Itulah formalisme berfikir, salah satu cabang dari aliran kebatinan soehartoisme, yang sampai kini masih nempel di abad digital ini.
Karena car free day dan ibadah minggu pagi, pelantikan Presiden (Minggu, 20 Oktober 2019) akan diundur jam 16.00 WIB. Adat sabennya sih jam 10.00 WIB. Untunglah, pilpres cuma 5 tahun sekali. Kalau tiap minggu, kan ngganggu car free day?
Betapa kasihan bukan, sudah prestasi olahraga buruk, car free day aja kok diganggu pelantikan Presiden. Bayangkan. Nanti tudingannya bisa dikira mengeksploitasi pelantikan Presiden lho. Coba tanya KPAI dan LPAI, apakah Bloomberg ditulis dengan huruf latin atau huruf gedrik.
Belum pula alasan Ketua MPR-RI yang baru, karena dirasa mengganggu yang beribadah minggu pagi, maka digeser sore hari.
Lha yang beribadah minggu sore gimana? Ya, biar adil mestinya pelantikan Presiden dilaksanakan pada tengah malam, jam 00.00. Sambil ndengerin lagu 'Lingsir Wengi' sobat ambyar si Godfather of The Broken Heart itu lho.
Untung tanggal 20 Oktober nggak jatuh hari Jumat. Kalau jatuh hari Jumat, mungkin sakitnya hari Sabtu. Kasihan yang mau demo to? Wong hari Jumat kok dipakai pelantikan, nanti dikira otoriter, ngalangin yang demo. Mending tetapkan, demo tiap Jumat, meringankan tugas korlap ngumpulin massa. Apalagi sekarang orang bisa dibawa ke rumah ibadah, untuk sekedar dianiaya.
Besok lagi, kita mestinya nggak usah pakai Pilpres, apalagi pelantikan Presiden. Cuma akan mengganggu rutinitas warga negara saja 'kan? Emang ambyar deh, si Lord Didi itu! Kempot pula!
Sementara KPU berkukuh pelantikan Presiden tanggal 20 Oktober itu karena demikian bunyi konstitusinya, dengan menghitung hari pas 5 tahun persis. Padahal, kalau mau persis banget, kan mentoknya sampai tanggal 20 Oktober jam 24.00, yang tinggal sedetik kemudian sudah di luar konstitusi karena masuk ke tanggal 21 Oktober? Mangkanya, pelantikan Presiden cukup se-detik saja!
Belum lagi sekarang dikembangkan stigma baru; Buzzer pro-pemerintah dinilai bisa merusak dukungan publik ke Jokowi. Ada pula malah yang pro Pemerintah dianggep buzzer. Busyet deh! Analoginya, buzzer yang anti-pemerintah bisa memperbaiki dukungan publik ke Jokowi? Ah, kameradpret Pret!
Itulah formalisme berfikir, salah satu cabang dari aliran kebatinan soehartoisme, yang sampai kini masih nempel di abad digital ini.
Setengah hidup = setengah mati. Hidup berarti = mati 'kan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews