Didi Kempot Meninggal Dunia

Saya senang dalam dua tahun terakhir ini, nama Didi Kempot melejit kembali, setelah hilang hampir 20-an tahun.

Selasa, 5 Mei 2020 | 11:19 WIB
0
310
Didi Kempot Meninggal Dunia
Didi Kempot (Foto: tribunnews.com)

Demikianlah. Dionisius Prasetyo, Didi Kempot (53), meninggal dunia, d RS Kasih Ibu, Solo, Selasa, 5 Mei 2020, jam 07.45.

Dan sunyi itu ambyar. Dan menjadi lebih ambyar lagi kini. Bukan hanya bagi sad boys dan sad girls, para sobat ambyar. Namun semuanya. Dari berita media, Didi Kempot sudah dalam keadaan tak sadar ketika dibawa ke rumah sakit. Saya tak berani menduga apa, tetapi keras dugaan saya karena jantungnya, dan karena kecapekan. Tapi wallahu’alam.

Saya mengenal Didi Kempot relatif dekat, karena selama 3 tahun bersamanya. Ketika Didi Kempot menjadi bintang utama, untuk program acara TV ‘Es Campur Es’, Show Campur Sari Didi Kempot, di stasiun TV7 milik Kompas (2000–2003, waktu itu, sebelum akhirnya dibeli Transcorp dan kemudian menjadi Trans7).

Selaku penulis script, sekaligus menempatkan saya sebagai music director, saya memilih ratusan lagu Didi Kempot, untuk disusun menjadi semacam potpoury dalam drama komedi musical. Dalam setiap episode, saya pilih 4-5 lagu Didi Kempot, yang harus bisa menjadi outline bagi tema dan plot yang mau dibangun. Hal itu masih ditambah dengan maksimal 2 lagu dari penyanyi lain.

Banyak penyanyi papan atas pernah tergabung dalam acara itu. Seperti Katon Bagaskara, Yana Yulio, Titiek Puspa, Hetty Koes Endang, Nita Thalia, Waljinah, Memes, Dewi Yull, bahkan Leo Kristi, di samping beberapa seniman daerah, etnik, seperti Cak Sidik, Cak Kartolo, Sudjud Kendang, Marlena, Detty Kurnia, Kroncong Tugu.

Spirit kami waktu itu, bagaimana mengkolaborasikan kekuatan media massa seperti televisi, untuk seni-seni daerah atau etnik. Didi Kempot adalah jembatan paling tepat pada waktu, ketika namanya makin membahana dimuali dari Sewu Kutha.

Ada sekitar 400-an lagu Didi Kempot harus saya dengarkan. Juga harus mondar-mandir ke Semarang, menemui beberapa produsen rekamannya. Ke Solo melihat latihan anak-anak Orlando (Ora Lali Ndonga), pengiring Didi Kempot, yang sehabis latihan pasti dilanjut dengan ‘muter nginum ciu’. Dan tentunya di Jakarta, saat-saat syuting di Gedung Kautaman, TMII, dan kemudian di panggung Pantai Festival, Ancol.

Di Gedung Kautaman TMII, sepenuhnya tapping, rekaman dan di dalam gedung, dengan penonton bayaran dan duduk di kursi. Tingkat stressing tak begitu tinggi. Tetapi mulai di Pantai Festival, program acara berlangsung dalam dua model, live dan tapping. Namun untuk tapping pun, tetap berlangsung sebagaimana pertunjukan musik biasanya. Ada ribuan massa penonton, mereka teriak, berjoget, merespons apa yag dinyayikan Didi Kempot. Waktu itu, Didi Kempot mengkompromikan campursari dengan congdhut (keroncong ndangdhut), sebelum dihajar ndangdhut koplo.

Di panggung itulah, saya dan Kempot makin akrab. Karena di atas panggung, hanya saya yang menemani Didi Kempot. Sebagai music director on stage, Kempot tentu sangat tergantung pada saya. Hingga saya tahu saat-saat di mana ia tenang atau stress.

Sebelum pertunjukan, saya dan Kempot di atas panggung, di belakang layar, selalu mengawali dengan ritual minum segelas wiski. Dia yang menuangkannya. Akan meminumnya lebih dulu, jika ia yakin akan aksi panggungnya. Tapi akan menyodorkannya ke saya untuk meneguk lebih dulu, jika ia tak yakin. Jatah kami, masing-masing setengah gelas.

Di Gedung Kautaman, tentu situasinya berbeda. Kalau Didi Kempot ngilang, saya tahu bukan hanya karena stress, tetapi juga karena kelelahan. Kalau sudah demikian, dia bisa seolah ngambeg. Sementara di Pantai Festival, yang semuanya langsung, live on stage, dengan tingkat stress yang tinggi, saya harus mengatur dan menjaga kemunculan Didi Kempot, agar tak kecapekan. Untungnya teman-teman pelawak, sebagai insert-insert off air pas tayangan iklan, ngerti jika saya ngasih kode untuk ngoceh terus, meski mereka sudah kehabisan materi.

Saya senang dalam dua tahun terakhir ini, nama Didi Kempot melejit kembali, setelah hilang hampir 20-an tahun. Dengan berbagai sebutan sobat ambyarnya yang baru, sebagai The Godfather of Broken Heart.

Terimakasih Lord Didi, dari ‘Konser Amal dari Rumah’ yang diinisiasinya bersama Kompas TV, engkau bisa mengumpulkan dana masyarakat Rp8 milyar lebih, dan membuat server kitabiadotcom down. Sepuluh kali lipat dari yang didapat konser amal Rhoma Irama sesudahnya.

Engkau layak sebagai The Godfather of Brokenheart nan ambyar itu. Engkau telah merambah ribuan kota, menebarkan layang kangen kepada mereka yang merindukan cinta, dan kemanusiaan. Saya ingat dan sangat terkesan, bagaimana duet Didi Kempot dan Katon di Pantai Festival begitu mempesona, Angrie Foe Yoe! Tuhan besertamu, ambyarsaddor for sad boys ’n girls!

***