Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, atau dalam narasi Arabnya kalau saya tidak salah mengutip berbunyi "Al Insaan mahalul Khatha' wan Nisyaan". Sebuah pepatah lama yang selalu disandarkan pada diri manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, namun tak ada manusia yang sempurna. Manusia punya kelebihan, juga tak lepas dari kekurangan. Karena itu, antara manusia yang satu dengan manusia lainnya haruslah saling melengkapi dan saling bekerja sama, bukan sebaliknya.
Adalah sosok Nanik S Deyang, atau lengkapnya Nanik Sudaryati Deyang (NSD). Nama yang belakangan hari ini dikaitkan dengan kebohongan yang dilakukan seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Ratna Sarumpaet. Setidaknya, menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, NSD ialah orang yang memberitahukan adanya penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet, yang kemudian diakui Ratna bahwa semua itu kebohongan.
NSD memang dekat dengan bakal calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto. Kedekatannya sudah cukup lama. Bahkan, sejak Partai Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada 2012 lalu.
Saat itu, hampir tak ada gejolak politik, seperti yang terjadi saat ini. Boleh dibilang, Peran NSD memperkenalkan Jokowi dari Solo ke Jakarta tidak bisa dianggap kecil.
NSD adalah mantan jurnalis Tabloid Bangkit (Kelompok Kompas-Gramedia), yang kemudian bersama Budi Purnomo Karjodihardjo (BPK) mendirikan Kelompok Media Peluang (KMP) yang menerbitkan Tabloid Peluang Usaha, Peluang Kerja, Info Kuliner, Info Waralaba, Info Kecantikan, Femme, dan Tabloid The Politic, di masanya begitu menghiasi loper-loper koran dan majalah di ibukota.
Namun, semuanya berubah ketika PDIP "bercerai" dengan Gerindra, karena PDIP mengusung Jokowi di Pilpres 2014 lalu. Sedangkan Prabowo memiliki hasrat cukup besar mengikuti kontestasi Pilpres tersebut. Sejarah sudah mencatat, Jokowi dan Prabowo saling berhadapan di Pilpres 2014, dan kemenangan pun diraih Jokowi bersama Jusuf Kalla (JK).
Terhitung sejak persaingan antara Jokowi dan Prabowo, tak ada lagi pujian dan sanjungan kepada Jokowi yang keluar dari NSD. Semuanya berubah menjadi cacian dan berita-berita miring yang sangat merugikan Jokowi. Apapun hal baik yang dilakukan Pemerintahan Jokowi, tak ada menjadi baik di mata NSD. NSD dalah mantan wartawan, tentunya memiliki jejaring yang cukup luas soal pemberitaan.
NSD dan BPK tetap setia bersama Prabowo. Keduanya terus mengikuti perjalanan politik Prabowo, baik di Pilkada DKI 2017 maupun di Pilpres 2019. Keduanya begitu diandalkan dalam hal pemberitaan, khususnya pemberitaan yang mendukung sosok idolanya itu.
Dalam menghadapi Pilpres 2019, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Uno menempakan Nanik S Deyang sebagai Wakil Ketua, sedangkan BPK sebagai Wakil Direktur Komunikasi dan Media.
Sekali lagi, sebelum saya akhiri tulisan singkat ini, saya ingin mengatakan bahwa benar bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk lain yang diciptakan Tuhan. Jangan karena sudah berbeda pilihan, jangan lantas kita hujat habis-habisan, bahkan dicari-cari segala kelemahan yang ada, hingga akhirnya harus menggali hal yang mengada-ada.
Semuanya untuk menjatuhkan. Semuanya untuk kekuasaan yang sementara. Hubungan yang dahulu manis, kenapa harus diakhiri dengan kepahitan, karena pilihan politik yang sudah lagi tak sejalan. Silahkan Anda menelusuri jejak digital dari NSD, baik ketika masih mendukung Jokowi maupun setelah berseberangan dengan Jokowi.
Kalau begitu adanya, bukankah kita justru mewarisi "rasa dendam" untuk generasi selanjutnya?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews