Saya nggak habis pikir. Ternyata perbedaan dalam pilihan politik bisa mengubah segalanya, bahkan yang rasional sekalipun. Salah satu contoh yang masih hangat, yaitu mengenai pembebasan biaya tarif tol jembatan Surabaya-Madura atau lebih enaknya disebut Suramadu yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu 27 Oktober 2018 lalu.
Banyak yang nyinyir atas digratiskannya Tol Suramadu, khususnya mereka yang pilihan politiknya di Pilpres 2019 nanti pada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mengapa harus nyinyir? Bukankah itu tujuanya baik agar rakyat tidak dibebani dengan tarif yang cukup lumayan jika harus melalui jembatan itu setiap hari.
Jika Anda merasa khawatir elektabilitas Jokowi makin moncer di Madura, sebaiknya Anda berbuat lebih banyak lagi untuk mereka. Agar apapun kebijakan Jokowi yang menguntungkan rakyat Madura, tidak lantas membuat pilihan mereka beralih dari Prabowo ke Jokowi. Bekerjalah lebih giat lagi, asal tidak melakukan fitnah atau hal lain yang merusak iklim demokrasi.
Soal kebijakan gratis itu dilakukan menjelang Pilpres, semua itu kan hanya teknis, bukankah segalanya sudah diatur di DPR, dan koalisi kubu Prabowo juga ikut menyetujuinya, bukan?
Yang membuat saya heran dengan kubu Oposisi adalah mereka nyinyir ketika sebuah kebijakan dilakukan Petahana. Padahal, kebijakan tersebut sebenarnya sudah melalui berbagai tahapan di Parlemen, dimana kubu oposisi tentunya telah berjuang di sana. Lantas, mengapa juga kembali nyinyir ketika kebijakan itu mulai diberlakukan?
Itulah keuntungan yang dimiliki petahana. Dan, Oposisi juga sebenarnya punya keuntungan, tanpa harus melakukan apa yang dilakukan Petahana. Buktinya, tak selamanya petahana bisa kembali memenangi kontestasi.
Saya menganggap jika Oposisi selalu nyinyir dengan kebijakan pro-rakyat yang dilakukan petahana menjelang Pilpres, itu membuktikan bahwa selama ini Oposisi tidak bekerja secara maksimal untuk mengkapitalisasi apapun sebagai strategi mengalahkan petahana.
Yang saya lihat selama ini, Oposisi cenderung berhasil mengkapitalisasi kekuatan untuk melawan petahana. Namun, yang dikapitalisasi hakikatnya bukan pada sesuatu yang baik.
Misalnya, selama ini ketidakpercayaan rakyat pada Pemerintah, cenderung bermuara dari hal-hal yang berbau hoax, fitnah, dan kritik asal bunyi (tanpa berbasiskan data). Sehingga narasi yang muncul pun sebatas keinginan mengganti Presiden, bukan solusi alternatif yang bisa menjawab segalanya. Kalau begitu, siapa pun bisa!
Ayo berjuang untuk Indonesia lebih baik!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews