Komentar Fahri Hamzah

Saran saya buat Fahri Hamzah, gak perlu mengomentari hal hal yang tidak benar benar urgen, buat pribadi maupun buat partai Gelora, selow aja, urus yang urgen di urus, gelora masih start up.

Sabtu, 23 November 2019 | 11:38 WIB
0
426
Komentar Fahri Hamzah
Ilustrasi Ahok dan Fahri Hamzah (Foto: suratkabar.id)

Komentar Fahri Hamzah (FH) soal Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu murni komentar FH pribadi, secara politik begitu, karena Partai Gelora juga belum sah sebagai sebuah partai di Kemenkumham.

Kenapa pada sibuk mengurus komentar Fahri Hamzah? Komentar FH sama dengan komentar warga negara lain termasuk saya, bisa salah bisa benar. Itu hak semua warga negara.

Yang dituntut bersikap jelas di sini adalah partai politik yang punya kursi di Senayan, Anda yang punya kursi, suarakan di Senayan kenapa berisik di medsos?

Saya, Fahri Hamzah, dan warga negara biasa lainnya tidak punya kuasa mengubah keputusan Erick Thohir atau keinginan Jokowi angkat Ahok, yang harus Anda sibukkan diri adalah mengkritik mereka, kenapa meributkan Fahri Hamzah yang sipil biasa bukan pejabat.

Siapa saja boleh komentar soal ini, sebagai tanda cinta warga negara kepada Indonesia. Gak ada yang salah, justru yang salah adalah yang gagal fokus dan gagal paham.

Fahri Hamzah warga negara biasa, bukan pejabat yang elected official yang dibayar rakyat untuk mengkritisi pemerintah, Fahri Hamzah yang sekarang beda dengan Fahri Hamzah yang wakil ketua DPR dulu.

Jangan lebay dan gagal fokus, kritis boleh, galfok jangan, kritis boleh tapi argumen nya harus jelas, jangan asal kritis gak jelas.

Saran saya juga buat bang FH dkk, gak perlu juga mengomentari hal hal yang tidak benar benar urgen, buat pribadi maupun buat partai Gelora, selow aja, urus yang urgen di urus, gelora masih start up. Masih butuh banyak energi.

Khawatir nanti komentar komentar anda salah dipahami oleh kaum cocoklogi yang suka gagal paham Mulu soal soal ini,yang penting serang Fahri Hamzah, yang penting ada momentum serang gelora.

Ini hanya masukan saya sendiri sebagai pengamat, bukan sebagai kader partai manapun.

***