Sudah jatuh tertimpa tangga, keluar mulut harimau masuk mulut buaya. Habis manis sepah dibuang, tong kosong nyaring bunyinya. Itulah ungkapan yang sering diberikan kepada tim pemenangan pasangan calon Nomor 02 yang sering blunder karena produksi hoaksnya mentah sebelum sampai sasaran.
Dari hoaks Ratna Sarumpaet sampai selang darah RSCM, dari Boyolali hingga 7 Kontainer kotak suara. Begitukah kemampuan agitasi propaganda dari seorang mantan Danjen Kopassus yang memiliki sarana prasarana dana tanpa batas itu?
Saya yakin kemampuannya jauh lebih dari itu, kemungkinan karena kondisi diri yang kurang memungkinkanlah penyebab kurang kontrol terhadap tim pemenangannya. Sampai pada hal yang fatal dan membuat malu soal revisian visi misi. Galaulah yang didapat saat itu.
Apakah hanya itu kemampuan mengelola isu hingga lupa merevisi visi misi pencalonannya. Come on, Boss! Masyarakat swing voter kepengin cari yang lain yang lebih down to earth seperti paslon Nomor 01 yang sering dianggap planga plongo itu. Padahal, Abraham Loncoln lebih serem lagi tampilannya meski sama sama seorang tukang kayu.
Apalah arti tampilan, kalau hati keduanya memenangi rakyat di negaranya masing- masing. Kalau tak ada Abraham Lincoln mungkin masih ada budak budak Afrika yang belum merdeka saat ini. Kalau tak ada Jokowi mungkin kemarin kemarin kita sudah punah karena hopeless atas kondisi bangsa yang penuh korupsi merajalela merampok apa yang bukan haknya.
Ini soal mengelola sebuah negara, lebih dari 30 provinsi lebih dari 500 kabupaten/kota semuanya perlu mendapat perhatian serius. Jangan coba-coba. Karena negara butuh kepastian, rakyat butuh ketegasan arah pembangunan. Jangan coba-coba membuat program yang nantinya gagal. Jangan mengkreasikan kegagalan. Jangan pilih yang membuat negara ini akan punah!.
Karena orang baik dan pintar akan berada di sekeliling orang baik dan pintar pula. Karena orang baik dan pintar tersebut pindah semua ke Jokowi tinggalah orang yang biasa saja. Karena program baik sudah diupayakan dan dilaksanakan dengan baik sehingga menimbulkan kesulitan bagi 02 untuk mengunggulinya meski hanya penulisan kalimay dalam visi misinya.
Teori Kekuasaan Machiavelli
Kekuasaan yang berdasarkan segala cara, adalah dipastikan akan dilakukan apabila seseorang ingin merebut,mempertahankan kekuasaannya. Indikasinya sudah terjadi dengan penyebaran berita hoaks yang beredar saat ini. Para pelakunya pasti mengetahui bahwa etika politik melarangnya dan mempunyai konsekuensi hukum yang tegas.
Misi harus diselesaikan, apapun caranya. Oleh karena itu Isu hoaks, isu sensitif semisal suku agama ras dan antar golongan menjadi menu wajib bila ingin memenangkan pertempuran kontestasi politik.
Tak ada kawan, teman apalagi lawan abadi dalam politik yang ada adalah kepentingan abadi. Siapapun yang menjadi pemenangnya, setiap yang dianggap musuh bisa menjadi kawan dalam berpolitik.
Jangan mati matian membela, karena yang kau bela belum tentu akan membelamu nanti.
Itulah saran bagi yang mau dan berminat menjadi volunter serdadu politik. Pion yang dianggap pahlawan secara fiksi. Karena politik itu berat, penyebar hoaksnya bisa jatuh ke dalam lubang yang sama yang ia gali.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews