Harianto Badjoeri [3] Memberi Kartu Nama kepada Orang Mati  

Kartu nama adalah barang paling sepele sebagai pengingat hubugan baik antarmanusia, khususnya orang yang akan menjalin persahabatan lebih lanjut.

Selasa, 22 Oktober 2019 | 20:27 WIB
0
511
Harianto Badjoeri [3]  Memberi Kartu Nama kepada Orang Mati   
Harianto Badjoeri sedang terapi dijenguk tim Persija (Foto: Dok. pribadi)

Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB ini meskipun berwatak keras dan tegas, namun juga penuh humor tingkat dewa. Bukan hanya membikin tertawa kepada orang-orang yang masih hidup di sekitarnya, orang mati pun dia bikin tertawa.

Nih ceritanya yang paling membuat orang tertawa di luar kebiasaan.

Pada suatu hari, salah seorang lelaki sahabat HB meninggal. Sahabat ini berasal dari daerah di Pulau Sumatera dan beragama bukan Islam.

Dengan adat dan tata acara agamanya, almarhum di semayamkan di rumah duka dengan dipakaikan jas dan peti mati. Keluarga inti maupun keluarga besarnya menangis pilu, sehingga seisi ruangan itu begitu berduka suasananya.

Sudah seperti biasanya, seorang HB dengan diiringi rombongannya melayat ke rumah duka sahabatnya itu. Begitu masuk ruangan, HB kaget melihat suasana yang begitu berduka. Semua anggota keluarga berlinang air mata sambil tak henti-hentinya berdoa.

HB pun mendekati peti mati sahabatnya itu. Di depan peti mati, HB mengomat-ngamitkan bibirnya sebagai tanda dia sedang menggucapkan doa sesuai agamanya.

Selesai berdoa, dia kemudian memanggil ajudannya. “Tolong kartu nama saya,” katanya.

“Ini Pak,” kata ajudannya sambil menyerahkan kartu nama kepada HB.

Dengan santainya, HB kemudian memasukkan kartu namanya itu ke kantung jas almarhum yang sudah terbujur di peti mati.

“Kawan, ini saya kasih kartu nama. Supaya kamu mengingat saya sekaligus memanggil saya bila membutuhkanku,” kata HB mantab.

Melihat tindakan HB ini, keluaga almarhum yang tadinya menangis pilu mendadak berhenti.  Mereka heran. Mereka saling pandang satu dan lainnya. Sebentar kemudian, mereka tertawa terbahak-bahak.

“Aduh, ada-ada saja Bapak ini. Orang mati pun masih dikasih kartu nama dan diajak bercanda pula,” ujar salah seorang anggota keluarga almarhum seprti dituturkan oleh saksi hidup, Raymond Pardede.

Sekilas, pemberian kartu nama itu sekadar bahan lelucon, tapi sebenarnya itu adalah pesan kecil yang keluar secara spontan dari sifat dasar seorang manusia. Manusia yang berwatak pemberi dan sosial, dia akan selalu memberikan sesuatu yang melekat kepada orang yang dia kenal atau membutuhkan. Sebaliknya, manusia kikir akan merasa rugi meskipun sekadar membantu barang sepele.

Begitu juga HB, wataknya sebagai manusia pemurah muncul sekalipun menghadapi orang mati. Dia berusaha memberi sesuatu yang sederhana, namun menjadi pesan pengingat.

Kartu nama adalah barang paling sepele sebagai pengingat hubugan baik antarmanusia, khususnya orang yang akan menjalin persahabatan lebih lanjut. 

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [2]: Dermawan Sejak Jadi Pegawai Rendahan