Terjun Payung Bersama Prabowo, Sarung Tangannya Hilang Ditelan Langit Biru?

Jumat, 14 Desember 2018 | 06:04 WIB
0
881
Terjun Payung Bersama Prabowo, Sarung Tangannya Hilang Ditelan Langit Biru?
Prabowo (di tengah), kanan Alm. Imam, kiri: saya belakang kanan: Kusnadi Sukarya dan belakang kiri: Alm. Imam Rusmono dan Photografer Nandang Hermansyah (Foto: Boyke Ambo Setiawan).

Pada tahun 1981, saat saya bergabung di Kopassus TNI-AD dan menginjakkan kaki pertama di Markas Komando Pasukan Khusus, tidak tampak suasana keangkeran layaknya Markas Pasukan Khusus TNI-AD.

Saya, bersama 2 (dua) sejawat dokter, diterima oleh Komandan Detasemen Markas Passus (saat itu masih Kopasandha: Komando Pasukan Sandi Yudha).

Dokter Dally, menyampaikan kepada Dandenma, bahwa saya “Penerjun” dan oleh Wakil Komandan Detasemen Markas Mayor Nurdin, saya diantar ke Mobile Team Training (MTT), dari US Airborne Special Forces, yg sedang melatih para Prajurit Kopassus dalam kemampuan Terjun HALO (High Altitude Low Opening), atau terjun dari ketinggian di atas 30.000 kaki(+/- 10 km), Diatas Permukaan Laut/DPL) dan mencabut payung diketinggian sekitar 600 m DPL.

Saya, di tes Ground Training di atas tanah dalam berbagai posisi Terjun dan dilakukan tes terjun bersama Sersan Kepala Bill Matheuws.

Saya, saat itu baru terjun sekitar 48 kali dan saat di tes oleh Pelatih dari Amerika: Saya ditangkap diudara 3X atau dikenal dengan sebutan: Kerja Sama Diudara (Relative Works).

Saya, langsung diangkat menjadi Asisten Pelatih dan bertugas mengawal dua siswa penerjun, setiap kali terjun. Kami terjun setiap hari 2-3 kali, dan setelah 3 minggu latihan: Saya diperintah untuk mengawal ketika itu Kapten Inf. Prabowo dan jumlah terjun saya sudah mencapai 80-an kali Terjun Bebas.

Sebelum terjun, tugas kami adalah memeriksa kesiapan dan kenyamanan payung, ransel tempur dan senjata laras panjang yg dibawa terjun tempur.

Saya dan Bapak Prabowo, mendarat selalu berdekatan karena selesai melipat payung, kami saling check dan re-check parasut kami masing-masing.

Bapak Prabowo, yang saya kenal saat latihan terjun, penuh canda ria, ramah, berani, hatinya halus, bicara apa adanya dihati dan selalu tersenyum baik didarat maupun di pesawat.

Suatu hari terjun diakhir pekan, kami tidak membawa peralatan termpur: Ransel, Senjata dsb.

Saya memberanikan diri, menyampaikan usul kepada Pak Prabowo: ”Ijin Pak, Boleh saya menangkap Bapak di udara?”

Pak Prabowo menjawab: ”Boleh Dok... boleh... silahkan. Saya harus gimana?”

Boyke: ”Pak, saya exit dari pesawat C-130 (Hercules), menempel dipunggung Bapak dan nanti saya ke depan Bapak untuk menangkap tangan Bapak dan kita Break Off (Berpisah 3.500 kaki).

Kami latihan kering/Ground Training dulu, disaksikan Pelatih Amerika: Sergant Bill Matheus. Sersan Bill, ngangguk-angguk tanda bahwa: Loud n Clear, menangkap Kap. Prabowo diudara bisa dilaksanakan.

Kala itu, jumlah terjun saya sudah 99 kali, dan seperti biasa, saya duduk berdampingan dengan Bpk. Prabowo sampai ketinggian pesawat C-130 Hercules di atas 13.000 kaki atau sekitar 4,3 km di atas permukaan laut.

Saat Door Open, atau pintu pesawat dibuka, kami semua para penerjun berdiri dan saling periksa peralatan terjun.

Ketika 6 (enam) detik sebelum perintah Exit/Loncat Keluar: Saya dan Bpk Prabowo, sudah ada dibibir Pintu Hercules, dengan kecepatan terbang sekitar 200 km/jam.

Ketika perintah Exit dikeluarkan: Ready Set Go.....

Saya dan Kap.Inf. Prabowo, loncat keluar hampir bersamaan dan saya pegang sedikit celana loreng Kopassusnya.

Saya liat Pak Prabowo, ada sekitar 20 (dua puluh) meter di bawah saya, dan saya lakukan ‘Dive’ (menukik), agar lebih dekat kepada Pak Prabowo. Saya berhasil mendekat Bapak Prabowo dari belakang, dan ketika akan masuk dari depan, agak kesulitan, akhirnya saya pegang kaki pak Prabowo, dan merayap ke depan sampai dapat menangkap tangan Bapak PS dari depan.

Saya meluapkan kegembiraan sambil mengguncang tangan Bapak PS dan kami tertawa dan teriak bersama. Tentu gembira karena terjun ke-100 inilah pertama kali saya bisa menangkap penerjun lain dan penerjunnya bernama Prabowo Subianto.

Ketika sudah saatnya berpisah, saya melihat Altimeter (alat pengukur ketinggian), Pak PS sudah menunjukan ketinggian 4.00O kaki dpl, saya guncangkan tangan dan anggukan kepala, tanda untuk berpisah dan siap membuka parachute.

Ketika kami mendarat hampir bersamaan dengan jarak sekitar 20 meter, tiba-tiba Pak Prabowo teriak: ”Dok, sarung tangan kanan saya ilang?!”

Saya bingung sekejap? Kok Sarung Tangan bisa hilang?

Astagfirullah, Sarung Tangan Pak PS ada di tangan Kiri saya? Dan saya langsung berkata: ”Siap pak, saya ada cadangan Sarung Tangan, dikasih Mayor PNB. Chappy Hakim (kelak menjadi KSAU)”

Saya berikan Sarung Tangan, jenis yang sama yang biasa dipakai Penerbang Amerika kepada Pak PS.

Itulah sepenggal cerita, “Terjun Bareng Prabowo”, dan sampai hari ini Bpk. Prabowo tidak pernah tahu, kalau Sarung Tangannya ada ditangan kiri saya dan waktu berpisah (Break Off), sarung tangan kanannya tercabut/terlepas terbawa saya?

Saya, saat itu tidak lapor ada di tangan saya, khawatir tidak mau ditangkap diudara lagi oleh saya?

Mohon maaf Jenderal, saya baru cerita hari ini....

Dan #SelamatBerjuangJenderal

Saya mengakhiri Ikatan Dinas di Kopassus setelah 5 tahun 6 bulan bekerja dengan pangkat Kapten CDM (Corps Dokter Militer) dan jumlah Terjun Payung sekitar 2.867 kali terjun.

***