Hingga tiba pada suatu hari, jam tangan itu dia berikan kepada salah seorang sahabatnya yang dia anggap tepat.
Sepak terjang HB, sapaan akrab Harianto Badjoeri memang luar biasa “gila”. Salah satu yang cukup gila adalah ketika dia membeli jam tangan merek Chopard bertahta berlian buatan Swiss di sebuah toko di pusat perbelanjaan mewah di Thailand, hingga kartu kreditnya “gosong”.
Dia beli jam tangan itu bukan karena membutuhkan atau buat pamer kekayaan kepada orang lain, benar-benar bukan. Dia membelinya karena merasa terhina oleh penjaga toko jam tangan.
Ceritanya adalah, pada suatu hari HB yang berkunjung ke Thailand, sebuah negeri tujuan wisata yang terkenal dengan industri hiburan malamnya, berjalan-jalan menggunakan celana pendek dan kaos oblong.
Dia tiba-tiba tertarik ketika melihat sebuah toko jam yang menjual jam tangan bermerek dunia. Pengunjung toko jam itu umumnya adalah orang-orang berpakaian perlente yang menandakan sebagai orang kaya.
Tentu saja toko jam itu dijaga oleh perempuan dan lelaki cakep dengan penampilan necis dan beraroma wangi pula. Mata HB tertarik dengan salah satu jam tangan bertahta berlian bermerek Chopard buatan Swiss yang dipajang di salah satu etalase khusus.
Sebagai pejabat teras di DKI, HB dengan yakinnya meminta penjaga toko untuk mengeluarkan jam tangan itu agar bisa dia coba. Tetapi, dengan angkuhnya, penjaga toko menolak mengeluarkannya, karena itu jam tangan mahal.
Jam tangan itu tidak boleh disentuh orang bila tidak membelinya. Mendapat jawaban demikian, HB tersinggung dan merasa terhina. Dia lalu mendatangi manager on duty toko jam tangan itu.
“Tolong ganti karyawan model begitu. Kalau semua orang ditolak memegang jam tangan yang kamu jual, toko mu bisa bangkrut karena gak ada yang mau beli,” kata HB tegas.
Dengan perasaan terhina, bukan saja secara pribadi tetapi terhina martabatnya sebagai warga negara Indonesia, HB pun mengeluarkan kartu kredit setumpuk dari dalam dompetnya.
“Pokoknya saya kuras semua kartu kredit saya buat beli jam tangan itu. Sampek ‘gosong’,” kata HB.
Melihat sikap HB mengeluarkan kartu kreditnya, manager on duty toko itu langsung sibuk turun tangan. Dia sendiri yang melayani HB. Bahkan dia meminta maaf kepada HB sambil menyuruh penjaga tokonya menyingkir. Bengonglah para pengunjung toko itu melihat setumpuk kartu kredit milik HB tetapi dengan tampilan “kucal” layaknya turis backpacker.
Setelah kartu kreditnya digesek srek- srek-srek, jam tangan berharga Rp200-an juta pada awal tahun 2000-an itu pun berpindah tangan menjadi milik HB. Dia langsung menenteng jam tangan itu dengan bangga bercampur kesal.
“Saya sebenarnya bisa beli semua jam tangan yang kamu jual di sini,” kata HB membuat bluffing kepada manager on duty toko jam tangan itu sambil berjalan pergi.
Keluar dari toko jam itu, HB merasa dongkol juga. Gara-gara hanya merasa terhina, kartu kreditnya jadi “jebol”.
“Gara-gara penjaga toko kurang sopan tadi, saya jadi begini deh,” kata HB bergumam dalam hati.
Sesampainya di rumah, HB malas menggunakan jam tangan itu, karena dia merasa malu pamer barang mewah kepada orang lain. Hingga tiba pada suatu hari, jam tangan itu dia berikan kepada salah seorang sahabatnya yang dia anggap tepat.
“Saya benar-benar nggak nyangka dikasih jam tangan semewah itu,” ungkap salah seorang sahabat HB yang beruntung menerima pemberian jam tangan itu.
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [3] Memberi Kartu Nama kepada Orang Mati
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews