Orang Bodoh dan Miskin Masuk Neraka?

Kamis, 29 November 2018 | 11:57 WIB
0
572
Orang Bodoh dan Miskin Masuk Neraka?
Viktor Laiskodat (Foto: Detik.com)

"Karena orang cerdas saja yang masuk surga. Tidak ada orang bodoh dan miskin yang masuk surga," demikian Viktor Laiskodat, Gubernur NTT (Nusa Tenggara Timur) di Hotel Aston Kupang (27/11/2018) sebagaimana diberitakan Kompas.com. Ehm, sudah survei, Pak? Atau sudah pernah kunker ke surga atau neraka?

Tentu saja, jika kita hanya melihat teks itu, bisa salah persepsi. Pastilah konteksnya bertujuan baik, mengajak masyarakat Kupang berjuang mengubah nasib, dengan belajar dan bekerja keras. Apalagi pidato itu dalam kegiatan Learning Event Sumba Iconic Island, yang digelar Hivos (Organisasi bantuan pembangunan) dan Pemprov NTT.

Lagi-lagi itu contoh betapa buruk dan terbatasnya pengetahuan pejabat negeri ini. Asal njeplak dengan idiom yang miskin. Kualitas komunikasi yang buruk, gampang menjadi bias dan mengundang penumpang gelap. Di tengah teknologi komunikasi dan informasi yang menembus batas ruang dan waktu, Laiskodat bukan contoh pejabat yang baik.

Menurut Laiskodat, kalau sudah bodoh dan miskin, tentu akan memberatkan diri sendiri, memberatkan lingkungannya, memberatkan keluarganya, memberatkan negaranya dan memberatkan Tuhan. Makanya, hanya manusia cerdas yang bisa masuk surga.

Bayangkan, Laiskodat tahu, manusia bodoh dan miskin akan memberatkan Tuhan. So, karena Tuhan keberatan, dimasukkanlah manusia itu ke neraka? Sekiranya Laiskodat sudah mendapat amanat dari Tuhan, kenapa tak langsung diubah saja manusia bodoh dan miskin di NTT itu menjadi sebaliknya?

Demikianlah jika agama dibawa-bawa untuk urusan publik. Bukankah ini pelecehan dan penistaan agama secara terselubung? Geng Prabowo bilang yang milih Jokowi masuk neraka, kemudian dibalas geng Jokowi; milih pertahana masuk sorga. Mana yang bener? Atau masing-masing pihak punya sorga-neraka sendiri-sendiri?

Sedahsyat apa doa pendukung Manchester United dengan Manchester City ketika tarung? Terus, apa urusan Tuhan memenangkan salah satunya? Disuruh nungguin skor selama 90 menit? Kalau draw bagaimana? Kan mencapekkan yang nunggu?

Bagaimana tanggapan kita, Polisi Syariah memperkosa napi di penjara syariah? Itu oknum, atau agama yang tak bisa menemukan sistem dan mekanisme pengawasan otomatis, sebagaimana Tuhan bekerja secara “otomatis”?

Sekiranya Tuhan segampang itu, ngapain anak-anak disuruh makan sekolahan? Kenapa tak minta tolong Tuhan mengubah seketika, Indonesia menjadi lebih baik?

Kini malah pemerintah (setidaknya via Kejaksaan Tinggi) DKI Jakarta, memunculkan aplikasi Smart Pakem. Untuk mengadu-domba antaranggota masyarakat, agar saling tuding dengan alasan berbeda keyakinan?

Buat apa bikin negara dengan trias politika, jika penindasan pada minoritas justru atas fasilitas negara? Buat apa bikin Undang-undang  jika hanya melegalkan ketidakadilan sejak aturannya?

Jika saya boleh berdoa; Ya, Tuhan, masukkanlah orang-orang bodoh dan miskin, kelak, ke sorgamu. Karena manusia-manusia yang buruk telah memasukkannya ke dalam neraka penindasan!

***