Dengan tiada putusnya aliran donasi ke sosok HB ini, duit di kantung juga gak habis. Habis satu masuk seribu. Begitu terus bak pohon duit yang tidak mengenal musim kemarau atau panen ini.
Pada tahun 90-an, Harianto Badjoeri muda memang sudah dikenal oleh banyak kalangan, khususnya para kaum papa dan lara. Waktu itu dia masih jadi pegawai negeri sipil kelas bawah di Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
Dia dikenal sebagai “pohon duit”. Pagi berbuah duit, sorenya dipetik. Begitu terus siklusnya setiap hari. Di mana HB, sapaan akrab Harianto Badjoeri, hadir entah itu sedang makan bakmi dan minum di tepi jalan, olahraga, atau sedang tugas lapangan, di situlah si pohon duit dipetik oleh pencari berkah.
Salah satu tempat favorit HB membuahkan kedermawanannya adalah di komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno (GBK). Dengan ditemani beberapa orang sahabatnya, HB sambil olahraga dan minum dawet pedagang kaki lima, dia menunggu “semut-semut” mendatanginya utuk mendapat “gula”.
Bila semut-semut itu sudah datang, dia kemudian memanggil pedagang kaki lima yang banyak berkeliling di GBK itu. Pedagang pecel gendong, dawet, dan bakso dia beli kemudian dia suguhkan kepada tamu-tamunya itu.
Sambil ngobrol ngalor ngidul dan tertawa-tawa, HB pun langsung merogoh kantung celananya. Srek-srek-srek, suara duit dia hitung di tangannya. Dengan cepat dia sodorkan kepada tamu-tamunya itu.
“Nih, buat transport dan beli oleh-oleh orang rumah,” ujar HB kepada tamu-tamunya itu.
Setiap tamu tentu berbeda-beda duit yang diterima. Semakin sering dan dikenal oleh HB, maka semakin tebal duit yang diterima si tamu. Kalau masih tamu baru maka duitnya hanya cukup buat naik taksi, rokok, makan nasi padang, serta oleh-oleh keluarga di rumah. Sesuatu yang cukup mewah di zaman itu.
Tetapi, kalau sudah sering sowan ke HB, maka si tamu pasti akan menerima duit lebih tebal. Pokoknya bisa buat ngebulin dapur selama seminggu lamanya.
Bagi tamu baru pasti terheran-heran dengan gaya HB ini. Meski masih pegawai rendahan, tapi gemar bagi-bagi duit kepada orang lain, bahkan yang tidak dia kenal sama sekali. Sesuatu yang amat langka ditemui.
“Janganlah takut kehabisan duit, tapi takut lah duit tidak datang kepadamu,” demikian mungkin prinsip hidup dermawan seorang HB.
Dan, itu benar. HB tidak pernah sepi dari donatur. Banyak koleganya yang sukarela “menitipkan” sedikit kelebihannya kepada sosok HB, karena mereka yakin titipannya itu akan digunakan oleh HB untuk kepentingan sosial.
“Bapak berjiwa sosial tinggi. Apa yang dia dapat pasti habis juga buat orang lain,” ujar seorang laki-laki pengusaha yang dekat dengan HB.
Dengan tiada putusnya aliran donasi ke sosok HB ini maka duit di kantungnya juga gak pernah habis. Habis satu masuk seribu. Begitu terus bak pohon duit yang tidak mengenal musim kemarau atau panen ini.
“Jangan takut miskin, karena tuhan maha kaya dan pemurah,” kata HB berprinsip.
Begitu terkenalnya HB sebagai pohon duit, banyak pihak bercerita dari mulut ke mulut, sehingga semut yang datang ke HB pun semakin hari semakin banyak. Sampai-sampai ada kebiasaan di kalangan “pengalap” berkah ketika mereka sedang bokek maka otak mereka hanya terbayang sosok HB.
“Bokek nih mau bayarin anak sekolah lagi. Udahlah kita ke Mas Har saja yuk,” demikian kalimat umum di kalangan para pencari berkah itu.
(Bersambung)
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [1] Memberi Perintah dengan Cara “Batuk-batuk”
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews