Zaiful Bokhari telah membuktikan bahwa dia terampil bekerja dalam mengadmistrasi keadialan. Dia bukan orang yang sedang berangan-angan dengan slogan.
Perusahaan yang membuka lowongan kerja untuk sebuah jabatan strategis yang menyangkut kelangsungan usaha, biasanya akan mencari calon manajer yang sudah berpengalaman dan terampil bekerja.
Tujuannya mencari calon manajer yang berpengalaman dan terampil bekerja adalah untuk memuluskan transisi manajerial usaha dari orang lama ke orang baru.
Di tangan orang berpengalaman dan terampil, roda usaha bisa langsung diputar tanpa harus berhenti dulu atau mulai dari dari awal lagi. Beda kalau berada di tangan orang baru yang belum berpengalaman alias masih berangan-angan maka roda usaha bisa berhenti total atau malah mundur, karena pejabat yang baru harus belajar lebih dulu. Bila demikian jadinya, daya saing perusahaan bisa melemah dan cash flow bisa terancam.
Gambaran tadi sangat tepat untuk dipersesuaikan dengan situasi Lampung Timur yang sedang mencari kepala daerah baru pada tahun ini. Ada tiga pasang calon bupati dan wakil bupati yang berkompetisi pemilihan kepala daerah di Lampung Timur. Salah satu pasangan calonnya adalah petahana calon bupati Zaiful Bokhari dan wakilnya Sudibyo yang bernomor urut 2.
Dengan statusnya sebagai petahana, Zaiful sudah pasti punya bobot pengalaman lebih tinggi dibanding lainnya. Kualitasnya menjadi wakil bupati selama 4 tahunan, dan menjadi bupati selama 1 tahunan, lisensi Zaiful dalam men-drive roda administrasi pemerintahan dan pembangunan sudah terlihat dan dirasakan oleh masyarakat secara luas.
Selama menjadi bupati setahun, Zaiful telah memperlihatkan kemampuannya dalam mengeksekusi berbagai program pembangunan fisik dan nonfisik. Pembangunan infrastruktur dia genjot di sana-sini. Layanan kesehatan serta kependudukan gratis juga dia buka seluas-luasnya kepada masyarakat. Semua karya nyata Zaiful ini telah dinikmati oleh masyarakat tanpa bersekat-sekat.
Orang jawa bilang, “Pak Zaiful pancen tresno lan ngopeni kawulane.” Jika diartikan, “Pak Zaiful memang cinta dan mengurus warganya.”
Kemampuan dan pengalaman Zaiful mengeksekusi program kerja seperti itu tidak mungkin datang tiba-tiba. Butuh belajar dan keberanian yang tidak sebentar lamanya. Bagaimana jika kemudian Lampung Timur berada di tangan orang baru yang belum teruji kemampuan dan pengalamannya? Warga masyarakat tentu tidak mau ambil risiko Lampung Timur mandek atau berjalan mundur lagi, bukan?
Dengan kepemimpinan tetap berada di tangan Zaiful yang telah teruji ini, Lampung Timur bisa bergerak lebih maju lagi untuk naik kelas dalam mencapai tatanan sosial yang lebih adil dan merata bagi semua golongan dan etnisnya.
Dengan kepemimpinan Zaiful lima tahun ke depan, Lampung Timur sebagai salah satu kabupaten papan atas di Provinsi Lampung, bisa digas pol lebih lebih cepat lagi. Kekurangan di sana-sini tinggal diperbaiki dan yang sudah baik dipercepat lagi progresnya.
Untuk bisa melanjutkan program yang sudah dijalankan sekarang ini, masyarakat Lampung Timur lah penentunya. Mereka yang mesti bijak dalam memilih calon kepala daerahnya. Jangan memilih asal-asalan, karena bisa sengsara bertahun-tahun lamanya bila pilihan jatuh kepada orang yang belum punya keterampilan dan pengalaman bekerja nyata.
Gunakan hak pilih dengan akal sehat, jangan mengedepankan sentimen suku ataupun sentimen keyakinan agama, serta sembilan bahan pokok (sembako) seperti minyak goreng, gula, kopi, garam, telur, beras, pulsa, daging, dan gas. Memilih atas dasar sentimen suku, sentimen keyakinan agama, dan sembako, adalah cara-cara kolot yang tidak akan pernah membawa perubahan menuju masyarakat adil dan merata.
Memilih kepala daerah adalah memilih seorang manajer yang berpengalaman dalam mengadministrasi keadilan yang merata untuk semua lapisan sosialnya. Dan, Zaiful telah membuktikan bahwa dia terampil bekerja dalam mengadmistrasi keadialan. Dia bukan orang yang sedang berangan-angan dengan slogan.
***
Krista Riyanto, Penulis tinggal di Jakarta
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews