Ah, Puber Politik!

Sekarang aku mudah-mudahan lebih mudah mengendalikan emosi politikku. Sangat membatasi diri supaya tidak ngebuli, mengejek atau menghina jagoan teman-teman yang tidak seopini politik denganku.

Selasa, 11 Oktober 2022 | 10:02 WIB
0
121
Ah, Puber Politik!
Bully ilustrasi (Foto: Kaskus)

Masa pubertas adalah masa tumbuh kembang yang wajib dilalui manusia, gak bisa dihindari. Fase transisi biologis dan psikologis dari anak-anak menuju dewasa. Jakun yang mulai tumbuh, dada yang mulai tumbuh, rambut-rambut di area tertentu yang mulai tumbuh.

Itu, beberapa cirikhas perubahan biologis. Sedangkan perubahan psikologisnya, perasaan yang sangat sensitif, ego atau harga diri yang mulai menonjol, gampang gumunan, gampang kagetan, gampang dumeh, sok ganteng, sok cantik, sok pandai, sok jago.

Nah, persis karakter seperti itulah yang jadi sasaran tembak telak para buzzer bayaran, terutama sejak Pilkada DKI 2012, powered by internet/medsos. Melalui narasi yang by design, mereka begitu pandai memantik api perdebatan, mereka begitu lihai menciptakan efek bola salju. Team leader alias Kakak Pembina benar-benar memahami karakter masyarakat umum yang sedang puber politik tersebut. Sikon itu diperparah juga oleh survei jadi-jadian.

Kalok dibawa serius, dampaknya bagi bangsa sebenarnya sangat menyedihkan, apinya merembet kemana-mana. Secara faktanya banyak pertemanan yang jadi renggang atau rusak, bahkan ada yang terjadi dalam satu keluarga, bisnisnyapun jadi ikutan terganggu.

Bayangkan, sampai muncul istilah ulamamu bagimu ulamaku bagiku, dimana ulamanya mempunyai kiblat politik masing-masing. Banyak yang sering offside, naas kali ada yang kenak kartu merah alias digolkan pakpol. Bahkan ada juga yang luka parah disiksa dan yang sampai mati beneran dalam demo-demoan terkait pilpres.

Semuanya cukup bisa saya pahami karena sayapun terlibat langsung di dalamnya. Sejak mengalami puber politik parah terkontaminasi arus lingkungan di Kompasiana. Pernah sempat jadi sasaran tembak intel malah, syukurnya saya masih dilindungi. Klo gak, ya bakal senasib dengan Jonru.

Secara politik, negara kita ini udah masuk tahun politik, dua tahun ke depan itu (Pilpres 2024) benar-benar masa yang singkat bagi para perebut kekuasaan. Bagi para pendekar politik profesional yang sudah bangkotan, semestinya udah mulai gaspol. Dan sikon politik dunia medsos udah mulai terasa panas. Penyakit puber politik itu kutengok udah mulai kambuh lagi.

Gimana ya, aku gak bermaksud mau sok bijak juga sebenarnya, gak ngeklaim diri udah bebas murni dari sifat puber politik itu. Ini hanya upaya kecil, manatau bisa mengubah keadaan politik khususnya di medsos walaupun dampaknya hanya secuil, at least, aku masih punya hujjah klo ntar nanti ditanyai apa yang kulakukan untuk mencegah kemungkaran yang kusaksikan.

Yang jelas, sekarang aku mudah-mudahan lebih mudah mengendalikan emosi politikku. Sangat membatasi diri supaya tidak ngebuli, mengejek atau menghina jagoan teman-teman yang tidak seopini politik denganku.

[- Rahmad Agus Koto -]