Jadi, para politisi partai, jangan memandang rendah aspirasi politik rakyat. Jangan kau hitung suara kami cuma dengan angka-angka rupiahmu. Terlalu murah!
Saya kemarin diskusi dengan Trimedya Panjaitan, politisi PDIP, yang juga tim sukses seorang Capres. Di aara ILC yang disiarkan via Youtube. Dia mengkritisi banyaknya bermunculan relawan-relawan pendukung Ganjar Pranowo.
Fokus pertanyaan dia satu : relawan-relawan ini duitnya dari mana? Baginya orang gak mungkin bekerja kalau gak dibayar. Dia gak habis pikir. Sebagai anggota DPR, katanya, dia harus keluarkan duit banyak untuk menjaring suara.
Kok, ada orang mau bekerja untuk Ganjar Pranowo kalau gak dibayar. Begitu kebingungannya.
Pertama, Trimedya menilai orang lain dengan kebiasaan dirinya. Ketika dia membayar orang untuk cari suara, dia mikir orang lain sama kayak yang milih dia. Mau menjual murah suaranya saat Pemilu.
Kedua, Trimedya ini gak ngerti bedanya relawan dan tim sukses. Tim sukses itu bekerja kalau ada duit. Relawan bekerja karena diikat dengan satu visi sama : misalnya, mendukung orang baik menjadi pemimpin.
Dwngan cara mikirnya, dia jelas menghina jutaan orang relawan Jokowi yang dulu tanpa dikomando, tanpa dibayar, berjibaku memenangkan Jokowi. Mereka bergerak apa adanya.
Dia juga menghina pemilih partainya, yang mungkin banyak yang gak dibayar ketika memilih. Atau ketika mendukung seorang Capres.
Mereka semua ada yang bertempur di medsos. Ada yang mengorganisir emak-emak. Ada relawan alumni Sekolah. Bahkan beberapa orang rela bergesekan dengan keluarganya sendiri karena pilihan politik yang berbeda.
Mereka juga beli kaos sendiri. Bikin acara sendiri. Uang dicari dari donasi sekadarnya. Kadang patungan.
Bagi Trimedya yang biasa menghitung suara rakyat dengan duit, energi kerelawanan itu gak mungkin terjadi. Barangkali ia cuma mau nutupi kegagalan timnya sendiri : sudah capek keluarin duit besar untuk pasang baliho segede gaban di seluruh pelosim, eh, elektabitas calonnya jeblok terus.
Jadi dia menuding peniingkatan elektabikitas Ganjar Pranowo pasti karena duitnya lebih banyak. Dibanding Capres yang diusung.
Yang dia lupa, bahwa rakyat sudah cerdas. Rakyat tahu mana orang yang pas didukung, mana yang cuma buat lucu-lucuan. Jadi jangan pernah menghitung suara rakyat yang sadar politik dengan rupiahmu.
Bang Trimedya, rakyat sekarang gak seperti yang kau bayangkan. Tidak secelamitan yang kau pikirkan.
Kita bisa bergerak sendiri tanpa harus menunggu duit orang sejenis Anda. Duit rakyat lebih banyak dibanding duit tokoh parpol yang ngebet.
Karena itu, sekali lagi, gak usah mencela rakyat yang punya inisiatif politik karena akal sehatnya sendiri. Jangan menuding semua orang celamitan.
Sebagai politisi parpol, silakan Anda jalan dengan cara Anda. Silakan bodohi terus rakyat dengan caramu, jika emang membayar pekerja politik lebih mudah untukmu. Tapi jangan sama ratakan kami dengan orang-orang itu. Yang selalu menghitung untung rugi dalam aktivitas politik.
Kami ini rakyat biasa. Tidak terikat dengan Parpol. Tidak punya akses ke elit politik. Tapi sungguh, kami juga punya aspirasi sendiri. Punya cara sendiri untuk mengekspresikan pikihan politik kami.
Silakan perbanyak baliho. Silakan kepak sayapmu. Kalau itu menurutmu efektif memancing suara publik.
Kami mau memilih jalan melata di gang-gang sempit untuk bekerja. Untuk mendukung pilihan kami sendiri. Yang mungkin berbeda dengan pilihanmu.
Tanpa baliho. Tanpa harus keluar banyak biaya.
Zaman sekarang bukti dukungan cukup dengan membangun group-group WA. Bekerja di media sosial di akun masing-masing. Memperkenalkan Ganjar di keluarga. Teman. Lingkungan. Itu gratis.
Sebagai organisasi Ganjarist hanya membantu infrastruktur jejaring. Dari nasional, propinsi, kabupaten/kota, sampai kecamatan dan tingkat desa. Dan saat ini, semua itu sudah kami lakukan.
Sebab kami hanya ingat satu pepatah : kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan kejahatan yang terorganisir.
Ketika dalam diskusi itu saya bilang, Ganjarist mencetak dan menjual merchandise bergambar Ganjar. Sebagian hasilnya untuk membiayai aktivitas. Dia langsung nyambung. "Jual kaos doang, mana bisa? "
Iya. Kalau kaos bergambar wajahmu. Memang gak akan laku. Mungkin dibagikan gratis pun orang ogah.
Tapi kalau kaos dan merchandise bergambar wajah Ganjar Pranowo ternyata laku keras. Kami sudah membuktikan itu. 17 ribu relawan Ganajrist yang terdata sudah membuktikan itu.
Kami ini relawan. Bukan tukang politik. Kalau kamu hanya bisa bekerja jika ada uangnya. Bukan berarti semua orang sepertimu!
Jadi, para politisi partai, jangan memandang rendah aspirasi politik rakyat. Jangan kau hitung suara kami cuma dengan angka-angka rupiahmu. Terlalu murah!
Eko Kuntadhi
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews