Mengapa JK Tak Ditanggapi Selesaikan Konflik Papua dan Lebih Selesaikan Konflik Afghanistan?

Jika gerombolan itu kita pukul terus, pasti hancur, tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil, agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Minggu, 17 Januari 2021 | 12:22 WIB
0
301
Mengapa JK Tak Ditanggapi Selesaikan Konflik Papua dan Lebih Selesaikan Konflik Afghanistan?
Orang Papua (Foto: Quora)

Caption: Salah seorang  suku Papua

Apakah JK  (Jusuf Kalla) mampu selesaikan masalah Afghanistan? Demi menjunjung harkat bangsa dan negara sudah tentu bangsa Indonesia berharap JK mampu menyelesaikan konflik tersebut.

Bangga dan menaruh harapan dunia internasional kepada putera bangsa Indonesia tidak henti-henti kita dengar. Memang ini juga merupakan inisiatif Presiden Republik Indonesia Jokowi (Joko Widodo) ketika berkunjung ke Afghanistan. Kadang kala seseorang berpikir, untuk apa mengunjungi negara penuh konflik itu? Bukankah sebaiknya mengunjungi negara yang stabil dan boleh dikata perekonomiannya maju sehingga bisa bekerja sama dengan Indonesia?

Baca Juga: Jusuf Kalla, Perdamaian dan Produktivitas

Alasan itu ada benarnya. Tetapi tidak salah juga berkunjung ke sebuah negara sedang berkonflik dan mudah-mudahan negara yang dikunjungi presiden berharap Indonesia mampu menyelesaikan konflik yang berlarut-larut di Afghanistan.

Itu sebabnya setelah Presiden Jokowi mengunjungi Afghanistan, disusul oleh Wakil Presiden RI waktu itu Jusuf Kalla. Itu pula sebabnya ketika berbicara dengan Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, mengharapkan JK mampu membantu menyelesaikan masalah Afghanistan.

Bagaiman tentang Papua? Berarti Jokowi lebih menyukai JK menyelesaikan masalah Afghanistan dari pada masalah Papua. Di dalam pikiran Jokowi masalah Papua penting juga diselesaikan, tetapi cukup strategi yang selama ini dipakai bisa menyelesaikan kasus Papua. 

Stragegi dalam Menghadapi Kasus Papua 

Ketika saya mengunjungi Hendro Subroto, wartawan yang pernah berkelilung dunia, saya dihadiahi sebuah buku tulisannya berjudul: "Pengalaman  Seorang Wartawan Perang" (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998). Buku setebal 430 halaman tersebut,  tentang Papua, ia tulis di halaman 218-225 dengan sub judul: " Penumpasan Pemberontakan Daerah Kepala Burung."

Hendro Subroto menulis: " Jungle survival bagian dari perang hutan, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota pasukan elite Angkatan Bersenjata di berbagai negara. Terapi bagi penduduk daerah pedalaman Irian, hal itu merupakan naluri yang mendarah daging dan menjadi bagian di dalam kehidupan mereka. Penduduk Irian dapat melakukan perang hutan, hanya dengan membawa senjata tanpa mengenakan baju menggendong ransel untuk perlengkapan dan makanan serta tanpa sepatu. Bagi pasukan elite masih memerlukan perkengkapan khusus."

Waktu itu Panglima Kodam XVII /Tjenderawasih tahun 1968 adalah Brigadir Jenderal TNI Sarwo Edhie  Wibowo.  Kata-katanya untuk menyelesaikan konflik Papua adalah:

"Jika gerombolan itu kita pukul terus, pasti hancur, tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil, agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi."

***