Adapun secara aqidah, ada beberapa sikap yang dapat kita lakukan, di antaranya. Bahwa segala urusan di muka bumi ini semua atas izin dan kehendak Allah.
Imam as-Sya'bi, seorang pemuka Tabi'in berkata: "Para ulama dulu disaat takut terhadap sesuatu mereka berbondong-bondong datang ke Mesjid". [HR. al-Baihaqi juz 3 hal. 84 no. 2951].
Sungguh beda dengan kejadian saat ini. Dengan alasan takut tertular Virus Corona, ada ulama justru mangajak umat untuk "menghindari" masjid!
Kalau pun ke masjid untuk berjamaah, jaraknya diatur sekitar 1 meter. Bukankah setiap akan shalat berjamaah, Imam selalu mengingatkan, "Rapatkan dan Luruskan Barisan"?
Dalam ajaran Islam, ada beberapa hadits Rasulullah Muhammad SAW terkait betapa masjid itu menjadi tempat aman bila terjadi musibah seperti wabah penyakit.
”Sesungguhnya apabila Allah ta'ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid”. Ini hadits riwayat Ibnu Asakir (juz 17 hlm 11) dan Ibnu Adi (juz 3 hlm 232).
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku bermaksud menurunkan azab kepada penduduk bumi, maka apabila Aku melihat orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku, yang saling mencintai karena Aku, dan orang-orang yang memohon ampunan pada waktu sahur, maka Aku jauhkan azab itu dari mereka”. Riwayat al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman [2946].
“Apabila Allah menghendaki penyakit pada suatu kaum, maka Allah melihat ahli masjid, lalu menjauhkan penyakit itu dari mereka”. Hadits Riwayat Ibnu Adi (juz 3 hlm 233); al-Dailami (al-Ghumari, al-Mudawi juz 1 hlm 292 [220]); Abu Nu'aim dalam Akhbar Ashbihan (juz 1 hlm 159); dan al-Daraquthni dalam al-Afrad (Tafsir Ibn Katsir juz 2 hlm 341).
“Mereka (para sahabat) apabila ketakutan tentang sesuatu, maka mendatangi masjid”. Al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman (juz 3 hlm 84 [2951]).
Jadi, beberapa riwayat di atas mengantarkan pada kesimpulan, bahwa dalam situasi wabah dan virus yang mengancam masyarakat ini, umat Islam dianjurkan semakin rajin ke masjid. Bukan meninggalkan masjid. Kecuali bagi orang yang terkena penyakit menular. Maka tidak boleh ke masjid.
Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam itu sebenarnya laksana “Benteng Pertahanan Kaum Mukmin”.
Benteng benteng kaum mukminin ada tiga, yaitu: masjid, dzikir kepada Allah, dan membaca Al-Qur’an, maka barangsiapa tidak menetapi salah satu dari ketiganya maka dia ini berada di bawah naungan setan.
Tiga macam orang yang senantiasa berada dalam naungan perlindungan Allah, yakni: orang yang masuk masjid demi ridha Allah, maka dia adalah tamu (yang berada dalam jaminan keamanan) dari Allah hingga ia keluar masjid.
Ketika Virus Corona mulai “menyerang” sehingga mewabah di Indonesia, Pemerintah dan MUI telah memfatwakan untuk tidak mendatangi masjid guna menghindari penularan dari viirus yang dikenal dengan nama Covid-19 itu.
Namun, ternyata himpauan dan fatwa MUI itu tidak begitu dijalankan. Terbukti beberapa masjid masih saja melaksanakan Shalat Jum’at, pada Jum’at (20/3/2020). Seperti di Masjid Al-Albar Surabaya meski sebelum masuk harus di Therma Gun dulu.
Tidak hanya di Surabaya. Masjid Al-Ikhlas yang berada di perumahan tempat saya tinggal, ketika Jum’at kemarin jamaahnya tetap saja membludak seperti biasanya. Tidak tampak kekhawatiran akan tertular corona, meski tidak tampak satu pun jamaah yang bermasker.
Apakah mereka tidak tahu adanya fatwa MUI dan himbauan Pemerintah agar menghindari tempat ibadah (masjid) sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona? Atau mereka lebih mengikuti ajakan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo?
Pada Rabu (18/3/2020), Gatot Nurmantyo menggaungkan gerakan memakmurkan masjid dan shalat berjamaah di tengah meningkatnya wabah virus Corona (Covid-19) di Indonesia. Dia mengajak umat Islam meminta pertolongan kepada Allah.
Pernyataan tersebut disampaikan Gatot lewat akun Instagram-nya @nurmantyo_gatot seperti dilihat Detikcom, Rabu (18/3/2020). Akun ini bercentang biru atau verified alias terverifikasi sebagai akun resmi.
Detik juga telah mengkonfirmasi langsung kepada Gatot dan mendapat persetujuan untuk mengutip pernyataannya tersebut.
“Sepertinya ada yang keliru..?? Di negeri asalnya covid-19-China, yang penganut paham komunis dan sebagian besar tdk beragama beramai-ramai mendatangi Masjid dan Belajar Berwudhu hingga mengikuti Sholat Berjamaah,” tulis Gatot.
