Fakta bahwa Papua telah disebut dalam teks klasik seperti Negarakertagama menjadi pengingat bahwa wilayah ini sejak lama telah menjadi bagian integral dari dinamika kepulauan Nusantara.
Papua memiliki hubungan erat dengan Nusantara telah tercatat sejak abad ke-14. Dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit, disebutkan wilayah bernama Wanin yang diyakini sebagai bagian dari Semenanjung Onin di Papua Barat.
"Nama Wanin dalam kitab tersebut menunjukkan bahwa Papua bukan wilayah terasing, melainkan telah menjadi bagian dari interaksi politik dan dagang Nusantara," ujar Yohannis Samuel Nusi, penulis sekaligus pegiat sejarah Papua.
Papua tidak hanya dikenal dalam simbolisme kekuasaan Majapahit, namun juga mulai tercatat dalam peta perdagangan regional. Kontak awal dengan bangsa-bangsa luar, seperti Portugis dan Spanyol pada abad ke-16, mempertegas posisi strategis Papua dalam jaringan pelayaran rempah-rempah. Kemudian pada abad ke-17, Belanda melalui VOC mulai menanamkan pengaruh di wilayah ini, meski terbatas pada daerah pesisir karena tantangan geografis.
"VOC mendirikan pos-pos di Fakfak dan Manokwari, serta mendorong misi keagamaan untuk memperkenalkan pendidikan dan layanan kesehatan," tambah Nusi.
Salah satunya adalah Poreo Ohe, seorang kepala suku dari Sentani yang disebut dalam beberapa catatan dan tradisi sebagai peserta Sumpah Pemuda 1928. Nama lain adalah Aitai Kerubaba, yang dihormati dalam narasi lokal sebagai tokoh yang turut menghidupkan semangat kebangsaan. Nama lain adalah Aitai Kerubaba, yang dikenang dalam tradisi lokal sebagai tokoh yang turut serta dalam semangat kebangsaan tersebut.
Saat Perang Dunia II, wilayah Papua sempat diduduki oleh Jepang. Setelah Jepang menyerah pada 1945, Belanda kembali menguasai Papua meski Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan. Pandangan Indonesia waktu itu adalah bahwa seluruh wilayah bekas Hindia Belanda, termasuk Papua, merupakan bagian tak terpisahkan dari Republik Indonesia.
"Namun dinamika geopolitik saat itu menempatkan Papua dalam sorotan internasional, hingga akhirnya melalui Penentuan Pendapat Rakyat 1969, Papua secara resmi kembali ke pangkuan Indonesia," tegas Nusi.
Kisah ini merupakan bagian awal dari rangkaian panjang sejarah Papua yang sarat makna. Fakta bahwa Papua telah disebut dalam teks klasik seperti Negarakertagama menjadi pengingat bahwa wilayah ini sejak lama telah menjadi bagian integral dari dinamika kepulauan Nusantara.
Sebuah narasi yang relevan untuk membangun kembali rasa percaya diri generasi muda Papua hari ini.
"Papua bukan wilayah terpinggirkan, melainkan simpul sejarah yang kaya dan layak dirayakan," tutup Yohannis Samuel Nusi.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews