Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah satu-satunya partai koalisi yang setia berkoalisi bersama Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto. Ketika partai-partai lain yang sedari awal memberikan dukungan kepada Prabowo di Pilpres 2014, hanya PKS yang tak tertarik mendekati Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ketika Prabowo kalah.
PKS setia menemani Gerindra di bangku oposisi, sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) tergiur ke Istana. Berbeda dengan Demokrat yang lebih memilih sebagai penyembang, tak memihak Pemerintah atau Oposisi.
Tentu saja, apa yang dilakukan PKS dalam kancah politik nasional, tak bisa dipisahkan dari visi dan misi PKS di Indonesia. Meskipun, Prabowo dan Gerindra tak ubahnya dengan PDI Perjuangan yang berjiwa nasionalis, namun PKS melihatnya tidak demikian.
Bagi PKS, Jokowi dan PDI Perjuangan sudah final dengan NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945-nya. Sedangkan Gerindra dan Prabowo, sepertinya tidak. Alasannya, Gerindra tampaknya tetap membuka pintu terhadap ormas-ormas yang dituding ingin mengubah NKRI menjadi negara dalam bentuk kekhilafaan, dan PKS begitu dekat dengan hal yang demikian.
Apa yang dilakukan Gerindra, bukan semata membuka pintu dukungan. Namun, ada hal lain, setidaknya dukungan itu hanya dimaknai sebagai upaya memenangkan kontestasi Pilpres 2019. Dengan kata lain, jika iblis mau mendukung dan memenangkan Prabowo di Pilpres 2019, pintu dukungan iblis pun akan dibuka lebar-lebar. Istilahnya, yang penting menang dulu, soal bagi-bagi kekuasaan, dibicarakan nanti setelah berkuasa.
Itulah yang dialami PKS. Sejak 2014 begitu setia mendukung Prabowo, bahkan tak mengecap manisnya kursi Kabinet,PKS tetap setia dan berharap mendapat balasan dr kesetiaannya itu.
Namun, waktu telah menjawab. Pilpres 2019, Gerindra dan kawan-kawan koalisinya mengusung Prabowo-Sandi untuk melawan Jokowi-Ma'ruf. Secara hitung-hitungan mitra koalisi, semestinya kursi Cawapres menjadi hak mutlak PKS. Bagaimanapun, di Pilpres 2014, kader Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa sudah merasakan manisnya kursi calon wakil presiden mendampingi Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
PKS tidak hanya "ditendang" dari cawapres Prabowo, PKS juga hanya diiming-imingi kursi Wagub DKI yang ditinggalkan Sandiaga Uno. Namanya juga iming-iming, kan PKS juga pernah diiming-imingi kursi bakal Cawapres, namun di penghujung waktu semuanya berubah.
Hingga saat ini, kursi Wagub DKI ternyata belum pasti menjadi hak PKS. Sepertinya Gerindra menunggu hasil Pilpres. Ini pertaruhan. Jika Prabowo-Sandi menang, bisa saja kursi Wagub diberikan ke PKS. Namun, jika kalah, tentu saja kursi itu kembali ke Gerindra.
Bagaimana PKS? Masih mau bertaruh dengan Gerindra? Bukankah judi itu diharamkan di dalam akidah Islam?
Salam dan terima kasih!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews