SBY Disundul Setan Gundul

Pernyataan Kivlan Zen tersebut sangat merusak kredibiltas SBY, dan respon dari Demokrat sangatlah negatif terhadap pernyataan Kivlan tersebut.

Jumat, 10 Mei 2019 | 10:19 WIB
0
620
SBY Disundul Setan Gundul
Foto: Tribunews.com

Sebetulnya pada awalanya hubungan Prabowo dan SBY baik-baik saja, dan Demokrat pun anteng-anteng saja didalam Koalisi Adil Makmur. Memang tidak bisa dipungkiri, Pidato Prabowo yang cukup pedas sering juga menyinggung kelemahan Pemerintahan SBY.

Sebagai Mantan Presiden yang tergolong melankolis, SBY sering Baper mendengar Pidato Prabowo. Padahal SBY sempat didaulat sebagai penasehat Kampanye Prabowo-Sandi, namun malang tak dapat ditolak, begitu masa awal Kampanye dimulai, SBY harus fokus untuk menjaga Ibu Ani Yudhoyono yang dirawat di Singapura.

Alhasil SBY tidak bisa Ikut berpartisipasi dalam Kampanye Prabowo-Sandi, namun kader Partai Demokrat terbilang cukup aktif dalam Kampanye. Tidak adanya SBY disamping Prabowo-Sandi, peluang ini dimanfaatkan para aktivis Ormas yang terlibat dalam Tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.

Bisa jadi konsep Kampanye yang sudah ditawarkan SBY tidak terpakai, sehingga muncullah Pola Kampanye Eksklusif, yang lebih mengedepankan Identitas agama. Padahal SBY sangat kurang berkenan dengan Pola Kampanye yang seperti itu, bahkan SBY sangat gerah dengan politik Identitas.

Baca Juga: Memahami Kekecewaan SBY terhadap Prabowo

Inilah yang membuat hubungan antara SBY dan Prabowo mulai merenggang, satu sisi SBY merasa ide-ide dan pendapatnya kurang diakomodir, sehingga beberapa kali SBY harus menuliskan Surat via petinggi Demokrat yang ada dikoalisi, namun rupanya gayung tak bersambut.

Kampanye Prabowo-Sandi terlalu didominasi kelompok Ormas Yang ada didalam BPN, sehingga Kampanye Prabowo-Sandi pun terasa semakin liar, dan keluar dari Pola Kampanye yang Inklusif. Politik Identitas semakin menonjol di kubu Prabowo-Sandi.

Puncaknya  SBY menarik kader Demokrat yang ada di BPN, kader Demokrat diharapkan tidak lagi terlibat dalam aktivitas BPN yang semakin mengarah pada tindakan Inkonstitusional. SBY tidak ingin Kader Demokrat Ikut dalam tindakan yang Inkonstitusional.

Setelah masa pemilihan berakhir, Agus Harimurti Yudhoyono di Undang Jokowi ke Istana. Jadilah ini sebuah isu yang menegaskan bahwa Demokrat akan hengkang dari Koalisi, Isu inipun ditepis oleh para elit politik Demokrat, Demokrat tetap setia mendampingi Prabowo-Sandi sampai pengumuman Pemenang Pilpres.

Belum sampai pengumuman Pemenang Pilpres, Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief mengeluarkan pernyataan bahwa, Prabowo mendapat informasi sesat dari Setan Gundul sebagai Pemenang Pilpres, dengan kemenangan 62%.

Pernyataan ini semakin menegaskan kalau Demokrat benar-benar sudah siap untuk hengkang dari Koalisi Adil Makmur.

Disaat Prabowo sudah mulai Cooling Down, dan siap menyelesaikan semua persengketaan terkait penghitungan suara, Kivlan Zen mengeluarkan sebuah pernyataan yang semakin memperuncing keadaan. Kivlan menuding SBY sebagai seseorang yang licik, yang ingin menjegal Prabowo sebagai Presiden.

Baca Juga: Prabowo dalam Perangkap "Setan Gundul"

Selain itu, Kivlan juga menuding Andi Arief sebagai setan Gundul. Tak pelak lagi persoalan ini semakin runyam. Semakin jelaslah kalau apa yang dikatakan Andi Arief, bahwa ada Setan Gundul di BPN Prabowo-Sandi, dan setan Gundul ini betul-betul sukses memecah belah Koalisi.

Indikator Demokrat akan keluar dari koalisi semakin kuat. Konflik diinternal koalisi antara Demokrat dan BPN, khususnya Kivlan Zen, tidak bisa dianggap sepele.

Bisa jadi konflik inilah yang membulatkan tekad Demokrat harus hengkang dari Koalisi.

Pernyataan Kivlan Zen tersebut sangat merusak kredibiltas SBY, dan respon dari Demokrat sangatlah negatif terhadap pernyataan Kivlan tersebut. Publik yang tadinya tidak tahu siapa yang dimaksudkan Andi Arief sebagai Setan Gundul, akhirnya menjadi tahu, dan Setan Gundul itu ternyata bukan cuma isapan jempol.

***