Ini 5 Blunder Prabowo yang Berpotensi Menurunkan Elektabilitasnya

Sabtu, 19 Januari 2019 | 13:49 WIB
0
332
Ini 5 Blunder Prabowo yang Berpotensi Menurunkan Elektabilitasnya
Prabowo Sandiaga Uno/VOANews.com

Debat Capres pertama, kemarin malam (17/1), memang sudah banyak ditunggu-tunggu. Bahkan saat mampir di mini market saya melihat bapak-bapak memborong camilan. Mungkin memang sengaja disiapkan untuk nobar Debat Capres 2019.

Meskipun ada yang merasa tidak puas dengan debat semalam, kemampuan Jokowi untuk melakukan debat menurut saya lebih baik dibandingkan dengan debat 4 tahun yang lalu.

Saat itu Jokowi memang tampil apa adanya seperti halnya warga Solo yang tidak terbiasa menyerang langsung musuh yang dihadapinya tetapi dihadapi dengan sindiran sindiran halus agar rivalnya itu memahami apa pesan yang ingin disampaikan.

Namun, kini Jokowi berbeda dan memang harus berbeda. Jokowi sudah terlalu sabar diserang berbagai fitnah. Bahkan yang terakhir adalah fitnah ijazah SMAnya yang dianggap palsu. Ini saja muncul baru jelang debat Capres Pertama 2019. Kurang sabar bagaimana jika bertubi-tubi diserang berbagai fitnah keji?

Boleh saja kubu Prabowo mengatakan bahwa Jokowi sekarang berubah dan cenderung menyerang Prabowo. Sekarang kita balik saja pertanyaannya. Yang semalam itu debat atau diskusi? Toh semua pada bosan kan? Jokowi baru segitu saja masih ada yang bosan karena debat berjalan kurang menarik.

Jika memang semalam ajang pertemuan pertama para capres adalah kajian debat maka posisi Jokowi sebagai petahana sudah tepat karena mengajukan serangan-serangan yang mampu membuat Prabowo tak berkutik dan sulit untuk membalikkan fakta-fakta yang dilesakkan bak anak panah.

1. Jawa Tengah Lebih Besar dari Malaysia

Blunder pertama ini sebetulnya tidak berbeda saat Prabowo menyebutkan Haiti di Afrika. Prabowo salah sebut bahwa Haiti adalah salah satu negara miskin di benua Afrika. Padahal yang benar Haiti itu di benua Amerika.

Kesalahan ini memang langsung menjadi bercandaan netizen yang Maha Benar. Kesalahan yang terkesan sepele ini ternyata dampaknya memang cukup besar. Pemahaman Prabowo tentang Geografi mungkin sebelas dua belas dengan saya yang jarang memperhatikan di kelas hahaha.

Akhirnya terjadi lagi blunder soal pelajaran Geografi. Prabowo bilang bahwa Jawa Tengah lebih besar dari Malaysia . Kontan pernyataan ini langsung disambut oleh netizen dengan melakukan penelusuran lewat pencarian Google.

Setelah dicek, eng ing eng. Malaysia memiliki luas 330.803 km persegi sementara Jawa Tengah memiliki luas 32.801 km persegi.

Mungkin pak Prabowo bukan cuma harus belajar ngaji lagi tapi juga belajar tentang kepulauan di Indonesia. Repot nanti kalau jadi Presiden tidak bisa membedakan mana batas wilayah Malaysia dan Indonesia di Kalimantan. Ujungnya bisa perang lho!

2. Spesialis Anti Teror

Pengakuan Prabowo yang pernah bertugas dalam spesialis anti teror memang benar, tapi itu pun di bawah komando Luhut Binsar Panjaitan. Itupun Prabowo sempat menyiagakan pasukan tanpa sepengetahuan Luhut. Alasan Prabowo LB Moedani terindikasi akan melakukan kudeta kepada mertuanya kala itu, namun justru akhirnya dimentahkan oleh atasannya sendiri setelah dilakukan penelusuran.

Yang diingat oleh rakyat justru sebaliknya. Bagaimana mungkin Prabowo bisa menciptakan kedamaian jika Prabowo sendiri dianggap sebagai ancaman?

Kasus pelanggaran HAM tentang penghilangan beberapa aktivis 98 masih melekat di benak rakyat bahwa ada sosok Prabowo di balik itu semua. Ini yang berbahaya. Yang juga ditakutkan masyarakat adalah Orde Baru bisa bangkit kembali dengan menghilangkan sosok-sosok vokal jika Prabowo jadi Presiden.

3. Perangi Terorisme tapi Gandeng HTI

KH Ma'ruf Amin menjelaskan terorisme dengan sangat cakap. Saya setuju bahwa terorisme itu harus dicari akar permasalahannya. Bukan hanya asal berantas saja tanpa mengetahui akar permasalahannya. Terorisme juga bukan jihad apalagi sampai menghilangkan saudara sebangsa sendiri.

Menurut KH Maruf Amin, perlu ditelusuri mengapa terjadi aksi terorisme? Apakah Latar belakang paham yang diyakini atau ada masalah lain misalnya seperti masalah ekonomi.

Yang menarik justru sekarang Prabowo sangat akrab dengan HTI. Bahkan beberapa kali Prabowo datang dalam aksi Persaudaraan Alumni 212 yang sarat dengan kepentingan HTI. Kedoknya membela aksi Tauhid tapi narasi yang digaungkan adalah Ganti Presiden 2019.

Pemerintah Jokowi sudah tegas membubarkan HTI karena bertentangan dengan demokrasi dan Pancasila. HTI menganggap bahwa Pancasila itu berhala dan thogut yang harus dihancurkan. HTI menyebarkan terornya dengan ujaran-ujaran kebencian yang memecah belah bangsa.

Bagaimana mungkin Prabowo bisa menciptakan kedamaian jika berteman dengan pembuat onar di negeri ini?

4. Keberpihakan Terhadap Kaum Perempuan

Keberpihakan Prabowo terhadap perempuan pun jadi bahan pertanyaan besar. Pertanyaan ini juga langsung ditanyakan oleh Jokowi.

Komitmen Prabowo tentang keberpihakan kepada perempuan saja sudah tidak ada. Terbukti dari struktur pengurus partai Gerindra tidak ada satu pun perempuan yang memangku jabatan di partai berlambang kepala Garuda ini.

Sedangkan Jokowi memberikan kesempatan bagi para srikandi dalam kabinet kerjanya seperti Sri Mulyani (Menkeu), Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan), Retno Lestari Priansari Marsudi (Menteri Luar Negeri), Siti Nurbaya Bakar (Menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan), Puan Maharani (Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Rini Soemarno (Menteri BUMN), Yohana Susana Yembise (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), dan sempat juga memberikan kesempatan pada Khofifah Indar Parawansa untuk duduk dalam jabatan Menteri Sosial.

Kondisi kontra ini membuktikan bahwa Jokowi sudah melaksanakan dan terbukti berpihak pada kesetaraan gender. Hebatnya lagi beberapa srikandi pilihan Jokowi berprestasi dan amat membanggakan.      

5. Komitmen Pemberantasan Korupsi

Blunder terakhir yang jadi cela dalam Debat Capres putaran pertama 2019 ini adalah komitmen Prabowo terhadap pemberantasan korupsi.

Jokowi mempertanyakan komitmen partai Gerindra yang justru mencalonkan lagi eks koruptor sebagai anggota legislatif. Dan hal tersebut sudah pasti diketahui oleh Prabowo sebagai ketua umum Partai Gerindra, cecar Jokowi.

Telak sudah serangan Jokowi yang sebetulnya masih dalam batas yang amat wajar. Serangan-serangan ini memang tak membuat Prabowo KO, tapi malu dengan jawaban-jawabannya. Sampai Prabowo menyebutkan korupsi tak seberapa. Ya kalau gak seberapa apakah gak papa ya pak?

Blunder-blunder ini tentu saja disaksikan para swing voters yang belum menentukan pilihan. Mereka bisa melihat sendiri fakta yang ada dalam debat capres yang pertama. Sosok seperti KH Ma'ruf Amin pun meski irit bicara tetap bisa memaparkan bahaya terorisme dengan cara yang lugas dan jelas. Pesannya tersampaikan.

Kubu Prabowo kini makin terdesak. Setelah hoaks yang menurunkan elektabilitasnya, ditambah lagi dengan blunder-blunder yang dilakukan dalam debat capres semalam.

Debat Capres yang kedua akan digelar pada 17 Februari 2019. Blunder-blunder Prabowo ini tentu saja jadi bahan yang menarik untuk diulik lagi. Beberapa media mainstream bahkan dengan kreatif sudah menurunakan beberapa laporannya tentang blunder yang dilakukan oleh Paslon No Urut 02 ini. Jadi makin tak sabar menunggu debat putaran kedua Februari nanti.

***