Staf Khusus Rasa "Buzzer"

Stafsus ini ngetwit kayak "buzzer" gak mutu. Tidak hanya menginfokan kerjaan dia yang pengen di bilang wow tapi juga woro-woro nantikan pidato Presiden berikutnya.

Senin, 2 Desember 2019 | 09:20 WIB
0
995
Staf Khusus Rasa "Buzzer"
Gracia Billy Yosaphat Membrasar (Foto: Tribunnews.com)

Kita tidak tahu tugasnya staf khusus (stafsus) itu apa selain memberi masukan ke presiden. Sebagai pemberi masukan, biasanya kerja orang yang tugasnya demikian selalu senyap. Jarang berkomentar. Apalagi ngetwit.

Na ini ada dua stafsus presiden belum sebulan njabat, udah petakilan. Keluarin pernyataan yang kontroversial. Kayak sakau gitu. Girangnya minta ampun dipilih presiden jadi stafsus. Jadi tingkahnya kayak kere munggah bale. Norak.

Yang dari PSI bilang kita gak ngerti HAM ketika kecam grasi untuk koruptor. Tapi pastinya dia bungkam komentar waktu disodori kasus sengketa tanah, pencemaran lingkungan. Atau soal demo anti UU Revisi KPK yang gak ketahuan siapa dalang pengerahan anak SMK dan SMU yang sampai sekarang pelajar itu ditahan tanpa ketauan akan di sidang.

Stafsus lainnya berasa istimewa gara-gara disentil Fadli Zon. Berasa istimewa dia orang Papua. Dari keluarga miskin sampai raih gelar master di Australia whatever. Tapi segala keistimewaan yang buat banyak orang berkata Waw akhirnya pupus.

Stafsus ini ngetwit kayak "buzzer" gak mutu. Tidak hanya menginfokan kerjaan dia yang pengen di bilang wow tapi juga woro-woro nantikan pidato Presiden berikutnya.

What is this?

Kalok caranya gini, para "buzzer" yang seneng betul disebut kakak pembina bisa marah loh.

Lahan dia sebagai "buzzer" dengan bayaran recehan bisa keganti sama stafsus.

Baca Juga: Mengapresiasi Stafsus Pilihan Jokowi

Coba kasianlah pada mereka yang lulus S1 aja dah payah. Dia bangun reputasi sampai berdarah-darah sebagai influencret. Terima duit seperak dua perak sebagai "buzzer" dengan resiko dimaki-maki . Gak kayak stafsus yang gajinya langsung glodak 51 juta. Jangan dong rebut kerjaan mereka.

Jadi para stafsus do your own work.

Jangan pecicilan dan banyak main medsos cuma untuk pamerin kerja kalian.

Jangan sok ajarkan kita HAM sekedar buat bela keputusan yang salah.

Kalian kerjanya kasih nasihat. Bukan merebut kerja orang, termasuk jadi juru bicara Istana.

Om Fajrul bisa marah juga lho liat ulah kalian yang songong itu.

***