Di mata Wahyu sekeluarga, HB adalah perantara pertolongan yang tiada bisa dilupakan seumur hidupnya. Melalui perannya lah, kebahagiaan menghampiri kehidupan keluarganya.
Wahyu Hidayati Sisworo (43 tahun), aparatur sipil negara di pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak bisa membayangkan hidupnya bakal jadi apa seandaianya tidak ada kehadiran Harianto Badjoeri yang akrab di sapa HB di tengah-tengah keluarganya pada tahun 1997.
Waktu itu, pada 4 April 1997, ayahnya, Danu Sisworo (44 tahun) meninggal setelah terperangkap api ketika sedang memadamkan kebakaran di pusat perbelanjaan elektronik Harco Mangga Dua, Jakarta Pusat.
Sebagai isteri pegawai negeri sipil, Ny Sularia, ibu Wahyu Hidayati nyaris tak punya harapan untuk bertahan apalagi menyekolahkan 4 anaknya sepeninggal suaminya itu. Suaminya adalah satu-satunya tulang punggung kehidupan keluarganya. Sularia yang waktu itu tinggal di rumah milik pemerintah di komplek pemadam kebakaran Jakarta Pusat, hanyalah ibu rumah tangga yang hanya punya keterampilan menjahit.
“Setelah Bapak saya meninggal, kami sangat terpukul dan tidak tahu lagi bagaimana melanjutkan hidup karena Bapak menjadi tulang punggung kami,” ujar Wahyu hidayati.
“Saya amat bersyukur dan berterima kasih kepada Pak Harianto yang telah menolong saya dan keluarga saya di tengah-tengah ketiadaan harapan lagi,” kata Wahyu.
Sepeninggal ayahnya, HB mengambil alih peran ayah Wahyu. Padahal, HB bukan siapa-siapa. Saudara bukan, teman bukan, bahkan kenalan juga bukan. HB benar-benar orang luar yang mengenal Wahyu dan keluarganya selepas ayahnya gugur dalam tugas melalui pemberitaan media massa.
“Saya menolong mereka, karena saya iba melihat masa depan mereka setelah kepala rumah tangganya meninggal dalam tugas,” kata HB.
Bagi HB, siapa pun yang meninggal dalam tugas dan bermanafaat bagi orang banyak adalah pahlawan. Sebagai pahlawan, layaklah bila dihormati jasanya, dan diurusi keluarganya.
“Saya berusaha menolong semata-mata karena perintah agama saya,” kata HB.
Selain keluarga Wahyu, HB juga membantu keluarga pemadam kebakaran yang ikut terlibat dalam pemadaman api bersama ayah Wahyu.
Pertolongan HB kepada keluarga Wahyu tidak bisa dihitung jumlahnya. Seketika itu, HB mengirim beras mencapai 2 ton jumlahnya. Belum lagi kebutuhan dapur seperti minyak, mi, dan lain-lain.
Kebutuhan hidup seperti itu diberikan HB secara konsisten bertahun-tahun lamanya. Bahkan, ketika barang-barang kebutuhan hidup itu belum habis dimasak sehari-hari, HB sudah mengirimnya lagi.
Selain menanggung logistik kebutuhan hidup sehari-hari, HB juga memberi bantuan uang secara konsisten. Jumlahnya cukup besar untuk ukuran waktu itu. Pernah HB menyumbang uang sampai Rp15 juta! Nilai uang sebesar itu pada waktu itu sudah bisa digunakan untuk membeli mobil minibus 1.000 CC.
Kepada ibunya Wahyu, HB berjanji akan menyekolahkan 4 anaknya sampai selesai. Dan, Wahyu menjadi bukti nyatanya. Wahyu bersama adik-adiknya, Wahyu Hadi Sisworo (kembaran), Andy Imam Wibowo Sisworo (almarhum), dan Oktoria Astini Sisworo, dibiayai pendidikannya sampai selesai. Wahyu Hidayati sendiri lulus dari Universitas Trisakti sampai selesai.
Selain dibiayai kuliahnya, HB pada 1998 juga membina dan mengarahkan Wahyu yang saat itu bekerja di Dinas Pariwisata DKI. Kemudian HB juga merestui Wahyu pindah tugas ke Dinas Pelayanan Pajak yang sekarang berubah nomenklatur menjadi Badan Pelayanan Pajak dan Retribusi. Sekarang, Wahyu bertugas di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.
Setelah Wahyu menjadi pegawai negeri sipil, perjalanan hidup keluarganya sedikit demi sedikit berubah. Adik kembarannya, Wahyu Hidayat juga bernasib baik. Dia juga diterima bekerja di Pemerintah Provinsi DKI.
Meskipun sudah menjadi pegawai negeri, peran Harianto tidak juga berhenti. Dia masih membantu kekurangan biaya keluarga Wahyu. Mulai dari biaya berobat atau sekolah adiknya Wahyu yang lain.
“Pak Harianto benar-benar ayah angkat saya sejati,” ungkap Wahyu.
Meskipun telah menolong banyak keluarga Wahyu, HB tidak pernah sombong, malah cenderung diam. HB hanya mengaku sebagai hamba Allah SWT yang melaksanakan perintah agamanya, Islam.
“Pertolongan yang sebenarnya ada pada Allah, manusia hanya menjadi perantara pertolongan,” kata HB berfilosopi.
Di mata Wahyu sekeluarga, HB adalah perantara pertolongan yang tiada bisa dilupakan seumur hidupnya. Melalui perannya lah, kebahagiaan menghampiri kehidupan keluarganya.
“Semoga Pak Harianto sehat selalu dan diberi pembalasan amal kebaikan yang melimpah oleh Allah SWT. Beliau adalah contoh teladan kami sebagai anak-anak angkat beliau agar kami selalu menolong orang yang butuh pertolongan tanpa pandang bulu. Insha Allah kami akan meneruskan jejak kebaikan beliau,” kata Wahyu.
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [50]: Menjadikan Satpol PP Masuki Masa Kejayaan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews