Lampung Timur Butuh yang Berpengalaman, Bukan yang Berangan-angan

Zaiful Bokhari telah membuktikan bahwa dia terampil bekerja dalam mengadmistrasi keadialan. Dia bukan orang yang sedang berangan-angan dengan slogan.

Sabtu, 3 Oktober 2020 | 09:20 WIB
0
268
Lampung Timur Butuh yang Berpengalaman, Bukan yang Berangan-angan
Zaiful Bokhari dan Sudibyo (Foto: Krista Riyanto)

Perusahaan yang membuka lowongan kerja untuk sebuah jabatan strategis yang menyangkut kelangsungan usaha, biasanya akan mencari calon manajer yang sudah berpengalaman dan terampil bekerja.

Tujuannya mencari calon manajer yang berpengalaman dan terampil bekerja adalah untuk memuluskan transisi manajerial usaha dari orang lama ke orang baru.

Di tangan orang berpengalaman dan terampil, roda usaha bisa langsung diputar tanpa harus berhenti dulu atau mulai dari dari awal lagi. Beda kalau berada di tangan orang baru yang belum berpengalaman alias masih berangan-angan maka roda usaha bisa berhenti total atau malah mundur, karena pejabat yang baru harus belajar lebih dulu. Bila demikian jadinya, daya saing perusahaan bisa melemah dan cash flow bisa terancam.

Gambaran tadi sangat tepat untuk dipersesuaikan dengan situasi Lampung Timur yang sedang mencari kepala daerah baru pada tahun ini. Ada tiga pasang calon bupati dan wakil bupati yang berkompetisi pemilihan kepala daerah di Lampung Timur. Salah satu pasangan calonnya adalah petahana calon bupati Zaiful Bokhari dan wakilnya Sudibyo yang bernomor urut 2.

Dengan statusnya sebagai petahana, Zaiful sudah pasti punya bobot pengalaman lebih tinggi dibanding lainnya. Kualitasnya menjadi wakil bupati selama 4 tahunan, dan menjadi bupati selama 1 tahunan, lisensi  Zaiful dalam men-drive roda administrasi pemerintahan dan pembangunan sudah terlihat dan dirasakan oleh masyarakat secara luas.

Selama menjadi bupati setahun, Zaiful telah memperlihatkan kemampuannya dalam mengeksekusi berbagai program pembangunan fisik dan nonfisik. Pembangunan infrastruktur dia genjot di sana-sini. Layanan kesehatan serta kependudukan gratis juga dia buka seluas-luasnya kepada masyarakat. Semua karya nyata Zaiful ini telah dinikmati oleh masyarakat tanpa bersekat-sekat.

Orang jawa bilang, “Pak Zaiful pancen tresno lan ngopeni kawulane.” Jika diartikan, “Pak Zaiful memang cinta dan mengurus warganya.”

Kemampuan dan pengalaman Zaiful mengeksekusi program kerja seperti itu tidak mungkin datang tiba-tiba. Butuh belajar dan keberanian yang tidak sebentar lamanya. Bagaimana jika kemudian Lampung Timur berada di tangan orang baru yang belum teruji kemampuan dan pengalamannya? Warga masyarakat tentu tidak mau ambil risiko Lampung Timur mandek atau berjalan mundur lagi, bukan?

Dengan kepemimpinan tetap berada di tangan Zaiful yang telah teruji ini, Lampung Timur bisa bergerak lebih maju lagi untuk naik kelas dalam mencapai tatanan sosial yang lebih adil dan merata bagi semua golongan dan etnisnya.

Dengan kepemimpinan Zaiful lima tahun ke depan, Lampung Timur sebagai salah satu kabupaten papan atas di Provinsi Lampung, bisa digas pol lebih lebih cepat lagi. Kekurangan di sana-sini tinggal diperbaiki dan yang sudah baik dipercepat lagi progresnya.

Untuk bisa melanjutkan program yang sudah dijalankan sekarang ini, masyarakat Lampung Timur lah penentunya. Mereka yang mesti bijak dalam memilih calon kepala daerahnya. Jangan memilih asal-asalan, karena bisa sengsara bertahun-tahun lamanya bila pilihan jatuh kepada orang yang belum punya keterampilan dan pengalaman bekerja nyata.

Gunakan hak pilih dengan akal sehat, jangan mengedepankan sentimen suku ataupun sentimen keyakinan agama, serta sembilan bahan pokok (sembako) seperti minyak goreng, gula, kopi, garam, telur, beras, pulsa, daging, dan gas. Memilih atas dasar sentimen suku, sentimen keyakinan agama, dan sembako, adalah cara-cara kolot yang tidak akan pernah membawa perubahan menuju masyarakat adil dan merata.

Memilih kepala daerah adalah memilih seorang manajer yang berpengalaman dalam mengadministrasi keadilan yang merata untuk semua lapisan sosialnya. Dan, Zaiful telah membuktikan bahwa dia terampil bekerja dalam mengadmistrasi keadialan. Dia bukan orang yang sedang berangan-angan dengan slogan.

***

Krista Riyanto, Penulis tinggal di Jakarta

***