Bayang-Bayang Mantan Pimpinan KPK Bambang Widjojanto

Tetapi ketika KPK berhasil menangkap buronan, yang mendapat perhatian publik adalah individu Novel Baswedan. Bukan lembaga KPK dengan lima pimpinan kolektif kolegial.

Jumat, 5 Juni 2020 | 21:38 WIB
0
443
Bayang-Bayang Mantan Pimpinan KPK Bambang Widjojanto
Nurhadi ditangkap KPK (Foto: Fajar.co.id)

Mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) yaitu Nurhadi dan menantu akhirnya ditangkap atau dicokok KPK ditempat persembunyiannya yang tak jauh dari gedung KPK. Nurhadi dan menantu menjadi buron KPK dibawah pimpinan KPK Firli Bahuri.

Tetapi ada sesuatu yang berbeda terkait penangkapan buron KPK ini. Apanya yang berbeda?

Setelah ramai tersiar kabar terkait penangkapan buron KPK yaitu Nurhadi, mantan pimpinan KPK yaitu Bambang Widjojanto melalui komentar atau cuitannya mengucapkan pujian dan ucapan terimakasih kepada Novel Baswedan yang memimpin tim  penangkapan buron KPK tersebut.

Dari mana Bambang Widjojanto tahu kalau yang memimpin penangkapan buron Nurhadi adalah Novel Baswedan? Tentu ada internal KPK yang memberi tahu atau memasok informasi kepada yang bersangkutan atau malah Novel sendiri yang memberi informasinya.Ini cukup aneh. Seorang mantan pimpinan KPK masih bisa mendapatkan informasi penangkapan buron dari internal KPK. Ini menunjukkan bahwa KPK memang ada faksi dan friksi.

Padahal, selama ini KPK sudah menangkap ratusan kuroptor memalui Operasi Tangkap Tangan atau OTT dan menangkap buron yang kabur sampai keluar negeri, dan tidak pernah diekspose atau diberitahu nama pimpinan yang menangkap koruptor atau buron. Semata-mata untuk melindungi anggota KPK supaya tidak menjadi incaran balas dendam.

Kalau tim pimpinan yang menangkap koruptor atau buron dieskpose seperti yang dilakukan mantan pimpinan KPK yaitu Bambang Widjojanto artinya justru tidak melindungi anggota KPK dari ancaman pihak tertentu. Kecuali ingin menunjukkan heroisme Novel Baswedan.

Tentu ada maksud tertentu dari ekspose yang dilakukan mantan pimpinan KPK tersebut. Seolah berkat jasa Novel Bawesdan buron Nurhadi bisa ditangkap. Bahkan media mainstream juga memframing itu, bahwa penangkapan buron Nurhadi berkat jasa Novel Baswedan.

Apakah penangkapan buron Nurhadi atas inisiatif Novel Baswedan sendiri selaku pimpinan penyidik atau atas keputusan kolektif kolegial lima pimpinan KPK dengan ketua Firli Bahuri?

Dan tanpa bantuan atau koordinasi dengan Polri mustahil KPK bisa menangkap baik itu koruptor OTT atau buronan. Apalagi mantan Sekretaris MA Nurhadi bukan orang sembarangan. Konon yang menjaga mereka pengawal khusus baik swasta atau oknum aparat.

Selama ini diksesankan pimpinan KPK di bawah ketua Firli Bahuri tidak serius menangkap buron dan minim OTT atau istilahnya "mlempem". Tetapi ketika KPK berhasil menangkap buronan, yang mendapat perhatian publik adalah individu Novel Baswedan. Bukan lembaga KPK dengan lima pimpinan kolektif kolegial.

Aneh bukan? Padahal selama ini pimpinan KPK sering mendapat cibiran dari LSM, seperti ICW, MAKI karena dianggap mlempem atau sudah tidak bertaji lagi.

Mengapa Bambang Widjojanto tidak fokus kerja sebagai ketua komite pencegahan korupsi di Pemprov DKI saja? Apalagi banyak bantuan sosial yang tidak tepat sasaran dan rawan korupsi.

***