Partai Gelora, Antara Politisi dan Literasi

Semua stakeholder Partai Gelora harus sadar, bahwa cita cita besar harus paralel dengan usaha usaha besar dan keringat keringat yang banyak.

Selasa, 4 Mei 2021 | 22:59 WIB
0
177
Partai Gelora, Antara Politisi dan Literasi
Anis Matta (Foto: Dok. pribadi)

Sudah semestinya seorang politisi memberikan contoh kepada rakyat soal minat terhadap intelektualitas yang baik.

Semua kader dan stakeholder partai Gelora perlu memiliki kemampuan yang baik dalam banyak bidang, dan itu mustahil tanpa usaha yang keras dekat dengan dunia literasi dan latihan.

Membangun bangsa ini butuh banyak energi, dan tidak ada Partai yang mampu membangun bangsa ini jika minim ilmu.

Seorang politisi layak dikenal di masyarakat soal soal pemikiran dan record ilmu dan skill yang dimiliki.

Biar rakyat tidak memilih kucing dalam karung setiap kali pemilu, atau dididik untuk memilih calon calon dengan modal money politik semata.

Rakyat sudah selayaknya mengetahui dengan baik record seorang politisi sebagai calon pemimpin mereka. Politisi harus belajar mendewasakan pemilih dan mengubah pola pola lama yang tidak mendidik.

Begitu banyak politisi hari ini di negeri kita tidak diketahui asal asal usulnya. Kepasitas nya, skill nya, ilmu nya, dan pandangan pandangan nya soal isu isu kebangsaan.

Begitu banyak politisi yang tidak mau menulis ide ide nya, gagasan gagasan nya, dan tawaran tawaran narasinya dalam membangun bangsa kepada rakyat dan calon konstituennya.

Banyak politisi baik di tingkat lokal atau nasional, begitu malas dalam berliterasi dan tidak memiliki minat yang baik kepada dunia intelektual.

Setiap pemilu Rakyat hanya dibiasakan dengan kebohongan dan dengan suap suap. Ini sangat merugikan demokrasi kita dalam jangka panjang.

Banyak politisi tidak mau membiasakan rakyat agar cerdas, Cermat, dan memiliki kemajuan berpikir agar bangsa ini semakin maju kedepan.

Kenapa banyak politisi mengelak dan suka menghindar dengan dunia literasi? Karena minimnya minat mereka kepada dunia intelektual. Padahal negara ini tidak bisa di bangun oleh orang orang yang tidak punya ilmu dan kapasitas.

Kader dan semua stakeholder partai Gelora diharapkan bisa memulai langkah membiasakan diri menulis, menawarkan ide ide dan gagasan, dan membiasakan diri dengan iklim keterbukaan dialog dengan rakyat agar ide kita bisa di challenge balik oleh rakyat.

Karena dengan membiasakan diri menarasikan ide ide dan gagasan dalam bernegara, maka secara otomatis seorang politisi akan dipaksa untuk belajar lagi terus menerus.

Yang dengan semua itu nanti dengan sendirinya akan meningkatkan kualitas seorang politisi tersebut di depan rakyat. Semua stakeholder partai Gelora diharapkan bisa memulai kebiasaan baik ini.

Politik gagasan musuh utamanya adalah feodalisme dan status quo, partai Gelora hadir justru untuk memberantas feodalisme tersebut yang selama ini banyak di praktekan oleh partai nasionalis bahkan juga oleh partai berbasis agama.

Sangat disayangkan, partai nasionalis yang diharapkan bisa mendidik rakyat justru kadang terus mempertahankan status quo zona nyaman. Dengan mempertahankan politik uang dalam setiap pemilu.

Lebih disayangkan lagi, ada Partai Partai berbasis agama juga tidak melaksanakan fungsi mencerdaskan rakyat. Jangankan mencerdaskan Rakyat, kadernya saja dipaksa ikut semua perintah tanpa boleh bertanya, tanpa ada hak jawab, dibiasakan taklid dan taat total saja terhadap semua kebijakan partai. Dibiasakan jadi budak. Kalau di internal saja budayanya begitu. Bagaimana kader partai model begini bisa merdeka dan bisa memerdekakan?

Semua stakeholder partai Gelora diharapkan bisa memulai kebiasaan baik dalam berpolitik sejak titik nol kita sebagai partai baru di negara ini.

Semua pengurus di semua level, terutama para ketua dan para pengurus inti Partai agar terbiasa menulis gagasan gagasan politik nya secara berkala, baik di media sosial atau dalam bentuk buku. Agar rakyat paham apa yang sedang kita perjuangkan dan kita tawarkan kepada mereka.

Semua stakeholder partai Gelora diharapkan bisa terus meningkatkan kapasitas, kapabilitas dan tidak pernah berhenti belajar juga terus berkolaborasi dengan semua kalangan agar kita bisa belajar banyak hal kepada orang lain lintas partai, lintas ormas dst.

Seorang politisi perlu dikenal oleh rakyat tentang pemikiran pemikiran nya. Karena begitu banyak politisi hari ini yang tidak dikenal oleh rakyat dan dia juga tidak mengenal rakyat.

Mirisnya lagi, banyak politisi yang tiba tiba hanya dikenal oleh rakyat ketika politisi tersebut ditangkap KPK, sudah memakai baju tahanan, dan di ekspose ke media. Sebelumnya Rakyat tidak mengenal sosoknya, record nya, ilmu nya, idenya dst. Ini tentu musibah dan mempermalukan kita semua.

Kader dan semua stakeholder Partai Gelora diharapkan bisa memulai dekat dengan dunia literasi. Dekat dan punya minat intelektual yang baik dan serius membenahi masalah ini.

Tidak ada kekuatan utama dunia yang mampu dibangun oleh sebuah partai yang kader nya malas berliterasi, malas mengupgrade diri, malas membenahi soal kapasitas dan kualitas diri dan organisasi.

Tidak ada kekuatan utama dunia yang bisa kita raih dengan terus menerus mempertahankan budaya lama yang feodal dan tidak profesional dalam kerja kerja politik kita.

Semua stakeholder Partai Gelora harus sadar, bahwa cita cita besar harus paralel dengan usaha usaha besar dan keringat keringat yang banyak.

Tidak ada sebuah bangsa bisa maju jika politisi nya berkualitas rendah dan tidak punya kemampuan mengubah kondisi bangsanya dengan ijtihad ijtihad ilmu pengetahuan yang berkembang.

Seorang filosof besar Islam asal Al Jazair Malek Bennabi dalam kitabnya "Musykilat at Tsaqofah" mengatakan bahwa generasi yang mampu mengubah dunia adalah generasi yang punya kapasitas ijtihad dan wawasan yang baik.

Bennabi melanjutkan dalam buku lainnya, bahwa siklus perubahan sebuah bangsa hanya akan terwujud jika para pelaku perubahan itu mampu mengoleksi syarat syarat peradaban dan terus melakukan ijtihad tanpa henti.

Di kesempatan lain, ulama besar Islam Muhammad Al Ghazali menekankan bahwa sebuah bangsa hanya akan bisa bangkit jika para pelaku perubahan yang ingin melakukan perubahan itu memiliki kecerdasan dan kekuatan spiritual yang baik.

Tengku Zulkifli Usman, Pengurus Harian Dewan Pimpinan Nasional Partai Gelora Indonesia.

***