Dari selera unik seperti itulah, lahir Corona. Berpindah dari hewan menjadi penyakit mematikan pada manusia, lalu yang ditakutkan datang: virus ini ternyata bisa menular antarmanusia.
Bukan perang, bukan bom nuklir, bukan tumbukan asteroid yang kini ditakuti dunia. Tapi makanan, penyakit dari santapan.
Awalnya dari Wuhan, kota berpenduduk 11 juta jiwa di Provinsi Hubei, China. Kota ini diisolasi sejak kemarin. Warganya dilarang meninggalkan kota, transportasi umum seperti bis kota, kereta bawah tanah, kapal feri, bis antarkota. Seluruh penerbangan dan pemberangkatan kereta api dari Wuhan dibatalkan.
Itu dampak ketakutan manusia terhadap virus Corona, penyakit mematikan yang belum ditemukanpenyembuhnya. Sejauh ini, lebih 600 orang terjangkit Corona di China, 25 di antaranya meninggal dunia. Yang membuat kota Wuhan diisolasi, penyebaran Corona sudah mencapai negara-negara lain seperti Thailand, Hongkong, Macau, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Amerika, dan Vietnam.
Dari mana virus itu? Ya dari Wuhan, dari selera purba manusia menyantap hewan unik. Meski masih harus dibuktikan lebih jauh, virus Corona diduga menjangkiti seorang warga yang gemar menyantap sop hewan liar: sop kelelawar. Sop kampret.
Makanan ini dijual di Pasar Huanan di Wuhan -- pasar yang terkenal menjual aneka hewan liar dan tak biasa untuk disantap seperti rubah, anak serigala, beruk merah, unta, burung unta, koala, ular sampai landak. Dan kelelawar, tentunya.
Sebagian orang memang punya selera makan yang aneh. Saya ingat suatu malam di kota Guangzhou. Saya menginap di Hotel Mandarin, tak jauh dari tepian sungai Mutiara. Suatu malam bersama beberapa kawan, kami mampir di restoran seafood di belakang hotel.
Baru melangkah masuk, sebuah pemandangan mengejutkan terpampang di balik etalase: monyet panggang dan buaya yang separuh badannya sudah dikuliti dipajang sebagai menu andalan.
Ada pengunjung yang menelan air liur, ada juga yang hampir muntah dan menahan rasa ngeri. Saya mengundurkan langkah pelan-pelan dan berjalan kembali ke hotel, mencari sepotong roti.
Dan kini, dari selera unik seperti itulah, lahir Corona. Berpindah dari hewan menjadi penyakit mematikan pada manusia, lalu yang ditakutkan datang: virus ini ternyata bisa menular antarmanusia.
Wabahnya mengingatkan kita tentang SARS yang juga pertama kali muncul di China pada tahun 2002, lalu menyebar dan menyebabkan kematian ratusan orang di berbagai belahan dunia. Ada juga virus MERS, Ebola, Anthrax dan lain-lain yang timbul tenggelam, bahkan HIV/AIDS yang sudah menjangkiti seluruh kawasan di dunia.
Hampir seluruh penyakit aneh dan mematikan ini lekat dengan cerita asal muasalnya: dari hasrat purba manusia menyantap hewan yang tidak lazim sebagai makanan.
Begitulah. Semoga negeri kita yang kaya dengan beras, sagu, jagung, ikan mas, tongkol, ayam kampung, kangkung dan rebung, terlindung dari marabahaya. Terlalu banyak pintu masuk ke negara kepulauan ini.
Ancaman yang datang bukan tentara asing, tapi virus yang mengendap di tubuh manusia yang berkunjung dan harus disambut penuh keramahan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews