Oleh : Aulia Hawa
Ketika kasus Covid-19 naik maka masyarakat diharap untuk meningkatkan kewaspadaan, termasuk dengan mengikuti vaksinasi lengkap dan booster. Vaksinasi lengkap dan booster tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan komunal guna mencegah kenaikan kasus Covid-19.
Pandemi belum juga berakhir dan sekarang malah terjadi tren kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia. Jika bulan lalu jumlah pasien Corona hanya 500-an, maka per 19 Juni 2022 jumlah pasien mencapai 1.167 orang.
Kenaikan ini mengkhawatirkan karena Indonesia sedang bersiap memasuki fase endemi, tetapi kurva di grafik pasien Covid-19 malah menanjak lagi.
Presiden Jokowi mengingatkan masyarakat untuk vaksin booster. Rakyat wajib mewaspadai Corona Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5, oleh karena itu warga diminta untuk segera booster. Persediaan vaksin masih melimpah, sementara peminat untuk suntikan ketiga masih sedikit. Capaian untuk vaksin booster masih 21,26%. Dalam artian, peminat booster amat rendah karena cakupan vaksinasi (dua dosis) sudah lebih dari 70%.
Masyarakat diminta untuk menaati anjuran Presiden Jokowi. Vaksin booster masih digratiskan dan statusnya sama seperti vaksin corona suntikan pertama dan kedua, yakni sudah halal MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan memiliki nomor BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Tidak ada lagi keraguan untuk suntik booster.
Corona Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 lebih berbahaya karena meningkatkan kasus Corona di beberapa negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Jerman, dan Portugis. Untuk mengendalikan virus Subvarian baru ini maka harus memperbaiki sistem kesehatan. Salah satu caranya adalah dengan vaksin lengkap hingga dosis ketiga.
Dokter Mei Neni Sitaresmi, pakar kesehatan anak dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menyatakan bahwa efektifitas vaksin dosis kedua berlangsung selama 6 bulan. Oleh karena itu perlu suntikan booster agar imunitas tubuh tetap terjaga. Jika sudah disuntik booster maka imunitas seseorang meningkat 92%.
Vaksin booster memang diberikan pasca 6 bulan setelah suntikan kedua dan ada jadwal yang tertera di aplikasi Peduli Lindungi. Jika masyarakat belum mengunduh aplikasi itu maka bisa melihat tanggal terakhir vaksin di kartu vaksin, dan melihat kalender untuk mengetahui kapan jadwal booster. Jangan malas untuk booster karena demi kesehatan diri sendiri.
Jika masyarakat tertib untuk disuntik booster maka kekebalan tubuh mereka akan meningkat. Akibatnya pelan-pelan terbentuk kekebalan kelompok, yang bisa melindungi banyak orang dari bahaya penularan Corona. Jangan remehkan Corona karena bisa mengancam nyawa.
Sebaliknya, ketika masyarakat malas-malasan untuk disuntik vaksin booster dengan alasan cukup 2 kali injeksi, maka malah berbahaya. Setelah 6 bulan dari suntikan vaksin kedua maka imunitas tubuh mereka menurun. Ketika lupa tidak memakai masker dan tidak mematuhi poin lain dalam protokol kesehatan, maka bisa saja ketularan Corona dan menderita selama 14 hari.
Saat jumlah pasien Corona berada di kisaran 1.000-an per hari, maka wajib ditekan dengan vaksin booster. Jika banyak yang lalai dan meremehkan suntikan ketiga, maka jumlah pasien Covid-19 akan naik lagi. Pandemi akan berlangsung lebih lama dan tidak tahu kapan berakhirnya. Jangan sampai hal buruk ini terjadi, oleh karena itu ayo segera vaksin booster.
Pasca vaksinasi memang ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Namun KIPI jangan dijadikan alasan untuk tidak suntik booster. Kebanyakan KIPI hanya level ringan, yakni pegal di lengan yang disuntik dan mudah mengantuk. Untuk mengantisipasi maka masyarakat bisa mengkonsumsi paracetamol agar mengurangi rasa nyeri.
Jumlah pasien Corona meningkat akhir-akhir ini dan masyarakat diminta untuk tetap tenang namun waspada dengan selalu taat Prokes serta mengikuti vaksinasi. Dengan adanya kepedulian bersama, maka diharapkan lonjakan kasus Covid-19 dapat ditekan dan transisi pandemi ke endemi dapat diwujudkan.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews