Warga Yogya Membersihkan Bekas Demo

Demonstrasi dengan tagar membela buruh, atau membela rakyat, yang disebar para aktor intelektualnya dari WAG ke WAG, hanyalah alat untuk memancing kerusuhan.

Jumat, 9 Oktober 2020 | 17:45 WIB
0
311
Warga Yogya Membersihkan Bekas Demo
Membersihkan Malioboro sehabis demo (Foto: IDN Times)

Sehabis demonstrasi yang anarkis dan vandalis (merusak fasilitas umum, mencorat-coret tembok Gedung DPRD-DIY, membakar sebuah bangunan di dekat area fokus demo), para demonstran telah melukai hati masyarakat yang berbeda pilihan dan pendapat dengan mereka.

Yang terluka, adalah masyarakat Yogya, yang membayar pajak, yang mencari nafkah dari jalan itu, yang kepentingannya dirugikan oleh aksi barbar itu. Saya tidak ingin membenturkan warga masyarakat Yogya dengan pendemo, tapi fakta di lapangan, menurut teman-teman yang berada di lapangan; Mereka melihat para SJW (singkatan dari Social ‘Joker’ Warior), memprovokasi pendemo, bahwa polisi hendak membenturkan masyarakat dengan pendemo.

Padal, kenyataan yang ada, warga masyarakat Yogya geram atas perilaku pendemo yang beringas. Sementara petugas keamanan mencoba terus bertahan. Warga masyarakat bahkan terlihat menawarkan diri, untuk turut membantu Polisi melawan para pendemo. Namun para petugas keamanan itu mencegahnya.

Pertanyaan kita; Siapa yang tega merusak fasilitas umum yang ada di Malioboro? Yang membuat para PKL Malioboro, serta para wisatawan ketakutan? Saya jawab, mereka yang tidak mencintai Yogya. Mereka yang ingin menciderai Yogya, dan ingin mematikan asset ekonomi Yogya, yang memang hanya dari asset wisata. Terus kalau asset itu dirusak, di mana moralnya, atas nama membela nasib rakyat? Rakyat yang mana?

Apakah mereka, para pendemo ini warga Yogya? Atau mahasiswa yang sedang belajar di Yogya? Tidak penting jawabannya. Tapi aksi vandalisme dan anarkisme hanya dilakukan mereka yang biadab. Meski ngaku hendak berjuang menegakkan keadilan dan membela rakyat.

Seusai demo, menurut teman-teman Gemayomi yang turun ke lapangan seusai peristiwa itu, yang pertama kali datang membantu membersihkan puing-puing kerusakan bekas demo, adalah para pengojek online. Mereka dengan sukarela, dan kemudian bersama-sama warga masyarakat yang berada di sekitar tempat itu, membersihkan kotoran peninggalan para demonstran.

Baca Juga: Bangsa Ini Memang Susah Diajak Maju

Yogya juga bukan kota industri. Ada beberapa pabrik di luar kota, tetapi tipikal buruh di Yogyakarta berbeda. Demikian pula pola hubungan majikan dan buruh, dalam home-industri yang banyak terdapat di DIY.

Di situ kita bisa melihat, apa yang sebetulnya sedang terjadi. Demonstrasi dengan tagar membela buruh, atau membela rakyat, yang disebar para aktor intelektualnya dari WAG ke WAG, hanyalah alat untuk memancing kerusuhan. Bukan membela kaum buruh. Karena yang dilakukan para demonstran hanya meneriakkan kehendak mereka, sembari merusak. Dan itu menjijikkan, atas nama demokrasi.

@sunardianwirodono

***