kempot (Foto: cultura.id)

Santo Dionisius dikenal sebagai Santo pengobat sakit kepala, di samping berbagai keahlian orang yang ditasbihkan Gereja Vatikan sebagai orang suci.

Kita tidak tahu mengapa anak seorang seniman Solo bernama Prasetyo diberi nama baptis Dionisius. Mungkin sejak lahir di takdirkan mengobati sakit kepala mereka yang terluka hatinya karena cinta dan penghianatan.

Dan anak itu tidak pernah dipanggil sebagai Dion, Doni, Pras atau Prasetyo. Mungkin hanya di ijazahnya saja ternama nama lengkap dia Dionisius Prasetyo.

Malahan dia kondang dengan nama Didi Kempot. Nama panggung yang membesarkan penghasilannya ketika merantau dari Solo ke Jakarta meninggalkan Solo Balapan dengan patah hati berderai air mata.

Manakala Mamik Prakoso, si Abang jual komedi. Didik kempot jual tragedi. Dan kejamnya Didi Kempot, sama sekali dia tidak menawarkan solusi. Malahan dia tonjolkan akibat dari tragedi itu yang sungguh menyayat hati.

Janji Lungo Mung Sedelo
Malah Tanpo Kirim Warto
Lali Opo Pancen Nglali
Yen Eling Mbok Enggal Bali
( Solo Balapan)

Malahan dengan tanpa kasihan Didi Kempot mengerus hati nan luka untuk ebih luka lagi

Cidro janji tegane kowe ngapusi
Nganti seprene suwene aku ngenteni
Nangis batinku, nggrantes uripku
Teles kebes netes eluh neng dadaku
(Pamer Bojo)

Baca Juga: Didi Kempot Meninggal Dunia

Didi Kempot secara tidak sengaja meramu patah hati justru menjadi obat hati. Dia ajak jutaan orang patah hati untuk melampiaskan kegundahan hati dengan bernyanyi. Sambil mengingat tempat nostalgia memadu kasih yang tinggal kenangan karena ada yang ingkar janji.

Didi kempot mengiris hati mereka yang patah dengan harapan mereka bisa bangkit lagi menatap masa depan. Bahwa jodoh bisa dicari lagi asal tidak ditangisi meski hati begitu menggigil karena dikhianati.

Ademe gunung merapi purbo
Melu krungu suaramu ngomongke opo
Ademe gunung merapi purbo
Sing neng langgran Wonosari Yogjokarto
( Banyu Biru)

Tapi sekarang kita benar benar menangis. Sang maestro pemaham dan pengobat patah hati itu pergi. Dionisius Prasetyo aka Didi Kempot dipundut sang Pencipta. Dia menggapai banyu langit. Yang dia bilang sendiri adanya di sing ono nduwur kayangan. Sementara kita disini mencoba meneruskan bait syairnya

Sworo angin
Angin sing ngreridu ati
Ngelingake sliramu sing tak tresnani
Pengen nangis
Ngetokke eluh neng pipi...

Kita tidak sanggup lagi melantunkan Banyu Biru sampai tuntas. Mbrebes mili air mata kita dan tenggorokan tercekat oleh haru pilu meratapi kepergian sang Maestron yang begitu tiba-tiba.

Yang membuat kita nanti tercenung sejenak manakala nanti kita berhenti di stasiun Balapan. Di stasiun ini, nama Didi Kempot terpatri. Sebagai Santo pelindung kaum Ambyar agar bisa bangkit dari patah hati dan dikhianati.

Dengan bernyanyi...

***