Namun, di negeri mayoritas muslim justru sebaliknya, malah ramai-ramai menggaungkan fobia terhadap masjid. “Ini seakan-akan masjid (itu) sebagai sumber penularan COVID-19. Lantas, menurutnya, apakah mal, gereja, vihara, kelenteng, hingga lift sarana umum 'lebih aman' daripada masjid?”
Gatot mengatakan seharusnya semua belajar pada pengurus gereja, vihara, hingga kelenteng yang menurutnya tak pernah melarang umatnya beribadah di sana.
“Padahal di sana mereka tidak pernah berwudhu..?? Ada apa ini dan pikiran siapa yang mengajak demikian??? Hingga Umat Islam lupa bahwa Masjid adlh Tempat yang Paling Aman untuk Berlindung dari Segala Bencana..??" lanjut Gatot.
Gatot pun mempertanyakan mengapa umat Islam tidak menggaungkan imbauan agar selalu menjaga wudhu dan salat berjamaah. “Wa Allahu'alam bii showab.. Semoga Allah SWT Menjaga dan Memberi Petunjuk Umat dari Segala Kekeliruan. Aamiiin. Yaa Robbal 'Alamiin,” tulisnya.
“Ayo Makmurkan Masjid & Galakkan Gerakan Sholat Berjama'ah Untuk Minta Pertolongan Allah..!! (Jadikan Sholat & Sabar Sebagai Penolongmu..!!) Virus Corona (covid-19) adalah ciptaan Allah dan yg kena pasti juga atas ketetapan Allah,” sambungnya.
Presiden Joko Widodo sendiri telah meminta masyarakat menerapkan social distancing guna mencegah penularan virus Corona atau Covid-19. Hal itu disampaikan Jokowi pada Minggu (15/3/2020).
Jokowi juga meminta agar masyarakat tidak panik. Kegiatan yang biasa dilakukan di luar, seperti bekerja, belajar, hingga beribadah, bisa dilaksanakan di dalam rumah. Masyarakat juga diminta menjauhi tempat-tempat keramaian, seperti mal dan tempat wisata.
Di DKI Jakarta sendiri, Pemprov juga menutup sementara tempat wisata, seperti Monas hingga Ragunan. “Saat ini yang penting social distance, menjaga jarak. Dengan kondisi itu, kita kerja dari rumah, belajar dan ibadah di rumah,” ujar Jokowi.
Wabah Covid-19 sendiri telah memaksa otoritas Arab Saudi menghentikan sementara ibadah shalat berjamaah di seluruh masjid di wilayahnya, kecuali Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Penghentian sementara dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran virus Corona di wilayah Saudi.
Seperti dilansir AFP dan Arab News, Selasa (18/3/2020), laporan kantor berita Saudi Press Agency (SPA) yang mengutip Dewan Ulama Senior – lembaga keagamaan tertinggi di Kerajaan Saudi – menyatakan bahwa masjid-masjid di Saudi akan ditutup sementara untuk ibadah shalat lima waktu dan shalat Jum’at.
Namun, disebutkan SPA dalam laporannya, keputusan menghentikan sementara shalat berjamaah di masjid-masjid ini tidak berlaku untuk Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Menurut SPA, masjid-masjid setempat juga masih akan mengumandangkan adzan. “Pintu-pintu masjid akan ditutup sementara, tapi masjid-masjid masih diizinkan mengumandangkan panggilan untuk salat,” demikian laporan SPA.
SPA dalam laporannya juga menyebut, penyesuaian dilakukan terhadap panggilan shalat, dari yang sebelumnya menggunakan kalimat 'marilah shalat' diganti menjadi 'shalatlah di rumah'. Kalimat baru itu juga bisa berarti 'shalatlah di mana kamu berada'.
Lebih lanjut, SPA juga menyebut keputusan ini dimaksudkan untuk mengarahkan jamaah agar menjalankan shalat di rumah masing-masing, demi menghindari penularan virus Corona. Tidak disebut lebih lanjut sampai kapan penghentian sementara ini akan dilakukan.
Sebagai umat beriman, kita wajib percaya: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali). (QS Al-Baqarah [2]: 156).
Ayat ini menjadi penghibur agar kita jika tertimpa musibah jangan bersedih berlebihan dan berlarut-larut, menyesali nasib lalu berputus asa. Sebab, semuanya itu memang hanya milik Allah.
Termasuk wabah corona yang saat ini merebak ke seluruh dunia, merupakan musibah bagi kita semua, dan menjadi pelajaran agar kita berupaya mengatasinya dan mengantisipasinya dengan segera dan tepat.
Secara medis, tentu sudah disampaikan oleh pihak terkait, seperti WHO, Departemen Kesehatan, dan instansi terkait.
Adapun secara aqidah, ada beberapa sikap yang dapat kita lakukan, di antaranya. Bahwa segala urusan di muka bumi ini semua atas izin dan kehendak Allah. Seperti firman-Nya:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS At-Taghabun : 11).
Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews