Pada tahun 1981, saat saya bergabung di Kopassus TNI-AD dan menginjakkan kaki pertama di Markas Komando Pasukan Khusus, tidak tampak suasana keangkeran layaknya Markas Pasukan Khusus TNI-AD.
Saya, bersama 2 (dua) sejawat dokter, diterima oleh Komandan Detasemen Markas Passus (saat itu masih Kopasandha: Komando Pasukan Sandi Yudha).
Dokter Dally, menyampaikan kepada Dandenma, bahwa saya “Penerjun” dan oleh Wakil Komandan Detasemen Markas Mayor Nurdin, saya diantar ke Mobile Team Training (MTT), dari US Airborne Special Forces, yg sedang melatih para Prajurit Kopassus dalam kemampuan Terjun HALO (High Altitude Low Opening), atau terjun dari ketinggian di atas 30.000 kaki(+/- 10 km), Diatas Permukaan Laut/DPL) dan mencabut payung diketinggian sekitar 600 m DPL.
Saya, di tes Ground Training di atas tanah dalam berbagai posisi Terjun dan dilakukan tes terjun bersama Sersan Kepala Bill Matheuws.
Saya, saat itu baru terjun sekitar 48 kali dan saat di tes oleh Pelatih dari Amerika: Saya ditangkap diudara 3X atau dikenal dengan sebutan: Kerja Sama Diudara (Relative Works).
Saya, langsung diangkat menjadi Asisten Pelatih dan bertugas mengawal dua siswa penerjun, setiap kali terjun. Kami terjun setiap hari 2-3 kali, dan setelah 3 minggu latihan: Saya diperintah untuk mengawal ketika itu Kapten Inf. Prabowo dan jumlah terjun saya sudah mencapai 80-an kali Terjun Bebas.
Sebelum terjun, tugas kami adalah memeriksa kesiapan dan kenyamanan payung, ransel tempur dan senjata laras panjang yg dibawa terjun tempur.
Saya dan Bapak Prabowo, mendarat selalu berdekatan karena selesai melipat payung, kami saling check dan re-check parasut kami masing-masing.
Bapak Prabowo, yang saya kenal saat latihan terjun, penuh canda ria, ramah, berani, hatinya halus, bicara apa adanya dihati dan selalu tersenyum baik didarat maupun di pesawat.
Suatu hari terjun diakhir pekan, kami tidak membawa peralatan termpur: Ransel, Senjata dsb.
Saya memberanikan diri, menyampaikan usul kepada Pak Prabowo: ”Ijin Pak, Boleh saya menangkap Bapak di udara?”
Pak Prabowo menjawab: ”Boleh Dok... boleh... silahkan. Saya harus gimana?”
Boyke: ”Pak, saya exit dari pesawat C-130 (Hercules), menempel dipunggung Bapak dan nanti saya ke depan Bapak untuk menangkap tangan Bapak dan kita Break Off (Berpisah 3.500 kaki).
Kami latihan kering/Ground Training dulu, disaksikan Pelatih Amerika: Sergant Bill Matheus. Sersan Bill, ngangguk-angguk tanda bahwa: Loud n Clear, menangkap Kap. Prabowo diudara bisa dilaksanakan.
Kala itu, jumlah terjun saya sudah 99 kali, dan seperti biasa, saya duduk berdampingan dengan Bpk. Prabowo sampai ketinggian pesawat C-130 Hercules di atas 13.000 kaki atau sekitar 4,3 km di atas permukaan laut.
Saat Door Open, atau pintu pesawat dibuka, kami semua para penerjun berdiri dan saling periksa peralatan terjun.
Ketika 6 (enam) detik sebelum perintah Exit/Loncat Keluar: Saya dan Bpk Prabowo, sudah ada dibibir Pintu Hercules, dengan kecepatan terbang sekitar 200 km/jam.
Ketika perintah Exit dikeluarkan: Ready Set Go.....
Saya dan Kap.Inf. Prabowo, loncat keluar hampir bersamaan dan saya pegang sedikit celana loreng Kopassusnya.
Saya liat Pak Prabowo, ada sekitar 20 (dua puluh) meter di bawah saya, dan saya lakukan ‘Dive’ (menukik), agar lebih dekat kepada Pak Prabowo. Saya berhasil mendekat Bapak Prabowo dari belakang, dan ketika akan masuk dari depan, agak kesulitan, akhirnya saya pegang kaki pak Prabowo, dan merayap ke depan sampai dapat menangkap tangan Bapak PS dari depan.
Saya meluapkan kegembiraan sambil mengguncang tangan Bapak PS dan kami tertawa dan teriak bersama. Tentu gembira karena terjun ke-100 inilah pertama kali saya bisa menangkap penerjun lain dan penerjunnya bernama Prabowo Subianto.
Ketika sudah saatnya berpisah, saya melihat Altimeter (alat pengukur ketinggian), Pak PS sudah menunjukan ketinggian 4.00O kaki dpl, saya guncangkan tangan dan anggukan kepala, tanda untuk berpisah dan siap membuka parachute.
Ketika kami mendarat hampir bersamaan dengan jarak sekitar 20 meter, tiba-tiba Pak Prabowo teriak: ”Dok, sarung tangan kanan saya ilang?!”
Saya bingung sekejap? Kok Sarung Tangan bisa hilang?
Astagfirullah, Sarung Tangan Pak PS ada di tangan Kiri saya? Dan saya langsung berkata: ”Siap pak, saya ada cadangan Sarung Tangan, dikasih Mayor PNB. Chappy Hakim (kelak menjadi KSAU)”
Saya berikan Sarung Tangan, jenis yang sama yang biasa dipakai Penerbang Amerika kepada Pak PS.
Itulah sepenggal cerita, “Terjun Bareng Prabowo”, dan sampai hari ini Bpk. Prabowo tidak pernah tahu, kalau Sarung Tangannya ada ditangan kiri saya dan waktu berpisah (Break Off), sarung tangan kanannya tercabut/terlepas terbawa saya?
Saya, saat itu tidak lapor ada di tangan saya, khawatir tidak mau ditangkap diudara lagi oleh saya?
Mohon maaf Jenderal, saya baru cerita hari ini....
Saya mengakhiri Ikatan Dinas di Kopassus setelah 5 tahun 6 bulan bekerja dengan pangkat Kapten CDM (Corps Dokter Militer) dan jumlah Terjun Payung sekitar 2.867 kali terjun.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews