Criing...! Bunyi inbox facebook saya berbunyi. Rupanya ada undangan untuk nonton live pidato kebangsaan Prabowo.
Sekitar 10 menit saya ikuti paparan paslon no.02 ini. Ciri khas tampilannya berbeda kali ini. Pakaian ala Sukarno berwarna coklat tak dipakainya semalam. Jas hitam dengan dasi berwarna merah membuat tampilannya di JCC Senayan Jakarta sedikit berbeda.
Perbedaan tampilannya berbanding terbalik dengan narasi kebangsaan yang diutarakannya. Pemaparan tanpa teks bisa dikategorikan dua hal, pertama dia sangat siap dan hapal apa yang akan diutarakannya. Kedua, beliau belum siap akan narasi dan kembali mengungkapkan apa apa yang pernah dilontarkannya. Membangun sebuah ketakutan terhadap masyarakat lhas "Genderuwo".
Saya sangat mengagumi Sukarno, pidato-pidato tanpa teksnya sangat berkharisma menggetarkan sanubari, sekali saja Sukarno bilang lawan maka sebanyak yang mendengar itulah langsung mengeksekusinya.
Pidato tanpa teks wajar, selain sebagai orator ulung yang diakui dunia. Sukarno juga terkenal sebagai kutu buku dan penulis handal. Tulisan tulisannya mengalir penuh aksi perlawanan kepada penindasan dan penjajahan saat itu. Jadi, kalau Prabowo memiliki kecintaan terhadap Sukarno, pidatonya seharusnya tidak berbunyi demikian.
Mengutip apa yang dikatakan oleh Sekjend DPP PDIP, Hasto Kristiyanto yang mengatakan:
"Pidato Visi Misi Prabowo-Sandi: Ilusi dan Retorika TelePrompter".
Model Menyerang Nihilkan Prestasi Indonesia Jadi Arus Balik.
1). PDI Perjuangan tidak kaget dengan subtansi Pidato Visi Misi Prabowo Sandi. “Selain melanggar aturan Kampanye, apa yang disampaikan sesuai dengan watak Pak Prabowo: menyerang dan nihilkan prestasi Indonesia. Bayangkan, kalau Asian Games, Asian Para Games, Kemajuan membangun dari pinggiran, dan kehadiran nilai-nilai kemanusiaan dalam kebijakan sosial Pak Jokowi- JK pun terasa dinihilkan. Jadi PDI Perjuangan sudah menduga isinya akan seperti itu. Sebab di mata Pak Prabowo semua adalah kegagalan sesuai pengalamannya sendiri”
2). Dengan demikian pidato visi misi pun sarat dengan ilusi dan retorika TelePrompter. “Menihilkan prestasi Pak Jokowi dan Pak JK hanya akan mengurangi elektoral Pak Prabowo-Sandi tidak hanya di Jawa dan Sulawesi. Masyarakat Sumatera, Kalimantan, NTT, Papua, dan Indonesia Timur lainnya yang telah merasakan sentuhan kebijakan Pak Jokowi-JK kami pastikan kurang respek dengan pidato retorik-telepromter tsb”
3). Dengan demikian jika pidato visi misi Prabowo-Sandi tersebut dilihat dalam perspektif kemanusiaan, kerakyatan, dan komitmen terhadap apa yang telah dilakukan oleh Pak Prabowo dan Partai Gerindra, maka skornya 3-0 untuk kemenangan Pak Jokowi.
“Retorika melawan berbagai bentuk ketidakadilan itulah yang terus mereka mainkan. Namun PDI Perjuangan meyakini bahwa bicara dengan rakyat adalah bahasa hati; bahasa kepedulian melalui sentuhan kepemimpinan merakyat, bukan sebaliknya”
4). Indonesia dibangun dengan niat baik dan pemikiran positif. Strategi model menyerang justru menjadi arus balik, yang justru malah mengingatkan masa lalu Pak Prabowo. “Hal yang kami apresiasi dari Pidato tsb adalah vokal dan intonasi Pak Prabowo jauh lebih baik”
Sayapun mengamini statement dari Pak Hasto. Prabowo memainkan narasi menyerang sesuai karakternya. Tidak ada yang berubah dari materi yang sebelumnya, saya hanya akan mengutip dua hal saja yang janggal, meski kurang lebih ada 10 inkonsistensi ucapan menyerangnya.
1. Kalau ada Emas di Indonesia harus dikuasi. Jelas Jokowi sudah memulainya dengan menguasai 51 persen saham Freeport. Orang yang dianggapnya/dianarasikan selalu antek asing. Telah berani melawan hegemoni kekuasaan Amerika di Papua. Prabowo lupa, bahwa dia pernah mengatakan kalinat pahit yang didengar oleh bangsa. "PEMERINTAH INDONESIA HARUS MENGHORMATI AMERIKA! WHat The Hell these!
2. Mensejahterakan atlit. Mungkin Prabowo lupa, atlet Pencak Silat yang meraih medali emas di mana dia sebagai ketua umumnya sudah diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) bahkan bonusnya dibayarkan sebelum keringat mereka mengering. Jangan lupakan itu pak!.
Pidato tanpa teks akan menjadi sebuah blunder bila apa yang dikatakannya melenceng dari norma. Para pendukungnya akan sibuk merasionalisasikan apa apa yang dikatakannya.
Saya pun akhirnya mengutip sebuah kalimat dari Presiden Amerika ke -35 yang juga sahabat Sukarno, John F. Kennedy pada Tanggal 20 Januari 1961
"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu! Janganlah pernah berunding karena ketakutan, tetapi jangan takut untuk berunding!"
Semoga Prabowo lebih konkret lagi dalam sumbangsih dirinya kepada negara bukan sekadar pengamalannya saat menjadi Tentara yang memang sudah tugasnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews