Permainan Komedi Ala JK

Tetaplah menjadi sosok negarawan yang mampu berdiri d itengah-tengah bangsa, jangan menjadi negarawan yang diolok-olok sebagai sosok komedian.

Minggu, 22 November 2020 | 15:24 WIB
0
366
Permainan Komedi Ala JK
Foto:Kompasiana.com

Saya sangat sepakat kalau di katakan adanya kekosongan Kepemimpinan seperti yang di katakan JK.

Beliau orang yang bercokol sebagai pengusaha, politisi, dan pernah menjadi ketua Partai terbesar di Indonesia, juga pernah dua kali jadi Wapres, jelas sangat tahu 'kesalahannya sendiri."

Pernah jadi ketua partai, tapi partainya tidak mampu melahirkan pemimpin yang berakhlak baik, karena apa? Karena beliau tidak fokus pada urusan negara, bagaimana partai harus melahirkan pemimpin yang baik, padahal itu adalah momentum bagi beliau untuk mengisi kekosongan kepemimpinan di negara ini.

Pada kenyataannya yang di lakukan hanya bagaimana menempatkan orang-orang terdekatnya di kabinet, demi melindungi kepentingan bisnisnya.

Dua kali menjadi Wapres, tetap saja yang lebih dipikirkan eksistensinya bisnis dan keselamatan orang-orang peliharaannya.

Kenapa baru sekarang setelah tidak berada dalam sistem, baru sadar kalau adanya kekosongan kepemimpinan? Apa saja yang dilakukan JK untuk mengisi kekosongan kepemimpinan, selama berada dalam partai politik, dan sistem pemerintahan? 

Saya tidak abaikan upaya-upaya positif yang pernah beliau lakukan, tapi dengan kecerdikannya sebagai seorang 'pemain' politik, tetap saja beliau selalu memancing di air keruh, dan selalu ingin dilihat memiliki kesan yang baik, di tengah berbagai manuver politiknya.

Sekarang di tengah aparat negara ingin melindungi dan mengamankan negara, dari berbagai kelompok yang ingin memecah belah bangsa dengan kedok agama, beliau kembali bermanuver sebagai sosok tokoh, yang tetap ingin mencari simpati publik, padahal beliau punya akses untuk tetap bisa mendamaikan suasana, bukan malah membuat percik api yang siap membesar dan membakar sesama. 

Kalau saja Gubernur DKI Jakarta menjalankan fungsinya sebagai kepala daerah sebaik mungkin, maka tidak akan terjadi kekosongan kepemimpinan, sehingga Pangdam Jaya harus turun tangan.

Harusnya ini juga difahami oleh JK, jangan lantas berusaha mengarahkan telunjuknya untuk mencari kesalahan orang lain. 

Sebagai seorang pemain politik, JK lebih terlihat seperti pemain panggung komedi Srimulat, yang muncul terakhir di panggung, dengan lawakannya yang paling lucu.

Bagaimana mungkin seorang yang pernah menjadi ketua partai, jadi Wapres mempersoalkan kekosongan Kepemimpinan? Bukankah itu bagian dari tanggung jawabnya sebagai pemimpin politik?

Jangan menanam andil pada bibit-bibit perpecahan, kalau memang seorang negarawan. Seharusnya sudah selesai pada urusan duniawi, masih belum kenyangkah JK? Masih sibukkah mencari-cari hal duniawi? Jangan terus haus pada syahwat kekuasaan, jangan memancing diair keruh, ditengah kekisruhan bangsa ini.

Tetaplah menjadi sosok negarawan yang mampu berdiri d itengah-tengah bangsa, jangan menjadi negarawan yang diolok-olok sebagai sosok komedian, yang cuma pandai mempertontonkan berbagai kelucuan yang tidak lagi lucu. 

***