Oposisi Jangan Cuma Bisa Nyinyir, Bekerjalah Lebih Giat dan Jangan Hoaks!

Jumat, 9 November 2018 | 05:44 WIB
0
512
Oposisi Jangan Cuma Bisa Nyinyir, Bekerjalah Lebih Giat dan Jangan Hoaks!
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kiri) dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung (kanan) serta pejabat setempat dan para ulama berada diatas truk saat meresmikan pembebasan tarif tol Jembatan Suramadu di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (27/10/2018). Pembebasan tarif tol tersebut diharapkan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura.(ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)

Saya nggak habis pikir. Ternyata perbedaan dalam pilihan politik bisa mengubah segalanya, bahkan yang rasional sekalipun. Salah satu contoh yang masih hangat, yaitu mengenai pembebasan biaya tarif tol jembatan Surabaya-Madura atau lebih enaknya disebut Suramadu yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu 27 Oktober 2018 lalu.

Banyak yang nyinyir atas digratiskannya Tol Suramadu, khususnya mereka yang pilihan politiknya di Pilpres 2019 nanti pada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mengapa harus nyinyir? Bukankah itu tujuanya baik agar rakyat tidak dibebani dengan tarif yang cukup lumayan jika harus melalui jembatan itu setiap hari.

Jika Anda merasa khawatir elektabilitas Jokowi makin moncer di Madura, sebaiknya Anda berbuat lebih banyak lagi untuk mereka. Agar apapun kebijakan Jokowi yang menguntungkan rakyat Madura, tidak lantas membuat pilihan mereka beralih dari Prabowo ke Jokowi. Bekerjalah lebih giat lagi, asal tidak melakukan fitnah atau hal lain yang merusak iklim demokrasi.

Soal kebijakan gratis itu dilakukan menjelang Pilpres, semua itu kan hanya teknis, bukankah segalanya sudah diatur di DPR, dan koalisi kubu Prabowo juga ikut menyetujuinya, bukan?

 

Ilustrasi Nyinyir/TribunNews.com

Yang membuat saya heran dengan kubu Oposisi adalah mereka nyinyir ketika sebuah kebijakan dilakukan Petahana. Padahal, kebijakan tersebut sebenarnya sudah melalui berbagai tahapan di Parlemen, dimana kubu oposisi tentunya telah berjuang di sana. Lantas, mengapa juga kembali nyinyir ketika kebijakan itu mulai diberlakukan?

Itulah keuntungan yang dimiliki petahana. Dan, Oposisi juga sebenarnya punya keuntungan, tanpa harus melakukan apa yang dilakukan Petahana. Buktinya, tak selamanya petahana bisa kembali memenangi kontestasi.

Saya menganggap jika Oposisi selalu nyinyir dengan kebijakan pro-rakyat yang dilakukan petahana menjelang Pilpres, itu membuktikan bahwa selama ini Oposisi tidak bekerja secara maksimal untuk mengkapitalisasi apapun sebagai strategi mengalahkan petahana. 

Yang saya lihat  selama ini, Oposisi cenderung berhasil mengkapitalisasi kekuatan untuk melawan petahana. Namun, yang dikapitalisasi hakikatnya bukan pada sesuatu yang baik. 

Misalnya, selama ini ketidakpercayaan rakyat pada Pemerintah, cenderung bermuara dari hal-hal yang berbau hoax, fitnah, dan kritik asal bunyi (tanpa berbasiskan data). Sehingga narasi yang muncul pun sebatas keinginan mengganti Presiden, bukan solusi alternatif yang bisa menjawab segalanya. Kalau begitu, siapa pun bisa!

Ayo berjuang untuk Indonesia lebih baik!

***