Faktor Ganjar dan Andika, Strategi Jokowi Mengukur Politik Relawan

Munculnya Andika Perkasa adalah perhitungan matang Jokowi untuk menetralkan Ganjar Pranowo, sekaligus menyeimbangkan kepentingan partai politik dengan kekuatan politik : TNI, Polri, BIN dan Presiden.

Minggu, 14 November 2021 | 08:11 WIB
0
172
Faktor Ganjar dan Andika, Strategi Jokowi Mengukur Politik Relawan
Abu Janda nikah (Foto: detik.com)

Faktor Ganjar Pranowo ditambah Andika Perkasa membuat peta relawan Jokowi terpecah belah. Awalnya, Ganjar Pranowo hanya menimbulkan masalah bagi Puan Maharani, Prabowo, dan musuh kaum nasionalis.

PKS, PSI, Demokrat, dan NasDem sudah menangkap muntahan PDIP ketika Ganjar dipecat. Prabowo-Puan tetap jalan. Namun, faktor Panglima TNI Andika Perkasa mengubah sagalanya. Tentu relawan kocar-kacir sekarang.

Maka mereka mengurusi dapur dan kue Kabinet dan Kementerian BUMN – mengejar posisi komisaris. Yang tidak kebagian posisi komisaris nyinyir terhadap Jokowi. Caranya? Lewat membusukkan menteri.

Bahkan pernah Adian Napitupulu menyerang Erick Thohir, lalu diam. Ketemu Jokowi sebagai tawaran posisi politik. Tentu terkait PCR yang membawa-bawa LBP dan ET, untuk saat ini akan diam. Tak penting. Deal.

Hal seperti ini berulang sekarang. Menjelang Reshuffle Kabinet Jokowi, sekaligus pelantikan Panglima TNI, untuk menempatkan Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Perhubungan, para relawan berisik luar biasa. Apapun dijadikan bahan untuk mengapitalisasi, memanfaatkan situasi untuk mencapai tujuan.

Saya dimintai komentar soal relawan yang sedang perang. Saya malah tertawa. Karena saya tahu makna relawan. Karena relawan terbagi menjadi minimal empat kategori. Masing-masing memiliki kepentingan.

Relawan influencer, seperti saya, Denny Siregar, Deddy Corbuzier, Abu Janda, Zeng Wei Jian, Ferdinan Hutahahean, dan sebagainya. Kelompok ini akan menghantam apapun yang ada dinilai secara subyektif sebagai masalah bangsa dan negara. NKRI. Tentu masing-masing memiliki afiliasi.

Geng influencer kelas ini rentan serangan. Aktivitas sosial apapun akan dimunculkan dan dimanfaatkan untuk menyerang, bukan hanya terhadap relawannya; namun bisa menyerang ke menteri, tokoh dan siapapun. Pelintiran politik kadang melebihi porsi.

Contohnya, perkawinan Abu Janda. Karena aktivitas sosial politiknya, Abu Janda tentu bergaul dengan orang-orang top. Prabowo, Said Aqil Shiradj, Yahya Staquf, dan Jokowi pun menjadi temannya. Afiliasai politik Abu Janda cair dan melawan radikalisme dan intoleransi. Maka tak salah dia bergaul dengan kalangan nasionalis.

Alhasil, perkawinan Abu Janda yang kabarnya dihadiri oleh AM Hendropriyono dan Sufmi Dasco dijadikan serangan politik. Yang diserang bukan Abu Janda, namun Hendropriyono sebagai tokoh yang paling keras terhadap teroris, kaum intoleran, dan kelompok radikalis.

Juga Sufmi Dasco diserang karena keberpihakan terhadap stabilitas politik menyatukan Jokowi-Prabowo, mendamaikan Natalius Pigai. Perang kepentingan terkait dengan Prabowo menjadi titik serang terhadap Sufmi Dasco. Aneh memang.

Di tengah persaingan politik dan peran relawan seperti itu, muncul kategori relawan lain. Ada relawan spesialis klarifikasi seperti Budiman Sudjatmiko, Nikita Mirzani, Deddy Corbuzier, Said Didu, dan Fahira Idris.

Mereka adalah relawan yang akan pasang badan untuk melakukan klarifikasi terkait isu apapun. Terlepas dari kapabilitas dan keahlian mereka. Tentu untuk kepentingan mereka dan afiliasi mereka, serta garis politiknya.

Ada relawan parpol. Relawan parpol ini terafiliasi kepentingan politik praktis seperti Dewi Tanjung, Andi Arif, dan lainnya. Meraka akan pasang body and soul untuk kepentingan partai politik secara menyeluruh. All out.

Ada pula relawan tokoh atau figur. Misalnya, Haikal Hassan akan membela mati-matian Rizieq Shihab. Fahira Idris membela Anies Baswedan. Atau para relawan Jokowi membela Jokowi tanpa batas. Kadang lupa memberikan kritik kepada Jokowi. Nah relawan seperti ini bisa disebut sebagai Relawan Komisaris. Mereka akan melakukan serangan dengan tujuan minta posisi komisaris.

Nah, faktor Ganjar Pranowo dan ditambah Andika Perkasa menimbulkan penguatan terhadap posisi politik Jokowi. Kini Jokowi memiliki kaki kuat tambahan: Andika Perkasa. Ganjar Pranowo disimpan Jokowi, untuk dibuang Jokowi. Atau didukung Jokowi – dengan konsekuensi Jokowi dimusuhi PDIP. Berat.

Namun, sejatinya munculnya Andika Perkasa adalah perhitungan matang Jokowi untuk menetralkan Ganjar Pranowo, sekaligus menyeimbangkan kepentingan partai politik dengan kekuatan politik sesungguhnya: TNI, Polri, BIN dan Presiden. Parpol hanya urusan duit.

Ninoy Karundeng.