Jika mengklaim bahwa Presiden Soekarno menolak Israel karena ”menjajah” Palestina silakan dicek pada pidato-pidato Presiden Soekarno pernahkah ia menyebut kata Palestina, apalagi jika dikaitkan dengan Israel. Jujurlah pada sejarah…
Ternyata, Ganjar Pranowo bukanlah ”Satria Piningit” yang digadang-gadang akan menjadi Presiden Indonesia. Sikapnya, yang terang-terangan menolak kesebelasan sepak bola U-20 Israel bermain di Indonesia menunjukkan bahwa ia hanyalah seorang politisi biasa, jauh dari sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh seorang negarawan.
Sebagai orang yang difavoritkan menjadi calon Presiden, seharusnya ia telah memiliki kapasitas sebagai seorang negarawan.
Ia bahkan menegaskan penolakan itu dilakukan karena ia memegang teguh amanat Bung Karno untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina. Ia sama sekali tidak berusaha meneliti kebenaran klaim itu.
Pernahkah Presiden Soekarno menyebutkan soal kemerdekaan Palestina dari Israel? Kemerdekaan Palestina dari Israel baru diperjuangkan setelah Presiden Soekarno ditumbangkan oleh Presiden Soerharto pada tanggal 12 Maret 1967.
Itu yang pertama. Yang kedua, mengapa Ganjar Pronowo yang digambarkan sebagai calon favorit Presiden 2024-2029 tidak dapat mengambil sikap sebagai seorang negarawan. Kan, ia bisa saja mengambil sikap seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Jokowi, yang mengatakan bahwa keikutsertaan tim sepak bola Israel dalam Piala Dunia U-20 tidak terkait dengan konsistensi sikap politik luar negeri Indonesia yang selalu mendukung kemerdekaan Palestina. Jika sikap itu dapat ditunjukkan oleh Ganjar Pranowo, itu kan jauh lebih elegan.
Pada saat yang sama, juga disayangkan bahwa Presiden Jokowi baru mengeluarkan sikap itu setelah keadaan menjadi runyam sehingga terlambat menyelamatkan posisi Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Mungkin saja, jika sejak awal Jokowi mengambil sikap itu, Indonesia bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, dan Ganjar tidak sempat membuat blunder. Sayangnya dalam kehidupan nyata tidak dikenal pengandaian.
Uniknya, ketika Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 setelah dicoret FIFA, Ganjar Pranowo pun seperti tidak tahu bagaimana harus bersikap, alias bingung. Menolak tim sepak bola Israel, tetapi mengaku kecewa karena Piala Dunia U-20 tak jadi digelar di Indonesia.
Israel tak diundang
Pada penyelenggaraan Asian Games pada tahun 1962 di Jakarta, Israel tidak diundang, karena Indonesia khawatir jika Israel diundang ke Jakarta, maka negara-negara Arab yang berlokasi di Asia tidak mau hadir. Oleh karena, sejak berdirinya Israel pada tahun 1948, keberadaannya selalu dimusuhi oleh negara-negara Arab, antara lain, Mesir, Yordania, Suriah, Lebanon, Irak, Maroko, Yemen dan Arab Saudi.
Hal yang sama juga berlaku untuk Taiwan. Indonesia tidak mengundang Taiwan karena khawatir Tiongkok berang. Apalagi, Indonesia memang menganut kebijakan luar negeri satu China.
Pada tahun 1962 itu, Palestina sama sekali belum menjadi pertimbangan dalam memutuskan untuk tidak mengundang Israel.
Namun, itulah politik. Dibuatlah skenario bahwa seakan-akan tidak diundangnya Israel karena masalah Palestina. Atau, dalam kesempatan lain, juga digambarkan bahwa Palestina termasuk salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Padahal pada saat itu, negara Israel saja belum terbentuk, apalagi Palestina yang sampai saat ini belum pernah menjadi negara.
Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara, satu negara Yahudi dan satu negara Arab. Adapun Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional yang ditangani oleh PBB.
Liga Arab dan Komite Tinggi Arab menolak tawaran PBB untuk membagi wilayah Paslestina menjadi dua. Sedangkan bangsa Yahudi menerima tawaran itu, dan langsung memproklamasikan kemerdekaan negara Israel pada tanggal 14 Mei 1948. Besoknya, Israel langsung diperangi oleh gabungan lima negara Arab, yakni Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon, dan Irak. Maroko, Sudan, Yemen, dan Arab Saudi membantu dengan mengirimkan tentara.
Perang itu berlangsung selama satu tahun. Di akhir perang itu, Israel mendapatkan wilayah Yerusalem Barat. Yordania menganeksasi Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Sementara Mesir menguasai Jalur Gaza.
Pada bulan Juni 1967, Israel melakukan pre-emptive strike (mendahului menyerang sebelum diserang) terhadap Mesir, yang dikenal dengan Perang Enam Hari. Dalam perang enam hari itu, Israel berperang melawan Mesir, Yordania dan Suriah.
Seluruh wilayah Palestina yang tadinya dikuasai oleh Yordania dan Mesir dikuasai Israel. Setelah itu, barulah masalah Palestina menuntut kemerdekaannya dari Israel. Sebelum perang enam hari bulan Juni 1967, Palestina belum menuntut kemerdekaan dari Israel karena wilayahnya masih dikuasai Yordania dan Mesir.
Dan, pada bulan Juni 1967, kekuasaan Presiden Soekarno sudah berpindah tangan ke Presiden Soeharto. Soeharto menjadi Penjabat Presiden pada tanggal 12 Maret 1967.
Jika mengklaim bahwa Presiden Soekarno menolak Israel karena ”menjajah” Palestina silakan dicek pada pidato-pidato Presiden Soekarno pernahkah ia menyebut kata Palestina, apalagi jika dikaitkan dengan Israel. Jujurlah pada sejarah…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews