Libero Jusuf Kalla

Dengan sopan Pak Jokowi menjawab kritikan Pak JK dengan meminta agar UU ITE direvisi. Polisi diminta selektif menindaklanjuti laporan berdasarkan ITE hingga tidak terjadi lonjakan saling lapor. .

Selasa, 16 Februari 2021 | 20:33 WIB
0
188
Libero Jusuf Kalla
Jusuf Kalla (Foto: kompas.com)

Yang mengejek, menghina, melecehkan dan membidas pak Jusuf Kalla adalah mereka yang tidak paham sepak terjang juragan kaya raya ini sekaligus dermawan yang keluarkan milyaran setiap tahun untuk kemanusiaan.

Kalau Pak Jusuf Kalla itu pemain bola, posisi beliau sebagai Libero yang kini tidak bisa diterapkan dalam persepakbolaan karena aturan offside terbaru FIFA.

Posisi libero berada di lapisan pertahanan terakhir yang biasanya berdiri di belakang bek tengah. Jika ada bola mengancam gawang, dia sapu habis agar bola menjauh dari gawang. Atau menjebak lawan agar offside.
Selain itu, libero juga merangkap membantu serangan hingga boleh meninggalkan posnya. Bahkan mencetak gol ke gawang lawan.

Demikianlah sepak terjang pak Jusuf Kalla dalam dunia politik. Kadang dia bertindak sebagai penahan serangan. Tetapi dalam situasi lain, dia justru menyerang.

Untuk kebaikan negara ini..

Jangan lupa Pak Jokowi bisa sampai jadi Presiden itu berkat kejelian pak Jusuf Kalla. Dialah “ menemukan” Pak Jokowi ketika berkunjung ke Solo dalam kapasitas sebagai ketua PMI.

Lewat berbagai saluran, Pak JK membujuk Bu Mega agar Pak Jokowi diboyong ke Jakarta jadi Gubernur. Dan atas restu Pak Prabowo Subianto, Pak Jokowi dipasangkan oleh Ahok.

Waktu Pak Jokowi didapuk jadi Presiden, Bu Mega bingung siapa yang harus jadi wakil presiden. Pak Jusuf Kalla maju untuk menaikkan elektabilitas beliau mengalahkan karisma Pak Prabowo yang nyalon.

Dia juga menjadi penentu pak SBY menjadi Presiden ditahun 2004. Meski dia kesal betul dengan Pak SBY yang meninggalkan dia sendirian dalam perjanjian Malino 1 dan Malino 2. Padahal pak SBY ketika posisinya sebagai Menko Polkam.

Kesediaan Pak JK menjadi wapres pak SBY dan pak Jokowi tentu bukan tanpa pamrih.

Ada ambisi politik didalamnya

Namun apa ini salah?

Jika kita perhatikan, ketika beliau dalam pemerintahan, tak sekalipun Pak JK mengkritik kebijakan pemimpinnya.
Baru setelah tidak menjabat, dia berbicara selaku pribadi dan rakyat biasa. Yang bebas mengkritik pemerintah.
Dan kritiknya mengandung kebenaran. Bukan ngasal..

Ini ciri Pak JK sejak dahulu..

Anda sekalian lupa bahwa adalah Pak JK yang paling pertama berteriak lantang agar pemerintah segera bertindak mengatasi Covid 19. Namun tidak diperdulikan. Akhirnya seribu trilyun lebih digelontorkan.

Dia yang pertama kali bilang test harus diperbanyak. Dan akhirnya, setelah berdarah-darah, baru pemerintah sadar bahwa test itu sangat penting untuk menentukan kebijakan.

Sekarang pak JK berteriak soal kebebasan berpendapat lewat kata-katanya bagaimana mengkritik pemerintah tanpa ditangkap polisi.

Banyak orang yang mengecam dia sebagai orang bodoh, sampai ada yang demikian sok tahunya mengajari dia membedakan kritik, nyinyir dan hoax yang cenderung menyerang pak JK secara personal.

Mereka juga menuding Pak JK sebagai pengasong paham radikalisme. Dia dituduh membawa pulang si Iyee. Padahal tidak ada satu buktipun, Pak JK terlibat didalamnya.

Kemudian, Pak JK dituduh sebagai pendukung Taliban. Padahal Presiden dan pemerintah Indonesia yang meminta beliau sebagai utusan khusus masalah perdamaian Afghanistan karena prestasi Pak JK yang gemilang mendamaikan konflik Poso dan Perjanjian Helsinki Aceh.

Berbulan-bulan Pak JK jadi bulan-bulanan dan dikartunkan sebagai seorang Chaplin yang membuat marah keluarganya.

Dan nampaknya pak Jokowi tidak bisa berdiam diri lagi. Sosok yang berjasa mengantarkan dia ke kursi nomor satu tidak boleh dilecehkan dan dipermalukan tanpa pembelaan.

Baca Juga: Jusuf Kalla Bukan Chaplin, Cuma Berbeda dengan Jokowi

Dengan sopan Pak Jokowi menjawab kritikan Pak JK dengan meminta agar UU ITE direvisi. Polisi diminta selektif menindaklanjuti laporan berdasarkan ITE hingga tidak terjadi lonjakan saling lapor.

Jika memang benar UU ITE direvisi, rakyat Indonesia patut berterima kasih kepada Pak JK karena telah mendorong pemerintah menciptakan Indonesia yang lebih dewasa berpolitik dan berdemokrasi.

Pak JK sekali lagi menunjukkan kepiwaian beliau sebagai libero.

Yang kali ini menyerang dan mencetak gol.

Yang menangis melihat keberhasilan pak JK tentu para budak cinta.

Yang kalap melahap habis isu micin recehan yang ditaburkan para influencret untuk menghujat pak JK..
Padahal mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa

Maklum kawan, mereka ini hanya budak cinta yang sudah didoktrin untuk patuh total hingga tanpa malu rela menari digenderang orang lain...

***