Tapi yang jelas sudah ada yang meradang dan berharap Anies menyuruh putrinya pakai jilbab agar 85% umat Islam memilihnya kalau nanti maju sebagai capres
Ada teman yang heran mengapa Anies Baswedan menggunakan adat budaya Jawa pada pesta perkawinan anaknya dan bukannya adat Arab.
Anies Baswedan kan keturunan Arab kok malah milih adat Jawa? Udah gitu anaknya gak pakai jilbab pula...
Ya karena Anies Baswedan itu pintar, jawab saya.
Anies tentu saja sadar dan paham belaka implikasi dari pemilihan adat budaya perkawinan putrinya termasuk konsekuensi dari pilihan putrinya untuk tidak berjilbab tersebut.
Anies itu pandangan agamanya moderat dan tentu paham beda antara tuntunan agama dan budaya atau tradisi.
Tatacara akad nikah tentu menggunakan ajaran Islam sedangkan resepsi adalah tradisi dan budaya belaka dan mereka memilih adat Jawa karena Anies Baswedan lahir dan hidup sejak kecil di Jawa, tepatnya di Jogya.
Bagi yang tidak paham mungkin tidak tahu bahwa dalam tradisi pesta perkawinan Arab tamu pria dan wanita itu dipisahkan.
Dan bayangkan betapa repotnya kalau Presiden Jokowi dan Ibu Iriana mesti dipisahkan jika mereka mau hadir. Tidak akan ada foto bersama mempelai seperti yang bisa Anda lihat seperti sekarang ini.
Apakah ada kemungkinan pemilihan tatacara adat perkawinan ini bernuansa politis? Seorang teman lain menulis pada saya via japri.
Tentu saja ada, jawab saya via japri juga. Kan saya sudah bilang bahwa Anies Baswedan itu pintar. Tapi tidak akan saya jelaskan di sini. Nanti jadi publik dong...!
Tapi yang jelas sudah ada yang meradang dan berharap Anies menyuruh putrinya pakai jilbab agar 85% umat Islam memilihnya kalau nanti maju sebagai capres.Dan saya sungguh ngakak membacanya... What a joke...!
Madigondo, 1 Agustus 2022
***
Satria Dharma
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews